Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullahu berkata: Penelitian di dalam Al-Quran Al-‘Azhim menunjukkan bahwa tauhid itu terbagi menjadi tiga:
Tauhid rububiyah. Allah berfirman:
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”.” (QS. Az-Zukhrûf: 87)
Tauhid ibadah (uluhiyah). Allah berfirman:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Allah) itu.” (QS. An-Nahl: 36)
Tauhid asma’ dan sifat. Allah berfirman:
لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (QS. Asy-Syura: 11) [1]
Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullahu berkata: Pembagian (tauhid menjadi tiga) yang merupakan hasil penelitian para ulama salaf terdahulu ini telah disebutkan oleh Ibnu Mandah (wafat tahun 395 H), Ibnu Jarir Ath-Thabari (wafat tahun 310 H) dan selain keduanya.
Dan hal ini juga diikrarkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Al-Qayyim serta Az-Zabidi dalam Tâju Al-‘Arûs dan guru kami Syaikh Asy-Syinqithi dalam Adhwâ’ Al-Bayân –rahimahumullahu-.
Dan ini adalah penelitian yang sempurna terhadap nash-nash syariat. Dan hal ini sudah dimaklumi oleh setiap pakar ilmu. Sebagaimana dalam penelitian ahli nahwu terhadap ucapan orang arab (ditemukan) bahwa kata itu ada (tiga) ismun (kata benda), fi’lun (kata kerja) dan harfun (huruf/kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa yang lainnya). Orang arab tidak ada yang menentang dan mencela akan pembagian ini. Demikianlah setiap penelitian (ilmiah). [2]
Diantara ulama salaf yang membagi tauhid menjadi tiga adalah Imam Abu Hanifah (meninggal tahun 150 H) rahimahullahu. Beliau berkata: (Kita) berdoa kepada Allah yang ada di atas bukan di bawah, karena bawah itu tidak layak sama sekali bagi rububiyah ataupun uluhiyah (Nya). [3]
Apakah Imam Abu Hanifah wahabi?!
Demikian pula Imam Ibnu Baththah (meninggal tahun 387 H) rahimahullahu juga berkata: Sesungguhnya pondasi keimanan kepada Allah yang wajib diyakini oleh setiap manusia itu ada tiga:
a. Meyakini akan rububiyah-Nya agar terbedakan dengan kelompok yang mengingkari Sang Pencipta.
b. Meyakini akan keesaan-Nya (dalam ibadah) agar terbedakan dengan kaum musyrikin yang meyakini adanya Sang Pencipta namun menyekutukan-Nya dalam ibadah.
c. Meyakini bahwa Allah tersifati dengan sifat-sifat yang ada pada diri-Nya seperti ilmu, kekuasaan, hikmah dan selainnya yang tercantum di dalam Al-Quran. [4]
Apakah Imam Ibnu Baththah wahabi?!
[*] Dinukil dan diringkas dari kitab Al-Qaul As-Sadîd fi Ar-Radd ‘ala Man Ankara Taqsîma At-Tauhîd oleh Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.
[1] Adhwâ’ Al-Bayân 3/410-414.
[2] At-Tahdzîr min Mukhtasharât Ash-Shâbûni fi At-Tafsîr hal. 30.
[3] Fiqh Al-Absâth hal. 51.
[4] Al-Ibânah hal. 693-694.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar