7Ψ¨ِΨ³ْΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
ِ Ψ§ΩΩّΩِ Ψ§ΩΨ±َّΨْΩ
َΩِ Ψ§ΩΨ±َّΨِΩْΩ
Allah menciptakan kita dengan tujuan agar kita menyembah kepada-Nya (QS. Adzariyat:56), yaitu dengan murnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama Islam (QS. Al Bayyinah:5), dengan mengikuti syariat yang telah diturunkan Allah dan meninggalkan syariat-syariat nafsu orang-orang jahil
(QS. Al Jatsiyah:18) dan dengan tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan (QS. Al Baqarah:42).
Agar kita bisa menyembah kepada Allah dengan benar maka Allah menurunkan petunjuk hidup kepada manusia yaitu Al Quran yang diajarkan (disampaikan, dijelaskan dan dicontohkan) oleh Rasulullah. Oleh karena itu, taatilah Alllah dan Rasul agar kamu mendapat Rahmat (QS. Ali Imran:132). Rahmat Allah bisa datang bilamana kita mentaati Allah melalui ketaatan kepada Rasulullah, apa yang diberikan Rasul maka terimalah dan apa yang dilarang Rasul maka tinggalkanlah (QS. Al Hasyr:7).Barangsiapa yang mentaati Rasul maka berarti telah mentaati Allah dan banrangsiapa yang mendurhakai Rasul berarti durhaka kepada Allah (HR. Muslim).
Sesungguhnya, sebaik-baik manusia adalah orang beriman dan beramal saleh (QS. Al Bayyinah:7) dan seburuk-buruk manusia adalah orang kafir dan orang-orang musyrik (QS. Al Bayyinah:6),mereka diberi hati, mata dan telinga tetapi tidak dipakai untuk memahami ayat-ayat, untuk melihat kekuasaan Allah dan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Orang-orang yang seperti inilah lebih buruk dari binatang yang paling buruk (QS. Al A'raaf:178).
Betapa banyak ayat dalam Al Quran atau sunnah Rasul, yang melarang kita melakukan perbuatan mengada-ada dan kesyirikan, bahkan Allah telah memberi contoh yang sangat jelas yaitu kesyirikan kaum Nuh yang mengagung-agungkan/menyembah kuburan,yaitu kuburan lima orang saleh yang dianggap wali (QS. Nuh:23), di kuburan itu mereka melakukan ibadah.
Nah apa yang sebagian umat Nabi Muhamnad lakukan di kuburan wali-walinya,dengan membaca Al Quran, berzikir atau shalat di kuburan, bertawassul, ngalap berkah, minta pertolongan, apakah semua itu bukan syirik warisan Nabi Nuh,karena niatnya baik dan tidak adanya lafaz "nawaitu" untuk menyembah kuburan?. Cobalah pergunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allah dalam Surat Nuh, yang anak kecil saja bisa tahu bahwa Surat Nuh mengandung dua larangan kesyirikan, yaitu:
1. Mengagung-agungkan/mengkeramatkan kuburan,padahal dalam Islam tidak ada kuburan keramat.
2. Berlebih-lebihan terhadap orang saleh.
Yang keduanya itu bisa menyeret kita kepada kesyirikan dan mempeetuhankan ulama. Islam mengajarkan kita menghormati ulama, tetapi bukan dengan cara mengagungkan kuburannya, menjadikannya tempat beribadah, tempat memburu impian, tetapi dengan cara bersikap sopan santun dan mengamalkann ilmunya yang sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah.
Mengamalkan bid'ah dan syirik saja sudah lumayan buruk, dan yang lebih buruk lagi bila kita begitu bersemangat membela bid'ah dan syirik sampai orang lain memberi julukan sebagai pendekar bid'ah dan syirik. Kalau disebut pendekar tauhid dan sunnah itu cukup terhormat tetapi kalau disebut pendengar syirik dan bid'ah itu cukup hina, dan lebih aneh lagi bila para pendekar bid'ah dan syirik mendapat piagam penghargaan sebagai ahlus sunnah waljamaah.
Makanya kami mengajak saudara terutama diri sendiri, untuk senantiasa menggunakan hati dalam memahami ayat-ayat Allah, bukan menggunakan nafsu. Jadilah pembela tauhid dan sunnah, bukan pembela syirik dan bid'ah. Katakan syirik kalau memang syirik, dan katakan bid'ah kalau memang bid'ah sekalipun orang-orang muayrik dan ahlul bid'ah marah dan membencimu.
Melakukan kesyirikan saja sudah amat....
Wallahu'alam.
Allah menciptakan kita dengan tujuan agar kita menyembah kepada-Nya (QS. Adzariyat:56), yaitu dengan murnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama Islam (QS. Al Bayyinah:5), dengan mengikuti syariat yang telah diturunkan Allah dan meninggalkan syariat-syariat nafsu orang-orang jahil
(QS. Al Jatsiyah:18) dan dengan tidak mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan (QS. Al Baqarah:42).
Agar kita bisa menyembah kepada Allah dengan benar maka Allah menurunkan petunjuk hidup kepada manusia yaitu Al Quran yang diajarkan (disampaikan, dijelaskan dan dicontohkan) oleh Rasulullah. Oleh karena itu, taatilah Alllah dan Rasul agar kamu mendapat Rahmat (QS. Ali Imran:132). Rahmat Allah bisa datang bilamana kita mentaati Allah melalui ketaatan kepada Rasulullah, apa yang diberikan Rasul maka terimalah dan apa yang dilarang Rasul maka tinggalkanlah (QS. Al Hasyr:7).Barangsiapa yang mentaati Rasul maka berarti telah mentaati Allah dan banrangsiapa yang mendurhakai Rasul berarti durhaka kepada Allah (HR. Muslim).
Sesungguhnya, sebaik-baik manusia adalah orang beriman dan beramal saleh (QS. Al Bayyinah:7) dan seburuk-buruk manusia adalah orang kafir dan orang-orang musyrik (QS. Al Bayyinah:6),mereka diberi hati, mata dan telinga tetapi tidak dipakai untuk memahami ayat-ayat, untuk melihat kekuasaan Allah dan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Orang-orang yang seperti inilah lebih buruk dari binatang yang paling buruk (QS. Al A'raaf:178).
Betapa banyak ayat dalam Al Quran atau sunnah Rasul, yang melarang kita melakukan perbuatan mengada-ada dan kesyirikan, bahkan Allah telah memberi contoh yang sangat jelas yaitu kesyirikan kaum Nuh yang mengagung-agungkan/menyembah kuburan,yaitu kuburan lima orang saleh yang dianggap wali (QS. Nuh:23), di kuburan itu mereka melakukan ibadah.
Nah apa yang sebagian umat Nabi Muhamnad lakukan di kuburan wali-walinya,dengan membaca Al Quran, berzikir atau shalat di kuburan, bertawassul, ngalap berkah, minta pertolongan, apakah semua itu bukan syirik warisan Nabi Nuh,karena niatnya baik dan tidak adanya lafaz "nawaitu" untuk menyembah kuburan?. Cobalah pergunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allah dalam Surat Nuh, yang anak kecil saja bisa tahu bahwa Surat Nuh mengandung dua larangan kesyirikan, yaitu:
1. Mengagung-agungkan/mengkeramatkan kuburan,padahal dalam Islam tidak ada kuburan keramat.
2. Berlebih-lebihan terhadap orang saleh.
Yang keduanya itu bisa menyeret kita kepada kesyirikan dan mempeetuhankan ulama. Islam mengajarkan kita menghormati ulama, tetapi bukan dengan cara mengagungkan kuburannya, menjadikannya tempat beribadah, tempat memburu impian, tetapi dengan cara bersikap sopan santun dan mengamalkann ilmunya yang sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah.
Mengamalkan bid'ah dan syirik saja sudah lumayan buruk, dan yang lebih buruk lagi bila kita begitu bersemangat membela bid'ah dan syirik sampai orang lain memberi julukan sebagai pendekar bid'ah dan syirik. Kalau disebut pendekar tauhid dan sunnah itu cukup terhormat tetapi kalau disebut pendengar syirik dan bid'ah itu cukup hina, dan lebih aneh lagi bila para pendekar bid'ah dan syirik mendapat piagam penghargaan sebagai ahlus sunnah waljamaah.
Makanya kami mengajak saudara terutama diri sendiri, untuk senantiasa menggunakan hati dalam memahami ayat-ayat Allah, bukan menggunakan nafsu. Jadilah pembela tauhid dan sunnah, bukan pembela syirik dan bid'ah. Katakan syirik kalau memang syirik, dan katakan bid'ah kalau memang bid'ah sekalipun orang-orang muayrik dan ahlul bid'ah marah dan membencimu.
Melakukan kesyirikan saja sudah amat....
Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar