- ✍Allah menyuruh hambanya untuk
memanfaatkan dunia dalam rangka mendapatkan kebahagiaan akherat. Bukan
sebaliknya, menggadaikan agama untuk mencari dunia. Allah berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.’ "(Al-Qashash: 77)
Al-Imam al-Qurthubi رحمه الله berkata, “Allah menerangkan dalam ayat ini, bahwa Qarun telah diberi perbendaharaan harta yang amat banyak hingga ia lupa diri, dan semuayang dimilikinya itu ternyata tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah Subhanahu wata’ala, sebagaimana yang telah dialami (sebelumnya) oleh Fir’aun.” (Tafsir al-Qurthubi)
Al-Imam Ibnu Katsir رحمه الله ketika menafsirkan ayat ke-77 dari surat al-Qashash tersebut, mengatakan, “Pergunakanlah apa yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepadamu, yaitu harta yang banyak dan nikmat yang tak terhingga itu, untuk ketaatan kepada Rabb-mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan beragam amal saleh, yang diharapkan dengannya mendapatkan pahala, baik di dunia maupun di akhirat.
Janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, yang Allah Subhanahu wata’ala halalkan bagimu, yaitu makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan menikahi wanita. Menjadi keharusan bagimu untuk menunaikan hak Rabb-mu, hak dirimu, keluargamu, dan orang-orang yang mengunjungimu. Tunaikanlah haknya masing-masing. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berambisi dengan kekayaan yang ada untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan berbuat kejahatan kepada sesama. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Diantara tanda-tanda akhir zaman, banyaknya manusia yang mencari dunia dengan menjual agamanya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِم،ِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bergegaslah kalian untuk beramal, (karena akan datang) ujian-ujian ibarat potongan-potongan malam yang gelap.
Di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir, di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR. Muslim, 118)
Ada nasihat indah yang disampaikan oleh para Ulama Salaf untuk menjaga kehormatan dan tidak menjual agama, karena perbuatan itu menunjukkan rendahnya kedudukan dia.
سئل ابن المبارك:
من الناس؟ فقال: العلماء قيل: فمن الملوك؟ قال: الزهاد. قيل: فمن السفلة؟ قال: الذين يأكلون الدنيا بالدين.
حلية الأولياء وطبقات الأصفياء، لأبي نعيم الأبهاني ص. 166.
Imam Ibnul Mubarok رحمه الله ditanya,
Siapa manusia itu?
Beliau menjawab: Para Ulama.
Siapa raja-raja itu?
Beliau menjawab: Para Ahli Zuhud.
Siapa manusia yang hina itu?
Beliau menjawab: Orang-orang yang memakan dunia dengan (menjual) agamanya.
Hilyah Al-Auliya' wa Thobaqot Al-Asfiya', Abu Nua'im Al-Ashbahany, h. 166
Wallahu a'lam
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
Home »
» MENJUAL AGAMA UNTUK DUNIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar