Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap perkara baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu dholaalah (sesat), tetapi ada sebagian orang mengatakan ada bid'ah hasanah.
Berkata Syekh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah:
الرسول صلى الله عليه وسلم : كل بدعة صلالة. و انت تقول توجد بدعة حسنة !؟
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: SETIAP BID'AH ITU SESAT. Dan kamu mengatakan ada BID'AH HASANAH (bid'ah yang baik). Fathul Majid 08-06-1438.
Mereka para ahlul bid'ah mengatakan bahwa ada bid'ah hasanah, dengan dalil perkataan Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu tentang shalat tarawih.
Padahal perkataan Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu ini hanya dari segi bahasa. Karena tarawih berjamaah bukan perkara baru, yang tadinya tidak ada, kemudian diadakan. Shalat tarawih berjamaah sudah ada sejak zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lantas diteruskan oleh para sahabat, dimana mereka ada yang shalat tarawih berjamaah, ada juga yang sendiri-sendiri di masjid, makanya Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu berinisiatif untuk menyatukan shalat tarawih dalam satu imam.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ, وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ, فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. قَالَ: ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ, فَقَالَ عُمَرُ: نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ, وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي تَقُومُونَ, يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dari Abdurrahman bin Abdil Qaary katanya; aku keluar bersama Umar bin Khatthab di bulan Ramadhan menuju masjid (Nabawi). Sesampainya di sana, ternyata orang-orang sedang shalat secara terpencar; ada orang yang shalat sendirian dan ada pula yang menjadi imam bagi sejumlah orang. Maka Umar berkata: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya di malam yang lain, dan ketika itu orang-orang sedang shalat bersama imam mereka, maka Umar berkata, “SEBAIK-BAIK BID'AH ADALAH INI, akan tetapi saat dimana mereka tidur lebih baik dari pada saat dimana mereka shalat”, maksudnya akhir malam lebih baik untuk shalat karena saat itu mereka shalatnya di awal malam. Imam Malik-Al Muwaththa.
Berkata Ibnu Taymiyah rahimahullah:
وهذه تسمية لغوية لا تسمية شرعية، وذلك أن البدعة في اللغة تعم كل ما فعل ابتداء من غير مثال سابق
Dan bid'ah disini yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa bukan secara syariah, dan sesungguhnya bid'ah di dalam segi bahasa mencakup seluruh apa yang diperbuat yang tidak ada contoh sebelumnya. (Iqtidha' : 2/589)
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:
وأما وقع في كلام السلف من استحسان بعض البدع فإنما ذلك في البدع اللغوية لا الشرعية
Dan adapun perkataan salaf yang mengaitkan hasanah dengan sebagian bid'ah, maka sesungguhnya yang dimaksud bid'ah disitu adalah dari segi bahasa bukan dari syariah. Jami' al-Uloom, 233).
Disini kami tegaskan ulang, bahwa shalat tarawih berjamaah, sudah ada sejak Nabi shallallahu alaihi wa sallam, jadi bukan perkara baru dalam agama, bukan BID'AH DHOLAALAH, tetapi bid'ah hasanah dari segi bahasa, bukan dari segi syariat.
Ini dalil tentang Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat tarawih berjamaah.
عَنْ عَائِشَةَ ، أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ ، أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ ، وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (رواه البخاري).
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam shalat di masjid, lalu banyak sahabat yang mengikuti shalat di belakang Beliau, kemudian pada malam kedua, beliau shalat lagi dan sahabat semakin banyak, kemudian pada malam ketiga atau keempat para sahabat sudah berkumpul, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar menemui mereka. Maka tatkala waktu shubuh tiba, Beliau bersabda: “Sungguh aku mengetahui apa yang kalian lakukan, tiada sesuatu pun yang menghalangiku untuk keluar (shalat) berama kalian, melainkan aku khawatir shalat ini difardhukan atas kalian.” Dan ini terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhori dan Muslim).
Dan juga shalat tarawih berjamaah merupakan sunnah khulafaur rasyidin, sunnah yang perlu diikuti, bukan bid'ah. Karena para sahabat radhiyallahu anhum di zaman Umar Bin Khattab tidak ada yang mengingkari perintah Umar tentang shalat tarawih berjamaah dengan satu imam, berarti ini ijma para sahabat. Inilah sunnah yang harus kita ikuti, sunnah Rasulullah dan sunnah khulafaur rasyidin.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafâ’ al-Muhtadîn ar-Râsyidîn yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (maksudnya peganglah dengan teguh). Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah. Berkata Syaikh al-Albani Hadits Shahih)
Kesimpulannya, BID'AH HASANAH menurut perkataan Umar, adalah dari segi bahasa, bukan dari segi syariat, karena tarawih berjamaah di masjid, bukan perkara baru, karena sudah diamalkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Perkara baru dalam agama adalah BID'AH DHOLAALAH, sebagaimana yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah).” Kemudian beliau melanjutkan bersabda: “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ ).
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafâ’ al-Muhtadîn ar-Râsyidîn yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (maksudnya peganglah dengan teguh). Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah. Berkata Syaikh al-Albani Hadits Shahih)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. (رواه النسائي و ابن خزيمة. قال الشيخ الألباني: صحيح).
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muahammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek urusan adalah perkara baru (dalam agama). Dan setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka. (HR. An Nasai dan Ibnu Khuzaimah Dari Jabir Muhammad Abdullah radhiyallahu ‘anhu. Berkata Syekh Al Albani :Hadits Shahih).
Lantas bagaimana dengan orang-orang yang mengaiitkan ibadah yang lain selain shalat tarawih berjamaah dengan bid'ah hasanah? Ini pun perlu dalil, adakah para sahabat mengatakan amalan lain selain tarawih berjamaah dengan bid'ah hasanah.
Yang ada hanya BID'AH MAHMUDAH DAN BID'AH MADZMUMAH, sebagaimana perkataan Imam Syafii rahimahullah. jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji (bid'ah mahmudah). Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela (bid'ah madzmumah).
Seperti shalat tarawih berjamaah dan pengumpulan alquran dengan satu musaf, ini bukan bid'ah yang dholalah (sesat) karena shalat tarawih berjamaah ada asalnya dari syariat, begitu pula pengumpulan alquran jadi satu musaf, ini sunnah khulafaur rasyidin, bukan bid'ah.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
البدعة بدعتان: بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم
“Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah (yang terpuji) dan bid’ah madzmumah (yang tercela). Jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji. Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela” Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, 9: 113.
Berkata Imam Nawawi rahimahullah:
1. ماليس من الدين : بأن كان مخالفا لقواعده ودلائله .فهو مردود :وهو البدعة الضلال.
Perbuatan baru yg bukan dari agama , yaitu perbuatan-perbuatan baru yang menyalahi kaidah-kaidah agama dan dalil-dalilnya : ini adalah tertolak dan bid’ah semacam inilah yg sesat ,
2. وماهو من الدين: بأن شهد له أصل أو أيده دليل :فهو صحيح مقبول . وهو البدعة الحسنة.
Perbuatan-perbuatan yg dari agama, yaitu perbuatan baru yg mempunyai standard ukuran hukum asal, atau di dukung oleh dalil-dalil yg menguatkan, perbuatan bid’ah semcam ini di terima dan tidak tertolak, inilah yg di sebut ” bid’ah hasanah “ (Syarah Hadits Muslim).
Bagaimana dengan perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam, acara tahlilan kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari, barjanji dan lain-lain, tinggal dicek saja, ada tidak dalil tuntunan dan contoh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam serta amalan para sahabat, kalau ada berarti bid'ah mahmudah (bid'ah yang terpuji), kalau tidak ada berarti bid'ah madzmumah (bid'ah yang tercela) atau bid'ah dholaalah (bid'ah yang sesat).
Imam Malik rahimahullah berkata:
مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ اِلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعِمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَيَكُنِ اْليَوْمَ دِيْنًا
"Barangsiapa mengada-adakan dalam Islam suatu BID'AH dia melihatnya sebagai suatu HASANAH (kebaikan) maka dia telah menuduh Muhammad menghianati risalah, karena Allah telah berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku ridhoi Islam menjadi agamamu." Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini." (Dakwatul Kholaf Ila Thoriqis Salaf, Muhammad bin Ali bin Ahmad Bafadhl, hal.)
Abu Fadhel Majalengka
Berkata Syekh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah:
الرسول صلى الله عليه وسلم : كل بدعة صلالة. و انت تقول توجد بدعة حسنة !؟
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: SETIAP BID'AH ITU SESAT. Dan kamu mengatakan ada BID'AH HASANAH (bid'ah yang baik). Fathul Majid 08-06-1438.
Mereka para ahlul bid'ah mengatakan bahwa ada bid'ah hasanah, dengan dalil perkataan Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu tentang shalat tarawih.
Padahal perkataan Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu ini hanya dari segi bahasa. Karena tarawih berjamaah bukan perkara baru, yang tadinya tidak ada, kemudian diadakan. Shalat tarawih berjamaah sudah ada sejak zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lantas diteruskan oleh para sahabat, dimana mereka ada yang shalat tarawih berjamaah, ada juga yang sendiri-sendiri di masjid, makanya Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu berinisiatif untuk menyatukan shalat tarawih dalam satu imam.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ, وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ. فَقَالَ عُمَرُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ, فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ. قَالَ: ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ, فَقَالَ عُمَرُ: نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ, وَالَّتِي تَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي تَقُومُونَ, يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ
Dari Abdurrahman bin Abdil Qaary katanya; aku keluar bersama Umar bin Khatthab di bulan Ramadhan menuju masjid (Nabawi). Sesampainya di sana, ternyata orang-orang sedang shalat secara terpencar; ada orang yang shalat sendirian dan ada pula yang menjadi imam bagi sejumlah orang. Maka Umar berkata: “Menurutku kalau mereka kukumpulkan pada satu imam akan lebih baik…” maka ia pun mengumpulkan mereka –dalam satu jama’ah– dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya di malam yang lain, dan ketika itu orang-orang sedang shalat bersama imam mereka, maka Umar berkata, “SEBAIK-BAIK BID'AH ADALAH INI, akan tetapi saat dimana mereka tidur lebih baik dari pada saat dimana mereka shalat”, maksudnya akhir malam lebih baik untuk shalat karena saat itu mereka shalatnya di awal malam. Imam Malik-Al Muwaththa.
Berkata Ibnu Taymiyah rahimahullah:
وهذه تسمية لغوية لا تسمية شرعية، وذلك أن البدعة في اللغة تعم كل ما فعل ابتداء من غير مثال سابق
Dan bid'ah disini yang dimaksud adalah bid'ah secara bahasa bukan secara syariah, dan sesungguhnya bid'ah di dalam segi bahasa mencakup seluruh apa yang diperbuat yang tidak ada contoh sebelumnya. (Iqtidha' : 2/589)
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:
وأما وقع في كلام السلف من استحسان بعض البدع فإنما ذلك في البدع اللغوية لا الشرعية
Dan adapun perkataan salaf yang mengaitkan hasanah dengan sebagian bid'ah, maka sesungguhnya yang dimaksud bid'ah disitu adalah dari segi bahasa bukan dari syariah. Jami' al-Uloom, 233).
Disini kami tegaskan ulang, bahwa shalat tarawih berjamaah, sudah ada sejak Nabi shallallahu alaihi wa sallam, jadi bukan perkara baru dalam agama, bukan BID'AH DHOLAALAH, tetapi bid'ah hasanah dari segi bahasa, bukan dari segi syariat.
Ini dalil tentang Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat tarawih berjamaah.
عَنْ عَائِشَةَ ، أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلاَتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ ، أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنَ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلاَّ أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ ، وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (رواه البخاري).
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam shalat di masjid, lalu banyak sahabat yang mengikuti shalat di belakang Beliau, kemudian pada malam kedua, beliau shalat lagi dan sahabat semakin banyak, kemudian pada malam ketiga atau keempat para sahabat sudah berkumpul, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar menemui mereka. Maka tatkala waktu shubuh tiba, Beliau bersabda: “Sungguh aku mengetahui apa yang kalian lakukan, tiada sesuatu pun yang menghalangiku untuk keluar (shalat) berama kalian, melainkan aku khawatir shalat ini difardhukan atas kalian.” Dan ini terjadi pada bulan Ramadhan. (HR. Bukhori dan Muslim).
Dan juga shalat tarawih berjamaah merupakan sunnah khulafaur rasyidin, sunnah yang perlu diikuti, bukan bid'ah. Karena para sahabat radhiyallahu anhum di zaman Umar Bin Khattab tidak ada yang mengingkari perintah Umar tentang shalat tarawih berjamaah dengan satu imam, berarti ini ijma para sahabat. Inilah sunnah yang harus kita ikuti, sunnah Rasulullah dan sunnah khulafaur rasyidin.
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafâ’ al-Muhtadîn ar-Râsyidîn yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (maksudnya peganglah dengan teguh). Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah. Berkata Syaikh al-Albani Hadits Shahih)
Kesimpulannya, BID'AH HASANAH menurut perkataan Umar, adalah dari segi bahasa, bukan dari segi syariat, karena tarawih berjamaah di masjid, bukan perkara baru, karena sudah diamalkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Perkara baru dalam agama adalah BID'AH DHOLAALAH, sebagaimana yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam sabdakan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
"Hendaklah kalian selalu waspada di waktu pagi dan petang. Aku diutus, sementara antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari tengah).” Kemudian beliau melanjutkan bersabda: “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ ).
Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ».
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah al-Khulafâ’ al-Muhtadîn ar-Râsyidîn yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (maksudnya peganglah dengan teguh). Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dari Irbadh bin Sariyah. Berkata Syaikh al-Albani Hadits Shahih)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. (رواه النسائي و ابن خزيمة. قال الشيخ الألباني: صحيح).
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muahammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek urusan adalah perkara baru (dalam agama). Dan setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka. (HR. An Nasai dan Ibnu Khuzaimah Dari Jabir Muhammad Abdullah radhiyallahu ‘anhu. Berkata Syekh Al Albani :Hadits Shahih).
Lantas bagaimana dengan orang-orang yang mengaiitkan ibadah yang lain selain shalat tarawih berjamaah dengan bid'ah hasanah? Ini pun perlu dalil, adakah para sahabat mengatakan amalan lain selain tarawih berjamaah dengan bid'ah hasanah.
Yang ada hanya BID'AH MAHMUDAH DAN BID'AH MADZMUMAH, sebagaimana perkataan Imam Syafii rahimahullah. jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji (bid'ah mahmudah). Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela (bid'ah madzmumah).
Seperti shalat tarawih berjamaah dan pengumpulan alquran dengan satu musaf, ini bukan bid'ah yang dholalah (sesat) karena shalat tarawih berjamaah ada asalnya dari syariat, begitu pula pengumpulan alquran jadi satu musaf, ini sunnah khulafaur rasyidin, bukan bid'ah.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
البدعة بدعتان: بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم
“Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah (yang terpuji) dan bid’ah madzmumah (yang tercela). Jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji. Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela” Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, 9: 113.
Berkata Imam Nawawi rahimahullah:
1. ماليس من الدين : بأن كان مخالفا لقواعده ودلائله .فهو مردود :وهو البدعة الضلال.
Perbuatan baru yg bukan dari agama , yaitu perbuatan-perbuatan baru yang menyalahi kaidah-kaidah agama dan dalil-dalilnya : ini adalah tertolak dan bid’ah semacam inilah yg sesat ,
2. وماهو من الدين: بأن شهد له أصل أو أيده دليل :فهو صحيح مقبول . وهو البدعة الحسنة.
Perbuatan-perbuatan yg dari agama, yaitu perbuatan baru yg mempunyai standard ukuran hukum asal, atau di dukung oleh dalil-dalil yg menguatkan, perbuatan bid’ah semcam ini di terima dan tidak tertolak, inilah yg di sebut ” bid’ah hasanah “ (Syarah Hadits Muslim).
Bagaimana dengan perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam, acara tahlilan kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari, barjanji dan lain-lain, tinggal dicek saja, ada tidak dalil tuntunan dan contoh dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam serta amalan para sahabat, kalau ada berarti bid'ah mahmudah (bid'ah yang terpuji), kalau tidak ada berarti bid'ah madzmumah (bid'ah yang tercela) atau bid'ah dholaalah (bid'ah yang sesat).
Imam Malik rahimahullah berkata:
مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ اِلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعِمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَيَكُنِ اْليَوْمَ دِيْنًا
"Barangsiapa mengada-adakan dalam Islam suatu BID'AH dia melihatnya sebagai suatu HASANAH (kebaikan) maka dia telah menuduh Muhammad menghianati risalah, karena Allah telah berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku ridhoi Islam menjadi agamamu." Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini." (Dakwatul Kholaf Ila Thoriqis Salaf, Muhammad bin Ali bin Ahmad Bafadhl, hal.)
Abu Fadhel Majalengka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar