Istilah SUFI atau TASAWWUF tentu sangat dikenal dikalangan masyarakat. Istilah ini sangat diagungkan dan selalu di identikkan dengan kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas masyarakat beranggapan bahwa seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat taqwa tanpa melalui jalan sufi/tasawwuf. Opini ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawwuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian tasbih yang selalu melekat ditangan, dan bibir yang senantiasa komat-kamit melafazhkan dzikir. Semua ini semakin menambah keyakinan masyarakat (awam), bahwasanya merekalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai derajat wali Allah 'azza wa jalla.
.
Sebelum membahas tentang hakikat sufi/tasawwuf yang sebenarnya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa penilaian benar atau tidaknya suatu pemahaman bukan hanya dilihat dari pengakuan lisan atau penampilan lahir semata. Barometer sesuai tidaknya pemahaman tersebut, ialah menakarnya dengan Al-Qur-an dan Sunnah menurut pemahaman Salafush-Shalih.
.
Imam al-Barbahari rahimahullah dalam kitabnya Syarh as-Sunnah berkata: "Perhatikanlah dan cermatilah - semoga Allah 'azza wa jalla merahmatimu - semua orang yang menyampaikan satu ucapan/pemahaman dihadapanmu, maka jangan sekali-kali engkau terburu-buru untuk membenarkan dan mengikuti ucapan/pemahaman tersebut, sampai engkau tanyakan dan meneliti kembali, apakah ucapan/pemahaman tersebut pernah disampaikan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau pernah disampaikan oleh ulama Ahlus-Sunnah? Kalau engkau mendapatkan ucapan/pemahaman tersebut sesuai dengan pemahaman sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka berpegang teguhlah engkau dengan ucapan/pemahaman tersebut, dan janganlah engkau meninggalkannya dan memilih pemahaman lain, sehingga engkau akan terjerumus kedalam neraka!". (Syarh as-Sunnah, Imam al-Barbahari hlm.61)
.
LAHIRNYA AJARAN SUFI/TASAWWUF
Sufi/tasawuf sama sekali tidak dikenal pada zaman para sahabat radhiyallahu 'anhu, bahkan tidak dikenal pada zaman tiga generasi yang utama (generasi Sahabat, Tabi'in dan Tabi'it Tabi'in). Ajaran ini baru muncul sesudah masa tiga generasi ini. (Haqiqat ash-Shufiyyah, hlm.14).
Pertama kali muncul dikota Bashrah, Irak, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah. (Majmu' al-Fatawa 11/6).
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: "Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran TASAWWUF klasik maupun modern, dan ucapan-ucapan mereka yang dinukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawwuf yang dulu maupun sekarang, akan melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran al-Qur'an dan Sunnah. Dan sama sekali, tidak pernah didapati ajaran tasawwuf ini dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau radhiyallahu 'anhu yang mulia, orang-orang yang terbaik dan pilihan dari hamba-hamba Allah 'azza wa jalla. Justru sebaliknya, ajaran tasawwuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model Nashrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi dan zuhud model agama Budha". (kitab at-Tasawwuf, al-Mansya' wa al-Mashdar, hlm.28 / ibid,hlm.14).
Dari keterangan yang kami nukilkan diatas, jelaslah bahwa tasawwuf adalah ajaran yang menyusup kedalam Islam. Hal ini nampak jelas pada amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang ahli tasawwuf, amalan-amalan ibadah yang asing dan jauh dari petunjuk Islam.
.
AJARAN SUFI/TASAWWUF YANG MENYIMPANG DARI PETUNJUK AL-QUR'AN DAN SUNNAH.
Orang-orang sufi/tasawwuf - khususnya yang ada pada zaman sekarang - mempunyai prinsip dasar dan metode khusus dalam memahami dan menjalankan agama ini, yang sangat bertentangan dengan prinsip dan metode Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah, dan menyimpang sangat jauh dari al-Qur'an dan Sunnah, misalnya,
> Mereka membatasi ibadah hanya pada aspek al-mahabbah(kecintaan) saja dengan menyampingkan aspek-aspek lainnya, seperti aspek al-khauf (rasa takut) dan ar-raja' (pengharapan), sebagaimana terlihat dalam ucapan beberapa orang ahli tasawwuf yang berkata, "Aku beribadah kepada Allah, bukan karena aku mengharapkan masuk surga dan juga bukan karena takut masuk neraka" (!? Keblinger)
Memang benar, al-mahabbah merupakan landasan ibadah. Akan tetapi, ibadah itu tidak hanya terbatas pada al-mahabbah saja, seperti pemahaman orang-orang ahli tasawwuf. Karena, ibadah itu memiliki banyak jenis selain al-mahabbah, misalnya: al-khauf, ar-raja', adz-dzull(penghinaan diri), al-khudu'(ketundukkan), doa dan lain-lain.
Salah seorang ulama salaf berkata: "Barangsiapa yang beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dengan kecintaan semata, maka dia adalah seorang zindiq(kafir). Barangsiapa yang beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dengan pengharapan semata, maka dia adalah seorang murji'ah. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dengan ketakutan semata, maka dia adalah seorang Haruriyyah(Khawarij). Dan barangsiapa yang beribadah kepada Allah 'azza wa jalla dengan kecintaaan, ketakutan dan pengharapan, maka dialah seorang mukmin sejati dan muwahhid (orang yang bertauhid dengan benar)".
Oleh karena itu, Allah 'azza wa jalla memuji sifat para Nabi dan RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam yang mereka senantiasa berdoa kepadaNya dengan perasaan takut dan berharap, dan mereka adalah orang-orang yang selalu mengharapkan RahmatNya dan takut terhadap siksaanNya.
.
> Orang-orang sufi/tasawwuf, umumnya, dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al-Qur'an dan Sunnah, tetapi pedoman mereka adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka, serta ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka. Konkretnya dalam bentuk tarikat-tarikat bid'ah, berbagai macam dzikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri. Tidak jarang pula mereka mengambil pedoman dari cerita-cerita khurafat ( yang tidak jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits palsu untuk membenarkan ajaran dan keyakinan mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Orang-orang sufi/tasawwuf dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa jalla, berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang dipegang oleh orang-orang Nasrani. Yaitu ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, dan cerita-cerita yang bersumber dari orang yang tidak dikenal kejujurannya. Kalaupun ternyata orang tersebut jujur, tetap saja dia bukan seorang(Nabi/Rasul) yang terjaga dari kesalahan. Mereka menjadikan para pemimpin dan guru-gurunya sebagai penentu/pembuat syari'at agama bagi mereka, sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai penentu/pembuat syari'at agama bagi mereka".
.
> Termasuk doktrin ajaran tasawwuf ialah keharusan berpegang teguh dengan dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka. Hingga merasa cukup dengan produk dzikir-dzikir tersebut, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa jalla dengan selalu membacanya. Bahkan tidak jarang mereka mengklaim bahwa membaca dzikir-dzikir tersebut lebih utama daripada membaca Al-Qur'an dan mereka menamakannya dengan "dzikir orang-orang khusus".
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Barangsiapa yang beranggapan bahwa kalimat Laa ilaha illallah adalah dzikirnya orang-orang umum, dan dzikirnya orang-orang khusus adalah kata tunggal (الله), serta dzikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus adalah kata ganti (Huwa/Dia), maka dia adalah orang yang sesat dan menyesatkan".
.
> Sikap ghuluw (berlebih-lebihan), orang-orang sufi/tasawwuf terhadap orang-orang yang mereka anggap telah mencapai kedudukan "wali" atau terhadap guru-guru tariqat mereka.
.
> Termasuk doktrin ajaran sufi/tasawwuf yang sesat adalah mendekatkan diri kepada Allah 'azza wa jalla dengan nyanyian, tarian, tabuhan rebana, dan bertepuk tangan. Semua ini mereka anggap sebagai amalan ibadah kepada Allah 'azza wa jalla (?!)
Dr. Shabir Thu'aimah berkata: "Saat ini, tarian sufi/tasawwuf modern telah dipraktekkan oleh mayoritas tariqat Shufiyyah dalam pesta-pesta perayaan ulang tahun beberapa tokoh mereka. Para pengikut thariqat berkumpul untuk mendengarkan nada-nada musik, yang terkadang didendangkan oleh lebih dari dua ratus pemain musik pria dan wanita. Sedangkan para murid senior, dalam pesta ini duduk sambil mengisap berbagai jenis rokok dan para tokoh senior beserta para pengikutnya membacakan beberapa kisah khurofat (bohong) yang terjadi pada sang tokoh yang telah meninggal dunia..". (kitab ash-Shufiyyah, Mu'taqadan wa Maslakan).
.
> Juga termasuk doktrin ajaran sufi/tasawwuf yang sesat, yaitu apa yang mereka namakan sebagai suatu keadaan/tingkatan, yang jika seseorang telah mencapainya, maka ia akan bebas dari kewajiban melaksanakan syari'at Islam.
Dalam ajaran Islam, sama sekali tidak ada yang dinamakan dengan tingkatan/keadaan, yang jika seseorang telah mencapainya maka gugurlah kewajiban beribadah atasnya, sebagaimana persangkaan orang-orang sufi/tasawwuf.
-------------------
Untuk lebih jelasnya, silahkan menelaah kitab Manhajul Anbiya' fi Tazkiyatin-nufus, karya Syaikh Salim al-Hilali, yang ditulis khusus untuk menjelaskan permasalahan sufi/tasawwuf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar