}

IBADAH ITU TIDAK SEMPIT

Bunda Perlu Tahu, 4 Ibadah yang Dilarang Saat Haid Menurut Islam

✍️ Allah berfirman,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ.
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
[Surat Adz-Dzariyat: 56]

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di,
Inilah tujuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan jin dan manusia, dan Dia mengutus para rasul untuk menyeru kepadanya, yakni untuk beribadah kepada-Nya yang di dalamnya mengandung ma’rifat (mengenal)-Nya dan mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, dan mendatangi-Nya serta berpaling dari selain-Nya. Hal ini tergantung pada ma’rifat (mengenal)-Nya, karena sempurnanya ibadah tergantung sejauh mana pengenalannya kepada Allah, bahkan setiap kali seorang hamba bertambah ma’rifatnya, maka ibadahnya semakin sempurna. Untuk inilah Allah menciptakan manusia dan jin, bukan karena 

Dia butuh kepada mereka. Dia tidak menginginkan rezeki dari mereka dan tidak menginginkan agar mereka memberi-Nya makan, Mahatinggi Allah Yang Mahakaya dan tidak butuh kepada seorang pun dari berbagai sisi, bahkan semua makhluk butuh kepada-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik yang dharuri (penting) maupun yang selainnya.
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di)

Allah tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Nya semata, dan tidaklah Allah menciptakan mereka agar mereka menjadikan sekutu bagi-Nya.

Ada sebagian orang yang memahami ibadah itu hanya ruang lingkup yang sempit, yaitu ucapan-ucapan tahmid, tahlil, takbir dan semacamnya. Atau hanya terbatas berupa gerakan ritual-ritual tertentu saja.
Padahal ibadah memiliki makna yang luas sebagaimana tujuan agung diciptakannya manusia dan jin.

A. Definisi Ibadah
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhannahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dazariyat: 56-58)
 

Allah Subhannahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya.
Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’at-kanNya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah).
 

B. Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya.

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal.
(Dinukil dari kitab At-Tauhid, jil. 1)

Wallahu a'lam.

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

       ✏️📚✒️.🔥..

Share:

ALING MENASEHATI ADALAH NIKMAT ALLAH UNTUK PARA HAMBANYA.

8 Amalan dan Ibadah yang Menjadi Sumber Pahala saat Puasa Ramadhan |  merdeka.com

✍ Allah berfirman,

كُنتُمۡ خَیۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَـٰبِ لَكَانَ خَیۡرࣰا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ.
 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
[Surat Ali 'Imran 110]

Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Kamu adalah umat yang dijadikan Allah sebagai umat yang terbaik, kalian telah menjadi ketetapan Allah atas hal ini. Umat Islam adalah umat terbaik secara mutlak. Mereka adalah umat yang telah dipilih sebab mereka diperintahkan untuk menyeru kepada yang ma’ruf ma’ruf: yaitu yang baik sesuai perintah syariat dan mencegah dari yang munkar: yaitu segala perkataan, perangai atau perbuatan yang bertentangan dengan syariat. Juga sebab bahwa mereka beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Allah tidak mempunyai sekutu. Sekiranya orang-orang Yahudi dan Nasrani beriman dengan risalah Nabi Muhammad, tentulah iman mereka itu lebih baik dan bermanfaat bagi mereka di depan Tuhan mereka. Namun mereka tidak beriman, sebagian mereka beriman dan sebagian besar menyeleweng dari jalan kebenaran dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ayat ini turun kepada dua orang Yahudi yang berkata kepada kumpulan orang mukmin: sesungguhnya agama kami lebih baik dari pada agama yang kalian serukan kepada kami. Kami lebih baik dari kalian. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar)

Ciri khas ummat ini yang menjadikan mereka mulia adalah tegaknya Amar Makruf dan Nahi Munkar. Dengan hal itu terwujud lah perintah Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk saling menasehati.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda،

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قلنا: لمن؟ قال: لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم. رواه مسلم
 

“Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim, 55)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin رحمه الله berkata:

إن من نعمة الله على الأمة أن يكون بينهم وبين ولاة الأمور من العلماء والأمراء مودة واتصال ومناصحة، وعلى كل من تبين له الحق من هؤلاء وهؤلاء أن يرجع إليه؛ لأن الله يقول: { فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً } [النساء:59].
 

Di antara kenikmatan Allah kepada umat ialah adanya kecintaan, hubungan, dan saling nasehat-menasehati di antara mereka dengan waliyul amr baik dari kalangan 'umara maupun 'ulama.
 Dan wajib atas setiap mereka yang telah jelas kebenaran baginya baik dari yang ini maupun yang itu untuk segera kembali kepadanya. Karena Allah berfirman:

{ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً } [النساء:59
 

"BIla kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasulullah (sunnahnya), bila kalian beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya." [an-Nisa': 59]
(Silsilah Liqo' Asy-Syahry 2, binothaimeen.net)

Wallahu a'lam

🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

Share:

SELALU MINTA KETEGUHAN IMAN KEPADA ALLAH

Rumah Ibadah Dibuka Lagi, Waktu Ibadah Harus Dipersingkat - Nasional  Tempo.co

✍Keimanan merupakan anugerah Allah yang paling agung kepada hambanya. Keimanan menjadi penentu keselamatan, kesuksesan dan kebahagiaan dalam kehidupan setiap manusia baik didunia maupun di akhirat.

Tanpa iman, manusia tentu akan hidup tanpa arah. Dengan keimanan seseorang akan mengontrol apa saja yang dilakukan sehinga dapat terhindar dari perbuatan buruk.
Namun keimanan seseorang akan selalu diuji setiap waktu. Akan ada masanya keimanan seseorang meningkat namun ada pula saat keimanan tersebut menurun.

Oleh karena itu setiap muslim harus memohon agar dirinya senantiasa selalu diberikan kekuatan iman oleh Allah.

Imam Ibnu Qayyim رحمه الله mengatakan bahwa antara ilmu dan iman adalah dua perkara yang menyebabkan seorang hamba mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Pernyataan tersebut senada dengan firman Allah,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
 

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
[Al-Mujadilah : 11]

Ayat tersebut memotivasi banyak manusia untuk terus belajar dan mempertahankan keteguhan imannya. Karena dengan hal tersebut ia akan mencapai ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Tidak mudah memang, namun selalu ada cara bagi setiap orang yang mau berusaha.
(Al-Fawaid, Ibnul Qayyim)

Keimanan adalah kenikmatan terbesar dan anugerah ilahi yang paling utama yang harus dijaga dan dirawat. Allah berfirman,

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ.
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ.
 

“Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [Al-Hujurat: 7-8].

Dan firman-Nya,

يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِين
 

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.” [Al-Hujurat: 17].

Keimanan itu agung dan mulia. Ia adalah tujuan tertinggi dan puncak cita-cita. Keimanan merupakan tujuan Allah menciptakan hamba-hamba-Nya. Mengadakan mereka setelah sebelumnya tidak ada. Tujuannya adalah merealisasikan keimanan.

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله,

《 والإنسان ما دامت روحه في جسده فهو معرّض للفتنة،
ولهذا أوصي نفسي وإياكم أن نسأل الله دائماً الثبات على الإيمان ، وأن تخافوا ؛ لأن تحت أرجلكم مزالق ، فإذا لم يثبتكم الله -عز وجل- وقعتم في الهلاك،
واسمعوا قول الله سبحانه وتعالى لرسوله -ﷺ- أثبت الخلق ، وأقواهم إيماناً : ﴿ وَلَوْلاَ أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدَّتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئاً قَلِيلاً ﴾،
فإذا كان هذا للرسول -ﷺ- فما بالنا نحن؛ ضعفاء الإيمان واليقين ، وتعترينا الشبهات والشهوات.
فنحن على خطر عظيم ، فعلينا أن نسأل الله تعالى الثبات على الحق ، وألا يُزيغ قلوبنا ، وهذا هو دعاء أولي الألباب ﴿ رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبُنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا ﴾ . 》
“الشرح الممتع” ٣٨٨/٥
 

"Selagi hayat masih dikandung badan, maka manusia tidak bisa lepas dari fitnah, oleh sebab itu saya senantiasa berpesan agar kita selalu memohon kepada Allah keteguhan iman, dan hendaknya senantiasa takut karena jalan yang kita lalui amat licin, bila Allah tidak meneguhkanmu pasti kalian binasa, dengarkan firman Allah kepada utusanNya, hamba yang amat kokoh dan kuat keimanannya,
“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka” (Al-Isra 74).
 

Bila hal itu bisa terjadi pada Rasulullah apalagi dengan kita, yang lemah iman dan keyakinan, yang amat mudah terserang syubhat dan syahwat maka kita senantiasa dalam bahaya besar sehingga harus terus memohon kepada Allah bisa teguh di atas kebenaran agar tidak tergelincir maka doa yang paling pantas dipanjatkan orang cerdik adalah;
Ya Allah janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau berikan petunjuk.
(Syeh Al-Mumti', 5/388; Terj. Ust. Zaenal Abidin, Lc)

Dan doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagaimana diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Ummu Salamah رضي الله عنها ialah,

يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ.
 

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.’” (HR. Tirmidzi, 3522 dihasankan Al-Albany)

Wallahu a'lam.

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

           ✏📚✒.🌹..

Share:

SALAH FAHAM DALAM BATASAN IBADAH

 Bekerja adalah Ibadah | RB BPS

✍️ Allah berfirman,

وَمَاۤ أُمِرُوۤا۟ إِلَّا لِیَعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخۡلِصِینَ لَهُ ٱلدِّینَ حُنَفَاۤءَ وَیُقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَیُؤۡتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَ ٰ⁠لِكَ دِینُ ٱلۡقَیِّمَةِ.
 

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
[Surat Al-Bayyinah: 5]

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di,
Firman Allah,


{ وَمَا أُمِرُوا }
 

Yakni semua makhluk, baik dari ahli kitab maupun selain dari meeka, juga kaum muslimin, mereka tidak diperintahkan selain hanya untuk mereka beribadah hanya kepada Allah ﷻ ikhlas karena mengharap keridhoan-Nya, itulah agama yang sempurna, menegakkan tauhid dimuka bumi adalah tujuan dari penciptaan seluruh makhluk di muka bumi ini, bahkan semua Nabi dan Rasul walaupun syari’at yang mereka bawa berebeda satu sama lainnya akan tetapai tujuan mereka sama, yaitu untuk menegakkan tauhid di muka bumi, untuk mensatukan ibadaha hanya kepada Allah ﷻ , { خْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ } Ibadah yang terbebas dari kesyirikan.
Makna,
{ حُنَفَاءَ }
 

Bentuk jamak dari kata “حنيف “ yaitu menyimpang dari kebathilan, dan menerima segala kebenaran seperti Sifat yang ada pada Nabi Ibrahim - عليه السلام - , Allah berfirman tentangnya :


{ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ }
 

( Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan) ) [ An-Nahl : 120 ] , oleh karena itu agama yang dibawakan oleh Rasulullah ﷺ adalah agama yang “Hanif” yaitu agama yang tidak menyimpang dari kebenaran dan jauh dari kesesatan.
Firman-nya,
 

{ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ }
 

Dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, kenapa didalam ayat ini disebutkan secara khusus perintah shalat dan zakat, bukankah keduanya telah masuk dalam perintah ikhlas dalam beragama ? , hal itu dikarenakan kedua ibadah itu memiliki keutamaan tersendiri dalam islam, kedua ibadah ini mengantarkan kepada kemudahan dalam beramal shalih, Allah ﷻ berfirman :


{ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ }
 

( Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ) [ Al-Ankabut : 45 ] , sedangkan zakat adalah salah satu cara islam untuk mensucikan manusia dari kebakhilan, maka barangsiapa yang senantiasa menjaga shalatnya ia telah menjaga agamanya, dan barangsiapa yang senantiasa membayar zakat ia telah menunaikan sebagian dari kebaikan yang belum ia tunaikan; karena zakat adalah pembimbing manusia untuk senantiasa berbuat baik, shalat adalah ibadah badaniyah ( ibadah anggota tubuh ), dan zakat adalah ibadah maliyah ( ibadah harta ), maka barangsiapa yang telah mendirikan shalat, da menunaikan zakat ia telah mendirikan agama ini dengan lebih sempurna.
 

Akan tetapi jikalau seseorang melakukan berbagai macam kebaikan sedangkan dia tidak mendirikan shalat, maka dia bukanlah seorang muslim, atau tidak menunaikan zakat padahal dirinya mampu, maka dia juga belum temasuk muslim yang sesungguhnya, oleh karena itu Abu bakr as shiddiq - رضي الله عنه - memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat,padahal mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul utusan Allah, mereka mendirikan shalat, akan tetapi ketika zakat diperintahkan untuk dibayar mereka enggan, kemudian berkatalah Abu Bakr - رضي الله عنه - :
 

“ Demi Allah aku akan memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan zakat ” , Abu bakr kemudian memerangi mereka sampai tunduk kepada hukum Allah - عز وجل - .
Firman-nya,
{ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ }
Maka barangsiapa yang telah melaksanakan semua perintah diatas, yakni mengkhususkan semua ibadah hanya kepada Allah dengan ikhlas, mendirikan shalat, dan membayar zakat, maka sesungguhnya itu adalah agama yang lurus
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di)

Ibadah adalah perkara tauqifiyah.
Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam: “Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta’at. Kemudian manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas.
 

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman kepada NabiNya Shallallaahu alaihi wa Salam: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (Hud: 112)
Ayat Al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. 

Yaitu dengan beristiqamah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at (sebagaimana yang diperintahkan padamu). Kemudian Dia menegaskan lagi dengan firmanNya: “Dan jangalah kamu melampaui batas.”
Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw. Ketika Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam mengetahui bahwa tiga orang dari sahabat nya melakukan ghuluw dalam ibadah, di mana seorang dari mereka berkata, “Saya puasa terus dan tidak berbuka”, dan yang kedua berkata, “Saya shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak menikahi wanita”. Maka beliau Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
 

“Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barangsiapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian atau golongan)ku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
 

Ada dua golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah:
 

Golongan pertama: Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, politik, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya. Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.
 

Golongan kedua: Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim; yang sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya. Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.
(Dinukil dari Kitab At-Tauhid, jil. 1)

Sungguh tepat sekali ungkapan sahabat Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه tatkal ada sekelompok orang yang melakukan dzikir yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata di hadapan Ibnu Mas’ud,

وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلاَّ الْخَيْرَ.
”Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.” Lihatlah orang-orang ini berniat baik, namun cara mereka beribadah tidak sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka sahabat Ibnu Mas’ud menyanggah perkataan mereka sembari berkata,

وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ
“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.” (HR. Ad Darimi. 210 dishahihkan Al-Albany dalam As-Shohihah, 2005)

Wallahu a'lam

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

           ✏️📚✒️.🩸..

Share:

⚠️ MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM*

 
Jembatan Paling Mengerikan Jembatan Shiratal Mustaqim - iLearn

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ﴿٦﴾صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus,  (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [Al-Fâtihah/1:6-7]

Itulah diantara permohonan yang selalu diucapkan oleh setiap Muslim yang mendirikan shalat. Ucapan itu diulangi dalam setiap raka’at shalatnya. Jika dalam sehari semalam diwajibkan bagi setiap Muslim untuk melakukan shalat sebanyak 17 raka’at, berarti dia juga memanjatkan permohonan itu sebanyak 17 kali sehari semalam. Sebuah permohonan yang tidak bisa dibilang sedikit. Tahukah kita, apa yang disebut as-shirâtul mustaqîm (jalan yang lurus itu)? Bagaimanakah caranya supaya menjadi orang yang berjalan di atas yang lurus tersebut? Apa saja yang bisa menjauhkan atau membelokkan orang dari jalan itu?

Itulah beberapa point yang kita uraikan dalam pembahasan kali ini.

*1. Petunjuk Kearah Jalan Yang Lurus Itu Merupakan Anugerah Dari Allâh Azza Wa Jalla Semata*
Allâh Azza wa Jalla yang maha pemberi petunjuk akan memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan tidak memberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya pula. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allâh menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). [Yunus/10:25]

Dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Maka Sesungguhnya Allâh menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa Karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allâh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. [Fathir/35:8]

Jadi hidayah itu hanya berada di tangan Allâh Azza wa Jalla . Dia memberikannya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Dari sini, kita seharusnya sudah menyadari, betapa kita sangat butuh untuk terus-menerus memohon kepada Allâh Azza wa Jalla semata agar Dia memberikan petunjuk kepada kita untuk bisa berjalan di atas as-shirâtul mustaqîm (jalan yang lurus tersebut).

Dalam doa qunut, kita diajarkan untuk mengucapkan:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ

Wahai Allâh! Berilah petunjuk kepadaku pada orang-orang yangtelah Engkau beri petunjuk[1]

Dalam hadits Ali Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

Wahai Allâh! Aku memohon petunjuk dan kebenaran kepada-Mu[2]

Dalam hadits al-Barra’ Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada saat perang Khandak:

اللَّهُمَّ لَوْلا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَلا تَصَدَّقْنَا وَلا صَلَّيْنَا

Wahai Allâh! Kalau bukan karena Engkau, maka pasti kami tidak mendapatkan petunjuk, tidak bersedekah dan juga tidak bisa shalat.[3]

Hidayah itu hanya berada di tangan Allâh Azza wa Jalla . Dialah yang memberikan petunjuk kepada siapapun yang dikehendaki-Nya menuju jalan yang lurus. Jika Allâh Azza wa Jalla tidak memberikan petunjuk kepada seseorang, maka bisa dipastikan dia akan tersesat dalam kehidupan dunia ini. Karena kehidupan dunia ini penuh dengan fitnah dan berbagai hal yang bisa memalingkan seseorang dari jalan yang lurus. Diantaranya syaitan, teman sejawat yang buruk juga nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Oleh karena itu ada ulama yang mengatakan, “Bukan suatu yang mengherankan tentang orang yang binasa, bagaimana dia bisa binasa?! Akan tetapi yang mengherankan yaitu tentang orang yang selamat, bagaimana dia bisa selamat?” Karena penghalang-penghalang itu banyak dan tidak ada yang bisa menyelamatkan dari ketentuan Allâh kecuali orang dirahmati Allâh Azza wa Jalla. hidayah (petunjuk) adalah karunia dari Allâh Azza wa Jalla .

Dan hendaknya kita menyadari bahwa kita sangat membutuhkan hidayah Allâh Azza wa Jalla itu agar bisa meniti jalan yang lurus.

...........................................

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XXI/1439H/2017M.  Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
_______

Footnote

[1]  HR. Abu Daud, no. 1425. hadits ini dinyatakan Shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Sunan Abi Daud, 1/392
[2] HR. Muslim, no. 2725
[3] HR. Al-Bukhâri, no. 3034 dan Muslim, no. 1804

📘📖....................✍🏻
    
    
    


Share:

MENGENAL KALIMAT JAZAAKALLAHU KHAIRAN

√ 5 Arti Jazakallah Khairan Yang Harus Kita Ketahui [Lengkap]

Kalimat Jazaakallahu khairan adalah kalimat doa yang sangat mulia yg merupakan sunnah nabi yg hendaknya dapat kita amalkan dan kita sebarkan. Jazaakallahu khairan diucapkan saat kita mendapat kebaikan dari seseorang (laki2) dan ucapan jazaakillahu khairan (perempuan) sedangkan untuk laki2 dan perempuan ucapkanlah  Jazaakumullah khairan.

Allahu A'lam


Selengkapnya👇
📝 Apa makna kalimat Jazaakallahu Khoiron (جزاك اللهُ خيراً)❓❓❓
​​
🌐 t.me/IslamAdalahSunnah/3320

💐Jazaakallahu khoiron adalah kalimat kebaikan yang menunjukkan segenap kebaikan di sisi Allah.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah menganugerahkan kepadamu surgaNya.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah menganugerahkan kepadamu kenikmatan melihat wajahNya kelak di surga.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah menyelamatkanmu dari neraka jahanam.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah memberikan hidayah untukmu di atas shirothol mustaqim.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah melindungimu dari syaithon yang terkutuk.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah memberikan rezeki yang penuh berkah.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah menjadikan engkau selalu berbakti kepada orang tuamu di dunia dan akhirat.

💐Jazaakallahu khoiron artinya semoga Allah menjadikan engkau senantiasa mengikuti sunnah nabiNya صلى الله عليه وسلم.

✏ Berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: "apabila ada seorang mengucapkan kepada saudaranya jazaakallahu khoiron, maka sungguh dia telah sangat menyanjungmu  (sangat berterima kasih kepadamu karena dia menyerahkan kepada Allah untuk membalas kebaikanmu)".

✏ Berkata Umar رضي الله عنه: "jikalau seseorang tahu apa yang terkandung dari ucapan jazaakallahu khoiron, niscaya  akan memperbanyak untuk mengucapkannya satu sama lain".

🌹Jazaakallahu khoiron kita ucapkan kepada yang menerima faedah ini.

🌹Dan jazaakallahu khoiron kita juga ucapkan kepada yang menyebarluaskannya.

➡ Hadith diriwayatkan oleh:
• Abu dawud nomer hadith 1672
• Tirmidzi no. 1958
• Nasa'i   6/53q
• Ibnu hibban no. 3413
• Baihaqy di syuabil iman no. 9138
✅ Dishahihkan Albaniy di Al mishkah no. 3024

Atsar Umar رضي الله عنه
• di Mushonnaf Ibni Abi Syaiba 5/322
• Tufathul Ahwadzi syarah hadith no. 1958
• Faidhul Qodir 1/410
• Syarah Riyadus shalihin Ibnu Uthaimin 4/22

📑 Syaikhoh Ummu Abdirrahman

Penerjemah : Al Ustadz Abdul Barr

🔰 @IslamAdalahSunnah

🌾🌸🌾🌸🌾🌸🌾🌸🌾🌸​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

Share:

JIKA BERAGAMA MENGIKUTI KEBANYAKAN ORANG

 Mengapa Orang Cenderung Mengikuti Pendapat Mayoritas? - Tirto.ID
 
 
 
Oleh Ustadz Said Yai Ardiansyah Lc, MA

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ﴿١١٦﴾إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

  Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persanggkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk. [Al-An’am/6:116-117]

TAFSIR RINGKAS Ketahuilah wahai Rasûlullâh! Sesungguhnya “jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh,” maksudnya seandainya kamu (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) mendengarkan, mengambil dan mengikuti pendapat atau saran-saran mereka, maka mereka akan menyesatkanmu secara nyata dari jalan Allâh Azza wa Jalla .

Penyebabnya adalah sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengetahuan dan ilmu yang haq. Seluruh apa yang mereka ucapkan berasal dari hawa nafsu dan bisikan syaitan. “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja.” Sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti perkataan-perkataan yang berasal dari prasangka-prasangka mereka.

Tidaklah mereka berbicara kecuali hanya dengan mengira-ngira saja dan berdusta. “Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.” Cukuplah bagimu pengetahuan Allâh Azza wa Jalla tentang mereka dan Dia-lah yang Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapatkan petunjuk.[1]

PENJABARAN AYAT

Firman Allâh Azza wa Jalla :

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh Pada ayat ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan perintah kepada Nabi-Nya dan perintah ini berlaku juga kepada seluruh pengikutnya. Yaitu perintah agar tidak mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini. Karena kebanyakan mereka berada dalam kesesatan.

Jika seseorang tetap mengikuti mereka, maka ini akan menyebabkannya tersesat dari jalan Allâh Azza wa Jalla .

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla memberitahukan tentang keadaan sebagian besar penduduk bumi dari anak keturunan Adam yang berada dalam kesesatan.”[2]

Kebanyakan manusia tidak mengikuti ajaran yang murni dari Allâh Azza wa Jalla . Ajaran yang mereka anut adalah ajaran-ajaran yang menyimpang, amalan-amalan mereka bercampur dengan hal-hal baru yang mereka ada-adakan sendiri tanpa petunjuk dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya sebagian besar dari mereka telah menyimpang dalam agama, amalan-amalan dan ilmu-ilmu mereka. Agama-agama mereka telah rusak, amalan-amalan mereka mengikuti hawa nafsu mereka; dan ilmu-ilmu mereka tidak didasarkan atas penelitian untuk mencari kebenaran dan tidak bisa mendapatkan jalan yang lurus.”[3]

Kita tidak bisa menjadikan apa yang dipegang oleh kebanyakan manusia sebagai suatu kebenaran jika mereka berada dalam kesesatan. Gaya hidup menyimpang yang terus berkembang, kemaksiatan dan kesesatan yang terus merajalela, jangan sampai membuat kita tergiur dan terpengaruh. Sebagian kaum Muslimin merasa tidak enak jika menyelisihi kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di dunia ini, padahal kebiasaan itu salah.

Sebagai seorang Muslim kita harus berpegang kepada kebenaran yang diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla . Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya jumlah yang banyak bisa menjadi suatu kesesatan.

Allâh Azza wa Jalla berfirman, (yang artinya), “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh.”

Dan di sisi lain, dengan jumlah yang banyak, seseorang bisa tertipu dengannya dan dia menyangka bahwa dia tidak akan terkalahkan dan pasti menang.

Ini juga termasuk sebab dari kesesatan. Dan jumlah yang banyak jika kita lihat kepada sebagian besar penduduk bumi, maka kebanyakan mereka sesat dan janganlah kamu tertipu dengan mereka. Janganlah kamu katakan, ‘Sesungguhnya manusia telah berpegang pada ini, bagaimana mungkin saya menyelisihi mereka?”[4]

Referensi: https://almanhaj.or.id/6531-jika-beragama-mengikuti-kebanyakan-orang.html
 
Share:

📌 HATI-HATI DALAM MENULIS STATUS !

Tulislah status yang bermanfaat, jika tidak maka diamlah mungkin lebih baik , karena banyak bicara dan termasuk didalamnya banyak menulis itu bisa menjerumuskan ke lembah dosa, dan ujung ujungnya terjembab ke jurang Neraka wal'iyadzu billah , hal ini sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dari Nabi ﷺ beliau bersabda : «مَنْ كَثُرَ كَلَامُهُ كَثُرَ سَقَطُهُ، وَمَنْ كَثُرَ سَقَطُهُ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ، وَمَنْ كَثُرَتْ ذُنُوبُهُ كَانَ النَّارُ أَوْلَى بِهِ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» "Siapa yang banyak bicaranya, akan banyak salahnya, dan siapa yang banyak salahnya, akan banyak dosanya, dan siapa yang banyak dosanya, maka nerakalah yang pantas baginya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau (jika tidak bisa) maka diamlah" (Musnad As Syihab al Qadha-i 1/237 No 373, Tazkiyatun Nafs, hal. 13) Rasulullah ﷺ bersabda : «مَنْ صَمَتَ نَجَا» "Barang siapa yang diam, maka akan selamat" (HR Tirmidzi) Dalam hadits lain disebutkan : رَحِمَ اللهُ عَبْدًا قَالَ خَيْرًا فَغَنِمَ، أَوْ سَكَتَ عَنْ سُوءٍ فَسَلِمَ "Semoga Allah ﷻ memberi rahmat kepada seorang Hamba yang ia berkata yang baik maka ia beruntung, atau diam dari berkata buruk maka ia selamat" (Shahih Al Jaami' : 3490) Dari Ibnu Mas'ud -radhiyallahu anhu- , Rasulullah ﷺ bersabda : أَكْثَرُ خَطَايَا ابنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ "Mayoritas kesalahan Ibnu Adam ada pada lisannya" (Silsilah As Shahihah, no. 534) Kita sering menyaksikan ada status yang isinya kesyirikan, kekufuran, kebid'ahan, status nyebarkan hadits palsu, atau status ghibah, atau namimah, status membantah masalah agama tanpa ilmu, menyebarkan syubhat, dan lain lain. Maka berhati hatilah dengan lisan, tulisan, ingatlah saudaraku yang dirahmati Allah ﷻ , bahwa lisan mu akan binasa tapi keburukan yang kau tebarkan melalui lisan mu akan tetap abadi dikenang orang, mungkin tangan mu yang telah menulis akan binasa, tapi tulisan di statusmu akan abadi di baca manusia. Ibnu Mas'ud -radhiyallahu anhu- berkata, يَا لِسَانُ قُلْ خَيْرًا تَغْنَمْ، أَوِ اصْمُتْ تَسْلَمْ، قَبْلَ أَنْ تَنْدَمَ» "Wahai lisan ucapkanlah yang baik, niscaya kamu beruntung, dan diamlah, niscaya kamu selamat, sebelum kamu menyesal." (Silsilah As Shahihah no 534) Wallahu A'lam.
Share:

KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA

Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله Allah Ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya serta mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian pula Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang suci. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H) rahimahullaah menyebutkan lebih dari seratus keutamaan ilmu syar’i. Di buku ini penulis hanya sebutkan sebagian kecil darinya. Di antaranya: 1. Kesaksian Allah Ta’ala kepada orang-orang yang berilmu Allah Ta’ala berfirman, شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” [Ali ‘Imran/3: 18] Pada ayat di atas Allah Ta’ala meminta orang yang berilmu bersaksi terhadap sesuatu yang sangat agung untuk diberikan kesaksian, yaitu keesaan Allah Ta’ala… Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu.[1] Selain itu, ayat di atas juga memuat rekomendasi Allah tentang kesucian dan keadilan orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah hanya akan meminta orang-orang yang adil saja untuk memberikan kesaksian. Di antara dalil yang juga menunjukkan hal ini adalah hadits yang masyhur, bahwasanya Rasulullah shallal-laahu ‘alaihi wa sallam bersabda: يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ، يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ، وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ، وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ. “Ilmu ini akan dibawa oleh para ulama yang adil dari tiap-tiap generasi. Mereka akan memberantas penyimpangan/perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang ghuluw (yang melampaui batas), menolak kebohongan pelaku kebathilan (para pendusta), dan takwil orang-orang bodoh.”[2] 2. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan secara khusus tentang diangkatnya derajat orang yang berilmu dan beriman. Allah Ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: ‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-Mujaadilah/58:11][3] Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِـهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ. “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur-an beberapa kaum dan Allah pun merendah-kan beberapa kaum dengannya.”[4] Di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.” Sejak itulah, orang itu belajar ilmu syar’i hingga ia menjadi orang alim, sehingga ia diangkat menjadi Qadhi (Hakim) di Makkah selama 20 (dua puluh) tahun. Apabila ada orang yang berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri.[5] Orang yang berilmu dan mengamalkannya, maka kedudukannya akan diangkat oleh Allah di dunia dan akan dinaikkan derajatnya di akhirat. Imam Sufyan bin ‘Uyainah (wafat th. 198 H) rahimahullaah mengatakan, “Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para Nabi dan ulama.” Referensi: https://almanhaj.or.id/13080-keutamaan-ilmu-syari-dan-mempelajarinya-2.html
Share:

🌿⛅🍃 *TIGA JALAN MEMPERBAIKI DIRI*

Yuk Cari Tahu, Seperti Apa Sih Makna Hijrah yang Sebenarnya?

Manusia setiap hari membuat dosa dan kesalahan, yang jika terus menumpuk akan merusak jiwanya.

Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kasih sayang-Nya, telah memberikan jalan bagi kita untuk memperbaiki diri kita di hadapan-Nya, dengan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat kita.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan jalan untuk memperbaiki diri kita, yaitu di antaranya adalah 3 amalan dalam sabdanya :

"أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ " قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: "إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ"

"Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dengannya akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat?"
Para sahabat menjawab : "mau wahai Rasulullah."
Beliau bersabda : "menyempurnakan wudhu disaat yang sulit, banyak melangkah menuju masjid, dan menunggu sholat setelah sholat, itulah perjuangan." [HR.Muslim]

Itulah 3 jalan untuk memperbaiki diri kita, menghapus dosa-dosa kita, mengangkat derajat kita di sisi Allah.

Pertama, berwudhu disaat yang berat, misalnya setiap kali hendak tidur atau waktu lainnya, dan bahkan setiap kali batal wudhu disunnahkan untuk memperbaharui wudhu kita.

Kedua, banyak melangkah menuju masjid, yaitu senantiasa menghadiri shalat berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum pria.

Ketiga, menunggu sholat setelah sholat, misalnya setelah sholat Maghrib berjamaah tetap duduk berdzikir atau berdoa atau kajian ilmu sambil menunggu didirikannya sholat Isya.

Inilah 3 jalan yang memperbaiki keadaan diri kita. Mari kita tempuh 3 jalan tersebut dengan penuh kesungguhan, karena membutuhkan perjuangan berat melawan malas dan lemahnya jiwa.

Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita agar dapat mengamalkan ketiganya.. aamiin

☕ Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya.
.
.GABUNG GRUP👇
.
.
.https://www.facebook.com/groups/365025217439609/?ref=share
💸💸💸💸💸💸💸💸
https://www.facebook.com/groups/123289139608021/?ref=share

.
GABUNG GRUP👇                    
.
.
.https://chat.whatsapp.com/D6YFHjC0iLR8fdPXBnBD6L

Share:

🌸PANDAILAH MENGATUR WAKTUMU🌸

 ❣  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

6 Investasi Terbaik Soal Waktu Agar Kehidupan Anda Tidak Terbuang Sia-Sia -  Womantalk

✍🏻 *Asy-Syaikh Al-'Allamah Sholih Al-Fauzan -hafizhahullah ta'ala- berkata:*

*"Wajib bagi seorang muslimah mempelajari agamanya sesuai dengan kemampuannya, namun melayani dan mentaati suaminya serta mendidik anak-anaknya merupakan kewajiban yang besar.*

🌷  *Maka hendaknya ia menyediakan kesempatan sehari-harinya untuk belajar walaupun sedikit, atau beberapa sesi, atau ia menyediakan waktunya untuk membaca setiap hari dan sisa waktunya itu ia gunakan untuk pekerjaan sehari harinya.*

🌸 *Sehingga ia tidak akan meninggalkan untuk mempelajari agamanya dan tidak akan meninggalkan anak anaknya sehingga ia mempercayakan anak anaknya itu kepada pembantu wanitanya.*

🌷 *Hendaknya ia menyeimbangkan perkara ini, ia menyediakan waktunya untuk belajar walaupun singkat dan menyediakan waktu yang cukup untuk pekerjaan rumahnya."*

📔 *Al-Muntaqo min Fatawa Asy-Syaikh Sholih Al-Fauzan: (4/179)*

*YNT*
•┈┈┈┈●✵🌸✵●┈┈┈┈•
🌷 Shifatul Mar'ah Sholehah
    


Share:

KENAPA TERJADI PERBEDAAN❓ ​

 ﺑِﺴْـــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ

السلآم عليكم ورحمة الله وبركاته
Opini: Seruan Persatuan Membawa Perpecahan – Pembeda Yang Utama


Semua kelompok, aliran, sekte, dan lain sebagainya bahkan semua orang yang mengaku dirinya Islam, pasti juga mengaku mengikuti Qur'an dan Sunnah..

Tak akan ada yang mengatakan: "Kami tidak ikut Qur'an dan Sunnah.."
Gak ada, dan gak akan pernah ada..
Bahkan yang nyata² sesat sekalipun semisal Syi'ah, Khawarij dsb juga mengaku ikut Qur'an dan  Sunnah
.Lantas.. Kalo memang semua mengikuti Qur'an dan Sunnah :
Kenapa terjadi perbedaan?
Kenapa ada perbedaan akidah?
Kenapa bisa terjadi beda amalan?
Dan kenapa terjadi penyimpangan?
Bahkan tak jarang sampai berpecah belah?

Jawabnya hanya satu:
Karena berbeda cara memahami agama ini.

Boleh jadi semua orang memang benar² dan sama² mengikuti dan berpegang dengan Al-Quran dan Hadist..
Namun masalahnya...
Dengan PEMAHAMAN siapa kita MEMAHAMI Al-Quran dan Sunnah? ..
Ikut siapakah kita dalam memahami agama ini?...

Ada yang memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut apa kata ustadznya, kyainya, habibnya, gurunya, alirannya, madzhabnya, imamnya, dst.. Mereka berprinsip Pokoknya "Apa kata Kyai saya pasti benar.."

Ada juga yang memahami agama berdasar hati dan perasaan.. Pokoknya: Yang ia anggap dan ia rasa baik maka itulah yang benar.

Bahkan ada yang berusaha (baca; memaksa) memahami Al-Qur'an dan Sunnah dengan akalnya sendiri.. Dengan mengandalkan (misalnya) nahwu, sorof, balaghah, dst... Ahirnya merekapun berusaha mengeja-eja sendiri, mengkaji, memahami, dst.
Pokoknya: Yang ia anggap benar menurut apa yang ia baca dan ia teliti sendiri maka itulah kebenaran.

Nah kalo semua itu salah, trus yang benar gimana ?? Bagaimana seharusnya kita memahami agama ini ???
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya (tabi'ut tabi’in)” (Hadits Bukhari & Muslim)

Para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut tabi’in terbaik?

Terbaik dalam hal apa?
Apakah dalam hal Teknologi ??
Tentu saja bukan...

Mereka -Radhiallahu’an hum- adalah generasi terbaik dalam hal :
- Memahami Agama
- Memahami Firman Allah
- Memahami Sabda Rasulullah
- Memahami seluruh perkara-perkara Ibadah atau Syariat lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)

Jadi.. Pahamilah agama sebagaimana para sahabat memahaminya.
Karena: Merekalah -Radhiallahu’anhum- yang paling paham tentang agama ini.

Mungkin ada yang protes :
Memang gak boleh ya memahami agama sesuai pemahaman guru saya, kyai saya, habib saya, madzhab saya, dst?!
Kita katakan: BOLEH, siapa bilang gak boleh?

Tapi... Harus disesuaikan dulu dengan pemahaman Generasi Terbaik.. Manakala cocok, ya itulah yang bener, Manakala gak cocok, Maka kita harus berbesar dan berlapang hati untuk mengikuti pemahaman yang paaling benar, yakni pemahaman Generasi Terbaik.

Islam itu mudah.

Dalam ibadah:

+++ Manakala ada contoh dan tuntunan dari Nabi dan para sahabat, Maka amalkan sesuai tuntunan semampunya.

+++ Manakala gak ada contoh dan tuntunan dari Nabi dan para sahabat, Maka gak perlu diamalkan. Apalagi sampai bikin² tatacara ibadah yang baru.

Lha yang sudah saja, yang jelas² disunnahkan saja, yang jelas² ada tuntunan dari Rasul dan para shahabat saja, masih belum bisa diamalkan semuanya... Kok ya malah repot² memahami agama dengan caranya sendiri², bahkan sampai bikin amalan dan keyakinan yang baru

Kotamobagu Cinta Sunnah
    
    
    


Share:

CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Translate

INSAN TV

POPULAR

Cari