Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memperhatikan dan menjaga shalat secara berjamaah di masjid, walaupun beliau sakit tetap beliau berusaha untuk mendatangi shalat jamaah. Beliau shalat sambil duduk, karena sakitnya beliau tidak bisa shalat sambil berdiri.
Aisyah radhiyallaahu 'anha mengisahkan tentang kisah shalat berjamaah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sakit. 'Aisyah radhiyallaahu 'anha berkata:
فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ أَبِى بَكْرٍ قَالَتْ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى بِالنَّاسِ جَالِسًا وَأَبُو بَكْرٍ قَائِمًا يَقْتَدِى أَبُو بَكْرٍ بِصَلاَةِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَيَقْتَدِى النَّاسُ بِصَلاَةِ أَبِى بَكْرٍ. )مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Beliau datang dan duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Beliau mengimami jama'ah dengan duduk sedang Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang mengikuti shalat Abu Bakar. (HR. Bukhari Muslim).
Keutamaan shalat berjamaah di masjid sangat luar biasa. Begitu banyak pahala dan balasan Allah Ta’ala bagi orang yang menhadiri shalat jamaah, sehingga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam walaupun sakit, Beliau tetap menghadiri shalat jamaah.
Untuk kali ini penulis akan tuliskan sebagian dari keutamaan-keutamaan shalat berjamaah di masjid.
Pertama, Pahala Yang Besar.
Ubay bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu bercerita :
"Ada seseorang dari golongan sahabat Anshar yang saya tidak mengetahui seseorang pun yang letak rumahnya lebih jauh dari rumah orang itu dari masjid, tetapi ia tidak pernah terlambat shalat fardhu, ia mesti shalat berjamaah.
Kepadanya dikatakan: "Alangkah baiknya jikalau engkau membeli seekor keledai yang dapat engkau naiki di waktu malam gelap gulita serta di waktu teriknya panas matahari." la menjawab: "Saya tidak senang kalau rumahku itu ada di dekat masjid, sesungguhnya saya ingin kalau jalanku sewaktu pergi ke masjid dan sewaktu pulang dari masjid untuk kembali ke tempat keluargaku itu dicatat pahalanya untukku."
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَدْ جَمَعَ اللَّهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ. )رواه مسلم
"Sungguh Allah telah mengumpulkan untukmu pahala semuanya itu (yakni waktu pergi dan pulangnya semuanya diberi pahala)." (HR. Muslim).
Coba perhatikan kisah di atas, bagaimana perhatiannya para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi masjid untuk shalat berjamaah, mereka rela berjalan kaki walaupun jauh tempatnya, karena mereka mengetahui pahala yang besar di dalamnya.
Lihat pula kisah Bani Salamah yang hendak berpin-dah ke dekat masjid, agar mereka bisa terus menghadiri shalat berjamaah di masjid. Berita tersebut terdengar oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda kepada mereka : "Ada berita yang sampai kepadaku bahwa engkau semua hendak berpindah di dekat masjid." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah. Kita memang berkehendak demikian." Beliau lalu bersabda lagi:
يَا بَنِى سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ فَقَالُوا مَا كَانَ يَسُرُّنَا أَنَّا كُنَّا تَحَوَّلْنَا.
"Hai keluarga Bani Salimah, tetaplah di rumah-rumah kalian saja (tidak usah pindah), dicatat bekas-bekas langkah kaki kalian, tetaplah di rumah-rumah kalian saja (tidak usah pindah), dicatat bekas-bekas langkah kaki kalian. Mereka lalu berkata: "Kita tidak berkeinginan lagi untuk pindah (ke dekat masjid)." HR. Muslim).
Kisah yang sangat menakjubkan tentang bagaimana perhatiannya sahabat terhadap shalat berjamaah. Ada yang tidak mau pindah dan tetap mendatangi masjid walaupun dengan berjalan kaki, ada juga yang ingin pindah dekat masjid, kemudian tidak jadi karena diberi tahu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pahala yang besar bagi orang yang melangkahkan kaki ke masjid.
Mereka tahu dan faham betul bagaimana pahala yang besar bagi orang yang mendatangi masjid. Walaupun jauh, terik matahari, dingin dan sakit tetap mereka pergi ke masjid. Bahkan seandainya harus merangkak untuk mendatanginya, mereka pun akan merangkak, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِى الصَّلاَةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِى يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِى يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ ». وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ « حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الإِمَامِ فِى جَمَاعَةٍ ». (رواه مسلم).
"Sesungguhnya sebesar-besar pahala bagi manusia dalam shalat ialah yang paling jauh di antara mereka itu tentang jalannya, lalu lebih jauh lagi. Dan orang yang menantikan shalat sehingga ia dapat mengikuti shalat itu bersama imam adalah lebih besar pahalanya daripada orang yang melakukan shalat ( sendirian ) lalu ia tidur." Di dalam riwayat Abi Kuraib “Sampai dia shalat bersama imam di dalam jamaah.” (HR. Muslim).
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا (رواه متفق عليه
Seandainya manusia mengetahui betapa besar pahalanya mengerjakan shalat Isya' dan Subuh (berjamaah), niscaya mereka akan mendatangi kedua shalat itu, sekalipun dengan merangkak." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Mengangkat Derajat dan Menghapuskan Dosa.
Melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah, akan dinilai suatu kebaikkan, langkah yang pertama mengangkat derajat dan langkah yang kedua menghapuskan dosa. Semakin jauh tempat dari masjid, semakin banyak kaki dilangkahkan, dan semakin tinggi di angkat derajat kita dan semakin banyak dosa yang di hapuskan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِىَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً (رواه مسلم).
"Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian ia pergi ke salah satu dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menyelesaikan salah satu shalat wajib dari beberapa shalat yang diwajibkan oleh Allah, maka langkah-langkahnya itu yang selangkah dapat menghapuskan satu kesalahan sedang langkah yang lainnya dapat menaikkan satu derajat." (HR. Muslim).
Ketiga, Pahalanya Dilipat Gandakan.
Pahala orang yang menghadiri shalat jamaah di masjid, Allah lipat gandakan 25 sampai 27 derajat. Ini pahala yang sangat besar, keuntungan yang sangat menggiurkan dan perniagaan yang menghasilkan laba yang besar.
Namun sayang, sebagian manusia tidak tertarik, tidak seperti halnya dengan keuntungan dunia. Misalkan ada bank yang menawarkan bunga 25% bagi yang menabung di banknya, misalkan kita menabung Rp. 100.000, tiap hari bank menawarkan penambahan uang bagi yang menabung 25 %, berarti 1 hari uangnya akan bertambah Rp 25.000, kalau sebulan menjadi Rp 750.000, tentulah orang akan berbondong-bondong mendatangi bank tersebut.
Tapi kenapa keuntungan akhirat yang pasti dan menjadi bekal kita untuk hidup selama-lamanya di akhirat tidak tertarik! Sungguh kerugian yang nyata bagi orang-orang yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً. (رواه البخاري و مسلم).
Shalat jamaah lebih utama 27 derajat dari pada shalat sendirian (HR. Bukhari Muslim).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (رواه البخاري و مسلم).
Shalat jamaah lebih utama 25 derajat dari pada shalat sendirian (HR. Bukhari Muslim).
Keempat, Malaikat Mendoakan Turunnya Rahmat Allah.
Orang yang senantiasa mendatangi masjid-masjid Allah untuk shalat berjamaah, para malaikat mendoakannya agar Allah Ta’ala memberikan rahmat kasih sayangNya kepada orang tersebut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا ، وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ ، وَلاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاَةَ. (رواه البخاري).
"Shalatnya seseorang lelaki dalam jamaah itu dilipat gandakan pahalanya melebihi shalatnya di rumahnya dan di pasarnya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang sedemikian itu ialah kerana bahawasanya apabila seseorang itu berwudhu' lalu memperbaguskan cara wudhu'nya, kemudian keluar ke masjid, sedang tidak ada yang menyebabkan keluarnya itu melainkan karena hendak shalat, maka tidaklah ia melangkah sekali langkah, melainkan dinaikkanlah untuknya satu derajat dan dihapuskan daripadanya satu kesalahan. Selanjutnya apabila ia shalat, maka para malaikat itu senantiasa mendoakan untuknya supaya ia memperolehi kerahmatan Allah, selama masih tetap berada di tempat shalatnya, juga selama ia tidak berhadas. Ucapan malaikat itu ialah: "Ya Allah, berikanlah kerahmatan pada orang itu; ya Allah, belaskasihanilah ia." Orang tersebut dianggap berada dalam shalat, selama ia menantikan shalat jamaah." (HR. Bukhari).
Kelima, Mendapat Hidangan di Surga.
Siapa yang tidak suka kalau diberikan hidangan makanan yang lezat bila datang kesuatu tempat. Setiap kali datang diberikan hidangan yang sungguh sangat enak, pastilah kita senang, apalagi makanan itu diberikan secara cuma-cuma, gratis, yang penting mau datang ke tempat itu.
Allah Ta’ala janjikan kepada orang yang mendatangi shalat jamaah di masjid diberikan hidangan makanan yang lezat di surga. Makanan yang rasanya tidak ada bandingan-nya dan belum pernah kita merasakannya ketika di dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنَ الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا ، أَوْ رَاحَ. (متفق عليه).
"Barangsiapa pergi ke masjid pada waktu pagi atau petang hari, maka Allah menyediakan untuknya suatu hidangan di syurga, setiap kali ia pergi pagi atau petang hari itu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Keenam, Mendapatkan Cahaya.
Orang yang berpaling dari peringatan dan petunjuk Allah dan RasulNya, akan mengalami kegelapan pada hari kiamat, bahkan dibangkitkan dalam keadaan buta.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (طه : 124- 125)
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (Thaha : 124-125).
Lain halnya dengan orang yang senantiasa melangkahkan kakinya ke masjid untuk shalat jamaah, sebagai bentuk ketaatan mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya, akan diberikan cahaya yang sempurna, yang terang benderang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَشِّرِ الْمَشَّائِينَ فِى الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ». (رواه أبو داود وابن ماجة و الترمذي قال الشيخ الألباني : صحيح)
"Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang berjalan di waktu malam ke masjid-masjid bahwa mereka akan memperoleh cahaya yang sempurna besok pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Ketujuh, Bukti Keimanan Seseorang.
Orang yang senantiasa pergi ke masjid untuk shalat jamaah merupakan ciri kesempurnaan iman seseorang. Bukti orang yang mengaku beriman, adalah dilihat dari shalat jamaah di masjid atau tidak. Jika dia shalat jamaah di masjid, maka dia memiliki iman yang sempurna, kalau tidak, berarti dia tidak memiliki iman yang sempurna.
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ…..
Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salatnya. (At Taubah : 18).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَلْزَمُ الْمَسْجِدَ ، فَلاَ تَحَرَّجُوا أَنْ تَشْهَدُوا أَنَّهُ مُؤْمِنٌ ، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ {إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ} (رواه الحاكم - قال الذهبي في التلخيص : صحيح).
Apabila kalian melihat seorang laki-laki yang biasa ke masjid (untuk shalat jamaah), lalu mereka tidak melakukan dosa, saksikanlah bahwasannya dia seorang mukmin. Karena sesungguhnya Allah berfirman : “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah.. (At Taubah : 18). (HR. Al Hakim di Al Mustadrak. Berkata Adz Dzahabi di At Talkhish : Hadits Shahih).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَتَعَاهَدُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالإِيمَانِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ (إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ). (رواه الترمذي و ابن ماجة و ابن حبان. قال الشيخ الألباني : ضعيف).
"Apabila kalian melihat seorang laki-laki yang biasa pulang pergi ke masjid, maka saksikanlah baginya keimanan (bahwa orang itu benar-benar orang yang beriman). Karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: "Hanyalah yang meramaikan masjid-masjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hiban).
Sayang hadits ini di dhaifkan (dilemahkan) oleh syekh Al Albani, tapi maknanya tidak bertentangan dengan ayat dan hadits yang shahih.
Kedelapan, Seperti Shalat Semalam Suntuk.
Orang yang melaksanakn shalat isya berjamaah di masjid pahalanya bagaikan shalat setengah malam dan yang shalat subuh berjamaah di masjid bagaikan orang yang shalat semalam suntuk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِى جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ (رواه مسلم).
"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat separuh malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Subuh dengan jamaah, maka seolah-olah ia mendirikan shalat semalam suntuk." (HR. Muslim).
Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ (رواه الترمذي قال الشيخ الألباني : صحيح).
"Barangsiapa yang menghadiri shalat Isya' dengan jamaah maka baginya adalah pahala mengerjakan shalat selama separuh malam dan barangsiapa yang shalat Isya' dan Shubuh dengan jamaah, maka baginya adalah pahala seperti mengerjakan shalat semalam suntuk." (HR. Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Sahih).
Kesembilan, Syetan Ditaklukan
Bila dalam satu kampung tidak ada yang mendirikan-shalat jamaah di masjid, itu menunjukan syetan telah menguasai kampung tersebut. Dan sebaliknya, apabila dalam satu kampung tegak shalat jamaah, walaupun hanya 3 orang, berarti mereka tidak dikuasai syetan dan telah mengalah-kannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ ثَلاَثَةٍ فِى قَرْيَةٍ وَلاَ بَدْوٍ لاَ تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلاَةُ إِلاَّ قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ. (رواه ابو داود. قال الشيخ الألباني : حسن).
Tidaklah 3 orang dalam satu kampung atau satu desa mereka tidak mendirikan shalat (secara jamaah) melainkan syaitan menguasai mereka itu. Maka dari itu, hendaklah engkau semua tetap menjaga jamaah, sebab sesungguhnya serigala itu memamakan kambing yang jauh sendirian (yang terpisah dari kawanannya)." (HR Abu Dawud. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).
Itulah sebagian keutamaan shalat jamaah di masjid. Amalan yang penuh dengan keutamaan dan amalan yang sangat agung, amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan para salafush sholeh, maka sudah seyogyanya kita mengikuti jejak mereka, meramaikan masjid-masjid Allah dengan shalat jamaah.
..............................
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar