}

Bergembira Menyambut Ramadhan, Salah Satu Wujud Keimanan

 24 Pantun Ramadhan yang Penuh Makna dan ...

Salah satu tanda keimanan adalah seorang muslim bergembira menyambut Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.

Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira.

Allah berfirman,

ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).

Lihat bagaimana para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata,

ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﺴَّﻠَﻒُ : ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳُﺒَﻠِّﻐَﻬُﻢْ ﺷَﻬْﺮَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪْﻋُﻮْﻧَﺎﻟﻠﻪَ ﺳِﺘَّﺔَ ﺃَﺷْﻬُﺮٍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻘَﺒَّﻠَﻪُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ

“Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al-Ma’arif hal. 232)

Kenapa Harus Bergembira Menyambut Ramadhan?
Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, berkah, dan keutamaan pada bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah

Kabar gembira mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits berikut.

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))

Ulama menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan kita harus bergembira dengan datangnya Ramadhan.

Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan,

ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺸﺎﺭﺓ ﻟﻌﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺑﻘﺪﻭﻡ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺧﺒﺮ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﺑﻘﺪﻭﻣﻪ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺇﺧﺒﺎﺭﺍً ﻣﺠﺮﺩﺍً ، ﺑﻞ ﻣﻌﻨﺎﻩ : ﺑﺸﺎﺭﺗﻬﻢ ﺑﻤﻮﺳﻢ ﻋﻈﻴﻢ

‏( ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ .. ﻟﻠﻔﻮﺯﺍﻥ ﺹ 13 ‏)

ﺃﺗﻰ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻔﺘﺢ ﻓﻴﻪ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺔ ، ﻭ

“Hadits ini adalah kabar gembira bagi hamba Allah yanh shalih dengan datangnya Ramadhan. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar kepada para sahabatnya radhiallahu ‘anhum mengenai datangnya Ramadhan. Ini bukan sekedar kabar semata, tetapi maknanya adalah bergembira dengan datangnya momen yang agung.” (Ahaditsus Shiyam hal. 13)

Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan,

ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺑﻔﺘﺢ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺬﻧﺐ ﺑﻐﻠﻖ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﻨﻴﺮﺍﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺑﻮﻗﺖ ﻳﻐﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻳﺸﺒﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺯﻣﺎﻥ

“Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan). (Latha’if Al-Ma’arif hlm. 148)

Catatan: Hadits Dhaif Terkait Kegembiraan Menyambut Ramadhan
Ada hadits yang menyebutkan tentang bergembira menyambut Ramadhan, akan tetapi haditsnya oleh sebagian ulama dinilai dhaif bahkan maudhu’ (palsu)

ﻣَﻦْ ﻓَﺮِﺡَ ﺑِﺪُﺧُﻮﻝِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﺴَﺪَﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨِّﻴْﺮَﺍﻥِ

“Barangsiapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. (Nash riwayat ini disebutkan di kitab Durrat An-Nasihin)

Setelah dimulai dengan perasaan gembira menyambut Ramadhan, tahap selanjutnya adalah persiapan menyambut Ramadhan agar Ramadhan yang kita jalankan bisa maksimal.

Demikian semoga bermanfaat



@Yogyakarta Tercinta

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/29974-muslim-harus-bergembira-menyambut-ramadhan.html
Copyright © 2025 muslim.or.id

Share:

BEKAL PERJALANAN AKHIRAT

 Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢
Bekal Perjalanan Menuju Negeri Akhirat

Oleh: Ustadz Isa

*Sudah menjadi kepastian bahwa setiap manusia membutuhkan bekal dalam menjalankan segala aktivitas dalam kehidupannya.* Apapun bentuk aktivitas itu; seperti mengadakan perjalanan, menjalankan sebuah bisnis, ataupun menempuh pendidikan. Contoh yang paling sederhana adalah ketika seseoarang akan melakukan perjalanan panjang, maka dia membutuhkan bekal, baik berupa makanan dan minuman untuk mengisi kebutuhan perutnya, kendaraan untuk transportasi atau uang untuk membeli kebutuhan selama perjalanan dan lain sebagainya.

*Allah Ta’ala memerintahkan manusia agar mereka mempersiapkan bekal sebaik-baiknya sebelum masuk ke kehidupan abadi di alam akhirat.* Bekal yang mengantarkan manusia pada jalan keselamatan di akhirat kelak, bekal yang membawa manusia pada kesuksesan abadi.

Bagi seorang muslim, siapapun dia, baik laki-laki atau perempuan, pedagang atau pekerja, manajer atau karyawan bahkan pembantu sekalipun, membutuhkan bekal yang sangat sakral dan pokok. Hal ini dikarenakan hidup di dunia ini, bagi seorang muslim, hanyalah tempat singgah sejenak untuk menuju perjalanan ke akhirat yang kekal dan abadi.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Ibnu Umar radiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shalallahu alahi wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar radiyallahu’anhu berkata: Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati." (HR Bukhari no: 6416)

Bekal tersebut bukanlah makanan atau minuman. Bukan juga pakaian yang mereka gunakan atau yang lainnya. Akan tetapi, bekal yang dimaksud adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala, Yakni bekal menuju kehidupan abadi di alam akhirat nanti. Bekal yang mengantarkan manusia pada jalan keselamatan di akhirat kelak.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. Al-Baqoroh: 197)

Ayat di atas menjelaskan bahwa taqwa adalah bekal bagi setiap muslim. Taqwa juga merupakan wasiat atau anjuran yang langsung disampaikan oleh Allah Ta’ala kepada setiap muslim.

Allah Ta’ala berfirman :

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah." (QS. An-Nisa: 131)

Tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan akhirat, taqwa juga dapat menyelamatkan setiap muslim dalam kehidupan dunianya. Taqwa tak ubahnya rambu-rambu yang menjaga dan menuntun kita dalam menjalani kehidupan agar sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta’ala .

Akan tetapi, taqwa bukanlah perkara yang ringan. Diperlukan usaha yang keras untuk tetap istiqomah menjalankan perintah-perintah Allah Ta’ala serta berjuang melawan keinginan syahwatnya yang tidak jarang menyalahi tuntunan agama Islam.

Selain itu, agar seseorang mudah dan termotivasi untuk tetap istiqomah dalam melakukan ketaqwaan, maka hendaknya ia mengetahui fadhilah (keutamaan) dan fasilitas-fasilitas yang Allah Ta’ala akan berikan kepada orang-orang yang istiqomah dalam bertaqwa.

Dalam pandangan Allah Ta’ala, orang bertaqwa memiliki kedudukan yang sangat mulia. Oleh karena itu, siapapun yang ingin meraih kemuliaan tertinggi disisi-Nya, hendaknya ia tidak bersandar kepada harta, kemewahan, ataupun keturunan yang banyak. Akan tetapi terus-menerus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala dan memupuknya sampai akhir hayat.

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

*Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.* Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurôt: 13)

Demikian pula jawaban Rasulullah shalallahu alahi wasallam ketika seseorang bertanya kepadanya,

يا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ ؟ قَالَ: أَتْقَاهُمْ

Wahai Rasulullah, Siapakah manusia termulia? Beliau menjawab: Yang paling bertaqwa." (HR. Bukhori dan Muslim)

*Diantara fadhilah taqwa adalah terbebas dari segala problematika kehidupan.* Artinya Allah Ta’ala menjamin kepada orang yang bertaqwa, jalan keluar atau solusi dari masalah yang sedang ia hadapi. Selain itu, Allah Ta’ala juga menjamin rejeki untuknya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."
(QS. At-Tholâq: 2-3)

Fadilah dari ketaqwaan lainnya adalah akan dimudahkan dalam segala urusannya. Artinya Allah Ta’ala menjamin kepada orang yang bertaqwa kemudahan dalam setiap perkara yang ia hadapi dan ia lalui, baik yang bersifat materi ataupun imateri." (bukan benda).

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Tholâq: 4)

Selain itu Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya dan dilipatgandakan pahala amal ibadahnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. At-Tholâq: 5)

Masih banyak lagi keistimewaan orang-orang bertaqwa di hadapan Allah Ta’ala. Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang Allah berikan kemudahan hidup di dunia dan kenikmatan di akhirat kelak dengan sebab taqwa. Amin.

*▪︎Sumber*: Majalah Lentera Qolbu tahun ke-4 edisi ke-8

Sumber :
https://kuncikebaikan.com/bekal-perjalanan-akhirat/

Dipublikasikan ulang oleh
𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏
Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢

📕...............................✍🏻

Share:

SYI4H RAFIDHAH TIDAK MENGKAFIRKAN KAUM MUSLIMIN SECARA VULGAR?

 Ketahui Heat Wave atau Gelombang Panas ...

Muhammad Nuruddin berkata, "Orang Syi'ah tidak suka mengafir-ngafirkan atau menyesat-nyesatkan pihak lain dengan cara-cara yang vulgar.. "

Perkataan Ahlul filsafat yang satu ini apakah didasari kebodohan tentang syi'4h atau menutupi kerusakan syi4h?

Ketahuilah, kelompok Syi4h Rafidhah, dzikir hariannya adalah mencela dan melaknat sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, terutama Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Bin Khattab, Usman Bin Affan, Aisyah dan Muawiyah radhiyallahu anhum, lihat di shalat-shalat mereka yang tersebar luas di media, bagaimana dalam shalat mereka, tidak luput dari celaan dan laknat kepada sahabat di atas.

Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk mencela para sahabat radhiyallahu anhum.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR. Bukhari).

Bahkan mereka orang-orang syi4h rafidhah, bukan hanya melaknat dan mencela sahabat, namun mereka mengkafirkan mayoritas sahabat.

Dalam kitab Al Kafi, kitab rujukan orang-orang syiah rafidhah, mereka mengkafirkan mayoritas sahabat.

عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: كان الناس أهل ردة بعد النبي (صلى الله عليه وآله) إلا ثلاثة فقلت: ومن الثلاثة؟ فقال: المقداد بن الأسود وأبو ذر الغفاري و سلمان الفارسي رحمة الله وبركاته عليهم

“Dari Abi Ja’far Alaihissalam, dia berkata: Orang-orang telah murtad setelah wafatnya nabi shallallahu alaihi wa sallam kecuali 3 orang saja. Maka aku berkata: Siapakah 3 orang itu ? Abu Ja’far berkata: Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi rahmat dan berkah Allah untuk mereka” (Al-Kafi 8/245)

عن أبي جعفر (عليه السلام) قال: ارتد الناس كلهم بعد النبي صلى الله عليه وسلم إلا أربعة سلمان وأبو ذر والمقداد وعمار وهذا مما لا إشكال فيه

“Dari Abi Ja’far Alihissalam, dia berkata:“Orang-orang telah murtad sepeninggal nabi shallallahu alaihi wa sallam kecuali 4 orang saja, Salman, Abu Dzar, Miqdad,  dan ‘Ammar. Dan ini apa yang tidak ada permasalahan di dalamnya” (Al-Anwar An-Nu’maniyyah 1/64).

Maka sungguh sangat mengherankan dari perkataan MN, tentang syi4h, wong sahabat radhiyallahu anhum saja mereka kafirkan secara vulgar di kitab-kitab mereka, apalagi kaum muslimin kebanyakan.

Padahal sahabat radhiyallahu anhum adalah orang-orang yang diridhoi Allah Ta'ala, tetapi syi4h rafidhah mencela dan mengkafirkan para sahabat.

Allah Ta'ala berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dari Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik Allah rida kepada mereka dan menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya mereka kekal di dalammnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 100).

Memang MN bukan syiah menurut pengakuannya, namun dengan memuji syi4h, itu menunjukkan corong duat mereka. Memuji Ahlul bid'ah saja tidak boleh, apalagi memuji syi4ah rafidhah yang dikafirkan para ulama.

Syekh Abdul Aziz Bin Bawa rahimahullah ditanya,

الَّذي يثني على أهل البدع ويمدحهم هل يأخذ حكمهم فقال :

Orang yang memuji AHLUL BID'AH dan menyanjung mereka, apakah dihukum sama seperti mereka?

Beliau menjawab,

نعم، ما فيه شكّ ، من أثنى عليهم ومدحهم هو داعٍ لهم ، يدعو لهم ، هذا مِن دعاتهم، نسأل الله العافية ".اهـ. ‏(شرح كتاب ، فضل الإسلام )  .

Iya, tidak ada keraguan padanya. Orang yang memuji mereka dan menyanjungnya, dia da'i bagi mereka dan berdakwah untuk mereka. Ini diantara du'at mereka. Kita meminta kepada Allah keselamatan. (Syarh Kitab Fadhl Islam).

AFM

Copas dari berbagai sumber

----
Perhatikan kata-kata dalam spanduk yang dibawa oleh jamaah syi4h rafidhah di dalam foto distatus ini yang secara vulgar mengkafirkan dua sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam yang terbaik, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma

Share:

Hikmah dari Kisah Taubat Al-Razi

 Cara Shalat Hajat Lengkap dengan Niat ...

Imam Fakhruddin al-Razi (1149–1209 M) adalah salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, terutama dalam bidang tafsir, filsafat, dan teologi. Beliau terkenal dengan karya-karyanya, seperti Tafsir al-Kabir (Mafatih al-Ghayb), yang merupakan salah satu kitab tafsir terbesar dalam Islam. Namun, terkait kisah taubatnya, terdapat beberapa riwayat menarik yang sering dikaitkan dengan perjalanan intelektual dan spiritualnya.

Kisah Taubat Al-Razi

Al-Razi dikenal sebagai seorang ulama yang sangat cerdas dan ahli dalam ilmu kalam, filsafat, serta logika. Namun, di masa-masa akhir hidupnya, Al-Razi dikisahkan mengalami penyesalan mendalam terhadap kecenderungannya kepada filsafat dan pendekatan rasional yang terlalu dominan dalam kajiannya. Ia menyadari bahwa akal manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hakikat Allah dan agama secara mendalam.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Al-Razi berkata:

> “Aku telah menghabiskan hidupku dalam berbagai ilmu rasional dan filsafat. Namun, pada akhirnya, aku menyadari bahwa jalan selamat adalah jalan orang-orang awam yang hanya bergantung kepada Allah dengan iman yang murni.”

Ia pun menyatakan bahwa ilmu yang benar-benar bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan seseorang kepada Allah dan menjauhkan dari kesombongan intelektual. Pada akhirnya, Al-Razi dikisahkan kembali kepada pendekatan yang lebih sederhana dalam beragama, fokus pada ilmu-ilmu Al-Qur'an dan sunnah, serta memperbanyak ibadah.

Hikmah dari Kisah Taubat Al-Razi

1. Keterbatasan Akal: Al-Razi mengajarkan bahwa meskipun akal adalah anugerah yang besar, ia tidak mampu menjangkau segala sesuatu, terutama hal-hal yang bersifat ghaib.

2. Keikhlasan dalam Ilmu: Ilmu yang sejati adalah ilmu yang mengantarkan seseorang kepada Allah, bukan sekadar untuk kebanggaan intelektual.

3. Kembali ke Jalan Allah: Sebesar apa pun pencapaian seseorang, taubat dan penyesalan adalah jalan yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kisah taubat Al-Razi ini menjadi pengingat bahwa ilmu dan akal harus selalu disertai dengan keimanan, kerendahan hati, dan pengakuan akan keterbatasan manusia di hadapan Allah.

***


Share:

SHALAT BACAAN PANJANG BID'AH?

Shalat sebagai Suatu Kebahagiaan yang Luhur

Shalat bacaan panjang dan pendek itu apa standarnya? Dan bacaan panjang seperti apa yang dilarang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu menegur seorang sahabat yang bacaannya panjang karena membaca surah Al-Baqarah, Ali Imran, An Nisa atau semisalnya ketika mengimami orang banyak. Kalau bacaannya cuma Al Ala, Asy Syam, Al 'Ala dan semisalnya, itu tidak panjang, bahkan dianjurkan.

Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda,

إِذَا مَا قَامَ أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ الصَّلَاةَ فَإِنَّ فِيهِمْ الْكَبِيرَ وَفِيهِمْ الضَّعِيفَ وَإِذَا قَامَ وَحْدَهُ فَلْيُطِلْ صَلَاتَهُ مَا شَاءَ

Apabila salah seorang di antara kalian mendirikan shalat mengimami manusia, hendaklah dia meringankan shalat tersebut, karena di antara mereka ada orang tua dan lemah. Dan apabila dia shalat sendirian, hendaklah dia memanjangkan shalatnya sebagaimana yang dia kehendaki." (HR. Bukhari Muslim).

Berkata Jabir radhiyallahu anhu,

صَلَّى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ الْأَنْصَارِيُّ بِأَصْحَابِهِ صَلَاةَ الْعِشَاءِ فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ فَانْصَرَفَ رَجُلٌ مِنَّا فَصَلَّى فَأُخْبِرَ مُعَاذٌ عَنْهُ فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ مَا قَالَ لَهُ مُعَاذٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا

Mu'adz bin Jabal Al Anshari melaksanakan shalat isya bersama sahabatnya, ia memanjangkan shalat hingga ada seorang laki-laki dari kami keluar dan shalat sendirian. Mu'adz diberi kabar tentang laki-laki itu hingga dia berkata, "Ia orang munafik. " Ketika ucapan Mu'adz itu sampai kepada laki-laki tersebut, ia pun mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkan apa yang diucapkan oleh Mu'adz. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Wahai Mu'adz, apakah engkau akan menciptakan fitnah! (HR. Ibnu Majah. Hadits Shahih).

Berkata Jabir radhiyallahu anhu,
 
كَانَ مُعَاذٌ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي فَيَؤُمُّ قَوْمَهُ فَصَلَّى لَيْلَةً مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ ثُمَّ أَتَى قَوْمَهُ فَأَمَّهُمْ فَافْتَتَحَ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ فَانْحَرَفَ رَجُلٌ فَسَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى وَحْدَهُ وَانْصَرَفَ فَقَالُوا لَهُ أَنَافَقْتَ يَا فُلَانُ قَالَ لَا وَاللَّهِ وَلَآتِيَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَأُخْبِرَنَّهُ فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا أَصْحَابُ نَوَاضِحَ نَعْمَلُ بِالنَّهَارِ وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى مَعَكَ الْعِشَاءَ ثُمَّ أَتَى فَافْتَتَحَ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مُعَاذٍ فَقَالَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ اقْرَأْ بِكَذَا وَاقْرَأْ بِكَذَا قَالَ سُفْيَانُ فَقُلْتُ لِعَمْرٍو إِنَّ أَبَا الزُّبَيْرِ حَدَّثَنَا عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ قَالَ اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى فَقَالَ عَمْرٌو نَحْوَ هَذَا

Muadz shalat bersama Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, kemudian dia datang, lalu mengimami kaumnya. Maka dia melakukan shalat Isya' pada malam tersebut bersama Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, kemudian mendatangi kaumnya, lalu mengimami mereka. Lalu dia membuka dengan surat Al-BAQARAH, maka seorang laki-laki berpaling lalu salam, kemudian shalat sendirian, lalu berpaling pergi. Maka mereka berkata kepadanya, 'Apakah kamu berlaku munafik wahai fulan? ' Dia menjawab, 'Tidak, demi Allah, aku akan mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku akan mengabarkan kepada beliau. Lalu dia mendatangi Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya para pekerja penyiram (tanaman) bekerja pada siang hari (sehingga kecapekan), dan sesungguhnya Mu'adz shalat Isya' bersamamu, kemudian dia datang kepada kami lalu shalat dengan membukanya dengan surat al-Baqarah.' Maka Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam menghadap Mu'adz seraya bersabda, 'Wahai Mu'adz, apakah kamu pemfitnah (yang membuat orang lari dari agama), bacalah dengan surat ini dan bacalah dengan ini' -maksudnya surat yang ringkas dan pendek--." Berkata Sufyan, maka saya berkata kepada Amru sesungguhnya [Abu az-Zubair] telah menceritakan kepada kami, dari [Jabir] bahwa dia berkata, "Bacalah 'IQRA DAN ASY-SYAMS WA DHUHAHA, SERTA WA ADH-DHUHA WA AL-LAILI IDZA YAGHSYA DAN SABBIHISMA RABBIKA AL-A'LA". Maka Amru berkata semisal ini. (HR. Muslim).

Herannya Muhammad Nuruddin yang merasa berilmu, justru mengiyakan saja supir yang mungkin tidak pernah belajar di pesantren atau Al Azhar, yang seharusnya mengajari supir bahwa yang panjang bacaan itu seperti membaca Al-Baqarah dan semisalnya. Atau bertanya kepada supir, apa bacaan imamnya?

Wis, karena kebencian dan kegerahan yang mendalam di hati Nuruddin terhadap perkembangan dakwah salaf yang mungkin mengganggu hati nuraninya, akhirnya supir yang awam dijadikan rujukan informasi. Din din, logika seperti ini mau merendahkan dan menandingi keilmuan Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah?

AFM

Share:

Pilih Syi'ah atau Wahabi?

 Pantai Pasir Putih Memiliki Topfografi ...

 Pilih Syi'ah atau Wahabi? "Terus terang saya lebih simpatik pada ulama-ulama Syi'ah, ketimbang tokoh-tokoh Wahabi" kata seorang ustadz muda lulusan Magister Aqidah Filsafat Universitas Al-Azhar Kairo yang belum lama naik daun di media sosial, alasannya sangat klasik;

Pertama, karena "Syiah itu tradisi filsafatnya sangat kaya"

Kedua, karena "orang syiah tidak suka mengkafir-kafirkan, atau menyesat-nyesatkan pihak lain dengan cara vulgar".

Kita jawab pada pernyataan yang pertama,

Wa billahi at-taufiq

Pertama, betul kalau dikatakan Syiah tradisi filsafatnya sangat kaya apalagi Syiah di era akhir Daulah Abasyiyah setelah berkuasanya Bani Buwaih (334-447H) yang di zaman itu tersebar luas berbagai macam pemahaman Syiah, seperti Syiah qaramitah -dan ini banyak jumlahnya-, Syiah Rafidhoh, juga sekte lainnya seperti Mu'tazilah, dan Para Filsuf. (Majmu' Fatawa, 4/22)

Dan zaman itu pula tersebar pemahaman Mu'tazilah -para pemuja akal yang berlandaskan ilmu filsafat- dalam tubuh Syiah Rafidhoh, sehingga Syiah Rafidhoh pada pemahaman asma dan sifat sama seperti Mu'tazilah. (Al-Fatawa Al-Kubro 6/356).

Dari fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Syiah sebelum tahun itu tidak memiliki tradisi filsafat yang kaya.

Kedua, perlu kita ketahui bersama bahwa filsafat dalam islam adalah sesuatu yang tidak diperlukan bahkan berbahaya untuk dipelajari karena dalam ilmu filsafat terutama dalam ilmu "filsafat islam" mereka menyandarkan  permasalahan akidah, terutama tentang sifat-sifat Allah azza wa jalla, penyimpangan keyakinan tentang hari kiamat dan hal-hal gaib lainnya kepada akal. Yang mengakibatkan apapun yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia akan mereka tolak walaupun itu dikatakan dengan jelas dan gamblang maknanya dalam Al-Quran dan Sunnah Shahihah.

Secara terperinci bantahan terhadap syubhat-syubhat orang-orang filsafat bisa merujuk pada kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- karena beliau hidup di zaman para filsuf ber-KTP islam dan sekte lainnya seperti Mu'tazilah, Jahmiyah, Asy'ariyah, Maturidiyah, Syiah dan yang semisalnya juga merebak di zaman beliau.

Juga karena Prof. DR. Muhammad Khalil Harras (Profesor Akidah Filsafat Univ. Al-Azhar Kairo) mengatakan, "Keinginan yang kuat untuk membantah syubhat-syubhat filsafat itulah yang mendorong beliau (Ibnu Taimiyyah) mempelajari filsafat secara mendalam, sehingga memungkinkan untuk membantahnya secara ilmiyah dan jauh dari sikap serampangan". (Ibnu Taimiyyah As-Salafy, Hal.41)

Diantara karya tulis beliau yang membantah syubhat-syubhat filsafat; Dar ut ta'arudh aql wa naql (menolak adanya kontradiksi antara akal dan naql/wahyu), Ar-Roddu ala al-Mantiqiyin, Minhajussunnah an-Nabawiyah, At-Tis'iniyah dan jawaban-jawaban yang terhimpun dalam kitab Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah yang dikumpulkan oleh Syaikh Ibnu Qosim -rahimahullah-.

Jika ditelisik, Ibnu Taimiyyah justru lebih menguasai ilmu mantik dan filsafat dibandingkan dengan Thaba' Thabai, Mulla Shadra, Muthahhari, Abdul Jabbar ar-Rifai, dan bahkan lebih dari Baqir Shadr yang dikatakan sebagai ahli filsafat yang jenius, seandainya beliau ini mau bersikap adil dalam mengkritik dan tidak fanatik.

Alasan kedua yang beliau katakan, "orang Syiah tidak suka mengkafir-kafirkan, atau menyesat-nyesatkan pihak lain dengan cara vulgar."

Maka, kita jawab langsung dari sumber rujukannya.

Berkata seorang pembesar Syiah Yusuf al-Bahrani (w. 1186H) dalam kitabnya al-Hadaiq an-Nadhiroh (14/163):

«والتحقيق المستفاد من أخبار أهل البيت عليهم السلام، كما أوضحناه بما لا مزيد عليه في كتاب "الشهاب الثاقب" أن جميع المخالفين العارفين بالإمامة والمنكرين القول بها، كلهم نصاب وكفار ومشركون ليس لهم في الإسلام ولا في أحكامه حظ ولا نصيب ... ».

"Pendapat yang terpilih dari kesimpulan yang dinukilkan para Ahli Bait, sebagaimana yang telah kami katakan dengan jelas dalam kitab "asy-syihab ats-tsaqib" bahwa seluruh orang yang menyelisihi madzhab Imamiyah baik dia mencintai Ahli Bait atau yang mengingkari keyakinan Imamiyah, mereka seluruhnya adalah para pembenci ahli bait, mereka adalah orang-orang kafir dan musyrik yang tidak memiliki sedikitpun bagian dari hukum islam dan keislaman."

Berkata Muhammad Baqir al-Majlisi (w. 1111H) -sumber rujukan Syiah Rafidhah- dalam kitabnya Biharul Anwar (23/389):

«اعلم أن إطلاق لفظ الشرك والكفر على من لم يعتقد إمامة أمير المؤمنين والأئمة من ولده عليهم السلام، وفضل عليهم غيرهم، يدل على أنهم كفار مخلدون في النار»

"Ketahuilah bahwa penyebutan lafadz syirik dan kufur secara mutlak terhadap orang yang tidak meyakini keimaman Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib), dan para imam (yang dua belas) dari anak keturunannya, dan tidak meyakini keutamaan mereka atas yang lainnya, itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang kafir yang kekal di neraka." Kurang vulgar apa lagi?

FYI, Muhammad Baqir al-Majlisi ini juga merupakan cendikiawan Syiah, pemikir besar dan filsuf Syiah Imamiyah yang disegani dan dihormati oleh kaumnya, Apakah ini buah dari -yang katanya- memiliki tradisi filsafat yang sangat kaya?

Tidak heran mengapa ustadz muda yang berakidah Asy'ariyah ini lebih memilih Syiah, ya karena pondasi dan dasar keyakinan Asy'ariyyah sama dengan Syiah Rafidhah dan Mu'tazilah.

Walaupun mereka terkesan saling membantah dan berlepas diri, ingatlah apa yang dikatakan oleh Imam Marwan ath-Thaathari -rahimahullah-

ثلاثة لا يؤتمنون: الصوفي والقصاص ومبتدع يرد على أهل الأهواء.

"Tiga macam orang yang tidak dapat dipercaya; orang sufi, tukang dongeng dan pelaku kebid'ahan yang membantah pelaku kebid'ahan lainnya." (Tartibul Madarik Lil Qadhi 'Iyadh, 1/243)

🖋Abu Sufyan Habib
Majalengka, 2 Rajab 1446H/2 Januari 2025
https://t.me/bukukustore/1480


Share:

HADITS PALSU TENTANG BULAN ROJAB

 1.000.000+ Foto Langit Senja Yang Indah ...

Assalamu'alaikum
Hadits-hadist palsu (tepatnya adalah maqol para ulama) dan penjelasan para ulama tentang Bulan Rojab.

1. Imam Ibnul Jauzy menerangkan bahwa hadits-hadits tentang Rajab, Raghaa-ib adalah palsu dan rawi-rawi majhul. [Lihat al-Maudhu’at (II/123-126)]

2. Kata Imam an-Nawawy:
“Shalat Raghaa-ib ini adalah satu bid’ah yang tercela, munkar dan jelek.” [Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 140)]

3. Kata Syaikh Muhammad Darwiisy al-Huut: “Tidak satupun hadits yang sah tentang bulan Rajab sebagai-mana kata Imam Ibnu Rajab.” [Lihat Asnal Mathaalib (hal. 157)]

4. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H): “Adapun shalat Raghaa-ib, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), bahkan termasuk bid’ah…. Atsar yang menyatakan (tentang shalat itu) dusta dan palsu menurut kesepakatan para ulama dan tidak pernah sama sekali disebutkan (dikerjakan) oleh seorang ulama Salaf dan para Imam…”

Hadits-hadits yang diriwayatkan tentang itu adalah dusta menurut Ijma’ para Ahli Hadits. Demikian juga shalat malam pertama bulan Rajab, malam Isra’, Alfiah nishfu Sya’ban, shalat Ahad, Senin dan shalat hari-hari tertentu dalam satu pekan, meskipun disebutkan oleh sebagian penulis, tapi tidak diragukan lagi oleh orang yang mengerti hadits-hadits tentang hal tersebut, semuanya adalah hadits palsu dan tidak ada seorang Imam pun (yang terkemuka) menyunnahkan shalat ini… Wallahu a’lam.” [Lihat Majmu’ Fataawa (XXIII/132, 134)]

5. Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah;"semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat pada beberapa malamnya semuanya adalah dusta (palsu) yang diada-adakan.”

Semoga bermanfaat

Share:

𝗧𝗮𝗻𝗴𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 ﷺ 𝗦𝗲𝗽𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗮𝗹𝗮𝗺

Kala Senja Berwisata di Tepi Pantai ...

Pernah suatu ketika Rasulullah ﷺ menangis sepanjang malam. Apa yang membuat beliau menangis sepanjang malam? Apakah beliau sedang memikirkan istri dan anak beliau? Ataukah sedang gelisah karena beratnya beban harta dan kedudukan beliau?

Ternyata beliau ﷺ menangis bukan karena hal-hal duniawi tersebut. Beliau ﷺ menangis dalam shalatnya ketika beliau ﷺ membaca Al-Qur'an Surah Al-Ma’idah [5] ayat 118 beliau ﷺ menangis hingga waktu subuh tiba. Beliau terus mengulang-ulang ayat tersebut.

‎إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Kemudian beliau ﷺ memanjatkan doa seraya berkata, “Ya Allah, rahmatilah umatku, ya Allah rahmatilah umatku.” Lalu beliau menangis tersedu-sedu.

Allah Ta’ala berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, pergi dan temuilah Muhammad ﷺ. Tuhanmu Maha Mengetahui. Tanyakan kepadanya, kenapa dia menangis?”

Jibril pun menemui Rasulullah ﷺ untuk menanyakan sebab yang membuat beliau menangis. Rasulullah ﷺ menyampaikan kepada Jibril kegelisahan beliau terhadap umatnya.

Jibril pun menyampaikan kegelisahan Rasulullah ﷺ kepada Allah. Lalu Allah menjawab, “Temuilah kembali Muhammad ﷺ. Katakan kepadanya bahwa Aku pasti meridhai dan mengizinkannya memberikan syafaat kepada umatnya dan Aku tidak akan mengecewakannya dengan membiarkan umatnya sengsara di akhirat.” (H.R. Muslim)

Rasulullah ﷺ itu sosok manusia mulia, lelaki agung itu, suka menangis dalam shalatnya. Menangis memohon ampunan untuk kita umatnya, dan demi memikirkan nasib kita di akhirat.

Allahu akbar. Sungguh besar rasa cinta Allah dan Rasul-Nya kepada kita.

Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita menangis ketika mengingat Allah karena belum pandai bersyukur kepada-Nya dan belum mampu menjadi umat Rasul ﷺ yang setia mengikuti petunjuknya?

Semoga menjadi bahan renungan.

Share:

CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Translate

INSAN TV

POPULAR

Cari