KIBLAT.NET – Cerita ini disampaikan Dr. Saleh As-Saleh. Cerita ini dapat didengarkan dalam bentuk audio yang berjudul The Camel Given In Charity.
Dr. Saleh mulai bercerita
“Apakah Anda ingin mendengar cerita nyata yang terjadi ratusan tahun yang lalu di Saudi? Ini adalah kisah nyata.”
Ia melanjutkan:
“Bismillahirrahmanirrahim. Kisah ini terjadi sekitar ratusan tahun yang lalu. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki bernama Ibnu Jad’an. Saat musim panen, dia suka bepergian keluar dan melihat unta-unta yang gemuk dan susu mereka yang melimpah.
Saat anak unta yang masih kecil mendekat ke induknya, anak unta itu akan meminum susu dari induknya dengan puas. Ketika Ibnu Jad’an melihat induk unta dan anaknya, dia teringat kepada tetangganya yang miskin serta memiliki 7 anak.
Dia bertekad akan memberikan induk unta ini dan anaknya sebagai sedekah untuk tetangganya. Kemudian dia membaca
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 92)
Diantara sekian hewan ternak yang paling dicintai adalah induk unta dan anaknya. Kemudian, dia membawa induk untadan anaknya kepada tetangganya yang miskin sebagai hadiah.
Ibnu Jad’an melihat senyum penuh kebahagiaan terpancar dariwajah tetangganya. Saking senangnya, tetangganya sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata apapun. Induk unta tersebut diambil susunya serta digunakan untuk mengangkut kayu. Sementara anak unta dirawat hingga besar kemudian dijual. Tetangganya banyak memperoleh manfaat dariunta pemberian tersebut.
Setelah musim panen berlalu, datanglah musim paceklik (kekeringan). Arab Badui mulai mencari air dan rumput. Ibnu Jad’an dan ketiga anaknya pun pergi meninggalkan rumah untuk mencari air dalam lubang (mereka menyebutnya duhul). Duhul terletak di bawah tanah menuju sumber air di bawah tanah.
Orang Arab Badui bisa mengenali ciri-cirinya dari atas tanah. Ibnu Jad’an pun memasuki salah satu lubang ini untuk mengambil air.
Ketiga anak Ibnu Jad’an menunggunya di luar lubang. Namun, ayahnya tidak kunjung kembali. Ketiga anaknya menunggu selama sehari, dua hari, tiga hari dan akhirnya mereka putus asa. Anaknya berkata mungkin ayahnya dipatuk ular lalu meninggal atau dia hilang di kedalaman lubang tersebut.
Anaknya ternyata mengharapkan kematian ayahnya. Mengapa? Karena mereka mengharapkan warisan dari ayahnya. Kemudian, anaknya kembali pulang ke rumah dan mulai membagi-bagikan di antara mereka warisan ayahnya. Mereka teringat bahwa ayahnya pernah memberikan untanya kepada tetangga mereka yang miskin. Mereka pergi ke rumah tetangganya tersebut dan mengatakan padanya untuk mengembalikan unta pemberian tersebut. Mereka akan menggantinya dengan unta lain, atau mereka akan mengambilnya dengan paksa.
Tetangganya mengeluh dan akan melaporkannya kepada ayah mereka. Anak Ibnu Jad’an berkata bahwa ayah mereka telah meninggal dunia. Tetangganya bertanya bagaimana dan di mana Ibnu Jad’an meninggal? Dan mengapa mereka tidak memberitahukan sebelumnya? Anaknya menjelaskan bagaimana ayah mereka masuk ke dalam sebuah lubang di bawah tanah dan tidak kunjung keluar. Tetangganya berkata, “Demi Allah, bawa aku ke tempat tersebut dan ambillah untamu. Aku tak menginginkan untamu sebagai gantinya!”
Mereka mengantarnya untuk melihat tempat tersebut. Tetangga tersebut pergi dan membawa tali dan sebuah penerang. Ia mengikat talinya diluar lubang dan masuk merangkak ke dalam lubang tersebut sampai dia mencapai tempat yang dimaksud. Meskipun aroma kelembaban semakin menyengat, tiba-tiba dia mendengar suara seorang laki-laki.
Dia mendekati arah suara tersebut dalam kegelapan lubang bawah tanah sampai tangannya meraih Ibnu Jad’an. Dia mengecek apakah Ibnu Jad’an masih bernafas karena dia telah berada di lubang ini selama seminggu. Dia menariknya keluar, memberinya kurma dan air untuk menambah tenaga Ibnu Jad’an.
Kemudian, sang tetangga membopong Ibnu Jad’an dan membawanya pulang. Lalu, dia bertanya heran kepada Ibnu Jad’an, “Ceritakan padaku, Demi Allah engkau telah berada dilubang itu selama seminggu dan kau tidak mati?!”
“Aku akan menceritakan padamu suatu hal yang aneh…” Ibnu Jad’an lanjut menjelaskan, “… Saat aku masuk ke lubang itu, aku tersesat dan arus air telah mengombang ambingku ke segala penjuru. Kukatakan pada diriku agar mendekat ke air yang dapat kuraih. Kemudian aku mulai minum darinya, namun aku mulai kelaparan. Saat bersandar dan memasrahkan semuanya kepada Allah, aku merasakan susu sedang dituangkan kedalam mulutku. Aku duduk di tengah kegelapan dan aku melihat semangkuk susu mendekat. Aku meminumnya sampai kenyang. Hal ini berlangsung tiga kali sehari, namun pada dua hari terakhir hal tersebut berhenti dan aku tidak tahu mengapa.”
Tetangga itu memberitahunya :
“Jika kau tahu alasannya, engkau akan terkejut! Anak-anakmu mengira engkau telah meninggal. Mereka kemudian datang kepadaku dan mengambil unta yang pernah kau berikan padaku, dari situlah Allah memberikanmu susu.”
Seorang muslim berada di bawah naungan sedekahnya.
Allah berfirman
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا, وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“… Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 2-3).
Penulis : Dhani El_Ashim
Diambil dari Golden Stories karya Abdullah bin Abdurrahman, Penerbit Aqwam, Januari 2016
Dr. Saleh mulai bercerita
“Apakah Anda ingin mendengar cerita nyata yang terjadi ratusan tahun yang lalu di Saudi? Ini adalah kisah nyata.”
Ia melanjutkan:
“Bismillahirrahmanirrahim. Kisah ini terjadi sekitar ratusan tahun yang lalu. Cerita ini mengisahkan seorang lelaki bernama Ibnu Jad’an. Saat musim panen, dia suka bepergian keluar dan melihat unta-unta yang gemuk dan susu mereka yang melimpah.
Saat anak unta yang masih kecil mendekat ke induknya, anak unta itu akan meminum susu dari induknya dengan puas. Ketika Ibnu Jad’an melihat induk unta dan anaknya, dia teringat kepada tetangganya yang miskin serta memiliki 7 anak.
Dia bertekad akan memberikan induk unta ini dan anaknya sebagai sedekah untuk tetangganya. Kemudian dia membaca
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 92)
Diantara sekian hewan ternak yang paling dicintai adalah induk unta dan anaknya. Kemudian, dia membawa induk untadan anaknya kepada tetangganya yang miskin sebagai hadiah.
Ibnu Jad’an melihat senyum penuh kebahagiaan terpancar dariwajah tetangganya. Saking senangnya, tetangganya sampai tidak mampu mengucapkan sepatah kata apapun. Induk unta tersebut diambil susunya serta digunakan untuk mengangkut kayu. Sementara anak unta dirawat hingga besar kemudian dijual. Tetangganya banyak memperoleh manfaat dariunta pemberian tersebut.
Setelah musim panen berlalu, datanglah musim paceklik (kekeringan). Arab Badui mulai mencari air dan rumput. Ibnu Jad’an dan ketiga anaknya pun pergi meninggalkan rumah untuk mencari air dalam lubang (mereka menyebutnya duhul). Duhul terletak di bawah tanah menuju sumber air di bawah tanah.
Orang Arab Badui bisa mengenali ciri-cirinya dari atas tanah. Ibnu Jad’an pun memasuki salah satu lubang ini untuk mengambil air.
Ketiga anak Ibnu Jad’an menunggunya di luar lubang. Namun, ayahnya tidak kunjung kembali. Ketiga anaknya menunggu selama sehari, dua hari, tiga hari dan akhirnya mereka putus asa. Anaknya berkata mungkin ayahnya dipatuk ular lalu meninggal atau dia hilang di kedalaman lubang tersebut.
Anaknya ternyata mengharapkan kematian ayahnya. Mengapa? Karena mereka mengharapkan warisan dari ayahnya. Kemudian, anaknya kembali pulang ke rumah dan mulai membagi-bagikan di antara mereka warisan ayahnya. Mereka teringat bahwa ayahnya pernah memberikan untanya kepada tetangga mereka yang miskin. Mereka pergi ke rumah tetangganya tersebut dan mengatakan padanya untuk mengembalikan unta pemberian tersebut. Mereka akan menggantinya dengan unta lain, atau mereka akan mengambilnya dengan paksa.
Tetangganya mengeluh dan akan melaporkannya kepada ayah mereka. Anak Ibnu Jad’an berkata bahwa ayah mereka telah meninggal dunia. Tetangganya bertanya bagaimana dan di mana Ibnu Jad’an meninggal? Dan mengapa mereka tidak memberitahukan sebelumnya? Anaknya menjelaskan bagaimana ayah mereka masuk ke dalam sebuah lubang di bawah tanah dan tidak kunjung keluar. Tetangganya berkata, “Demi Allah, bawa aku ke tempat tersebut dan ambillah untamu. Aku tak menginginkan untamu sebagai gantinya!”
Mereka mengantarnya untuk melihat tempat tersebut. Tetangga tersebut pergi dan membawa tali dan sebuah penerang. Ia mengikat talinya diluar lubang dan masuk merangkak ke dalam lubang tersebut sampai dia mencapai tempat yang dimaksud. Meskipun aroma kelembaban semakin menyengat, tiba-tiba dia mendengar suara seorang laki-laki.
Dia mendekati arah suara tersebut dalam kegelapan lubang bawah tanah sampai tangannya meraih Ibnu Jad’an. Dia mengecek apakah Ibnu Jad’an masih bernafas karena dia telah berada di lubang ini selama seminggu. Dia menariknya keluar, memberinya kurma dan air untuk menambah tenaga Ibnu Jad’an.
Kemudian, sang tetangga membopong Ibnu Jad’an dan membawanya pulang. Lalu, dia bertanya heran kepada Ibnu Jad’an, “Ceritakan padaku, Demi Allah engkau telah berada dilubang itu selama seminggu dan kau tidak mati?!”
“Aku akan menceritakan padamu suatu hal yang aneh…” Ibnu Jad’an lanjut menjelaskan, “… Saat aku masuk ke lubang itu, aku tersesat dan arus air telah mengombang ambingku ke segala penjuru. Kukatakan pada diriku agar mendekat ke air yang dapat kuraih. Kemudian aku mulai minum darinya, namun aku mulai kelaparan. Saat bersandar dan memasrahkan semuanya kepada Allah, aku merasakan susu sedang dituangkan kedalam mulutku. Aku duduk di tengah kegelapan dan aku melihat semangkuk susu mendekat. Aku meminumnya sampai kenyang. Hal ini berlangsung tiga kali sehari, namun pada dua hari terakhir hal tersebut berhenti dan aku tidak tahu mengapa.”
Tetangga itu memberitahunya :
“Jika kau tahu alasannya, engkau akan terkejut! Anak-anakmu mengira engkau telah meninggal. Mereka kemudian datang kepadaku dan mengambil unta yang pernah kau berikan padaku, dari situlah Allah memberikanmu susu.”
Seorang muslim berada di bawah naungan sedekahnya.
Allah berfirman
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا, وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“… Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 2-3).
Penulis : Dhani El_Ashim
Diambil dari Golden Stories karya Abdullah bin Abdurrahman, Penerbit Aqwam, Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar