Penyesalan datang selalu diakhir. Siapa yang mau menyesal di kemudian hari? Jawabnya pasti tidak ada yang menginginkannya. Maka hargailah waktu yang telah Allah anugerahkan kepada kita.
Nikmat terbesar yang Allah berikan dan karuniakan untuk manusia adalah waktu, karena sesungguhnya waktu manusia itulah kehidupannya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan waktunya berarti telah menyia-nyiakan hidupnya dan barangsiapa menyia-nyiakan hidupnya maka dia telah merugi untuk selama-lamanya. Dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengabarkan kepada kita betapa menyesalnya orang-orang yang tidak dapat mempergunakan kesempatan hidupnya untuk taat dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
﴿ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ ﴾
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin” (QS. As-Sajadah: 12)
Nabi kita Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam juga telah mengingatkan melalui haditsnya bahwa dua nikmat yang kebanyakan manusia melupakannya dan tidak menyadarinya bahwa keduanya adalah nikmat terbesar, Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam besabda,
” نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “
“Dua kenikmatan yg sering dilupakan banyak orang, kesehatan dan kelowongan/kesempatan waktu.” (Shahih Bukhari)
Kesehatan dan kesempatan adalah dua nikmat yang sangat besar bagi manusia tapi sayang banyak di antara kita yang peduli dan tidak memanfaatkannya, padahal dengan keduanya banyak hal yang dapat kita lakukan. Bukankah sejarah manusia dan peradabannya terbentuk karena dua hal tersebut?. Bukankah karya-karya besar anak manusia tercipta karena dua hal tersebut ? Bahkan Islam tersebar dan berkembang ke penjuru dunia karena dua nikmat tersebut?
Sesungguhnya setiap detik dari waktu adalah sangat berharga, setiap detiknya dapat menentukan masa depan kita, menjadi manusia yang bahagia, sukses baik dunia ataupun akhirat. Dalam Al-Qur’an orang kafir di akhirat nanti bahkan hanya meminta beberapa detik untuk beramal agar menjadi orang yang sukses akan tetapi semua telah terlambat, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
﴿ حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚكَلَّا ۚإِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖوَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴾
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al- Mukminun: 99-100)
Begitulah kondisi orang mati, mereka telah melihat akhirat dengan mata kepala mereka. Mereka tahu pasti apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka terima. Dahulu mereka demikian mudah menyia-nyiakan waktu yang amat berharga untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi akhirat mereka. Kini mereka sadar bahwa detik-detik dan menit-menit yang hilang tersebut sungguh tidak ternilai harganya.
Dahulu, kesempatan itu ada di depan mata, namun tidak mereka manfaatkan. Sekarang, mereka siap menebus kesempatan itu berapapun harganya! Sungguh tak terbayang alangkah ruginya dan alangkah besarnya penyesalan mereka..
Memang, saat manusia paling lalai terhadap nikmat Allah ialah ketika ia bergelimang di dalamnya. Ia tidak menyadari betapa besarnya kenikmatan tersebut, kecuali setelah kenikmatan itu tercabut darinya. Sebab itu, kita yang masih hidup sungguh berada dalam kenikmatan yang besar. Karenanya, jangan kita biarkan semenit pun berlalu tanpa ibadah walau sekedar mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.
#Waktu itu lebih berharga daripada emas”.
Sebegitu pentingnya kita diperintahkan untuk menghargai waktu hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakannya berkali-kali, termasuk dalam surat,
“Demi Massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr:1-3)
Ust. Abu Abdirrahman Al-Hajjamy, MA.
Nikmat terbesar yang Allah berikan dan karuniakan untuk manusia adalah waktu, karena sesungguhnya waktu manusia itulah kehidupannya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan waktunya berarti telah menyia-nyiakan hidupnya dan barangsiapa menyia-nyiakan hidupnya maka dia telah merugi untuk selama-lamanya. Dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengabarkan kepada kita betapa menyesalnya orang-orang yang tidak dapat mempergunakan kesempatan hidupnya untuk taat dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
﴿ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ ﴾
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin” (QS. As-Sajadah: 12)
Nabi kita Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam juga telah mengingatkan melalui haditsnya bahwa dua nikmat yang kebanyakan manusia melupakannya dan tidak menyadarinya bahwa keduanya adalah nikmat terbesar, Rasul Shallallahu `alaihi wa Sallam besabda,
” نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “
“Dua kenikmatan yg sering dilupakan banyak orang, kesehatan dan kelowongan/kesempatan waktu.” (Shahih Bukhari)
Kesehatan dan kesempatan adalah dua nikmat yang sangat besar bagi manusia tapi sayang banyak di antara kita yang peduli dan tidak memanfaatkannya, padahal dengan keduanya banyak hal yang dapat kita lakukan. Bukankah sejarah manusia dan peradabannya terbentuk karena dua hal tersebut?. Bukankah karya-karya besar anak manusia tercipta karena dua hal tersebut ? Bahkan Islam tersebar dan berkembang ke penjuru dunia karena dua nikmat tersebut?
Sesungguhnya setiap detik dari waktu adalah sangat berharga, setiap detiknya dapat menentukan masa depan kita, menjadi manusia yang bahagia, sukses baik dunia ataupun akhirat. Dalam Al-Qur’an orang kafir di akhirat nanti bahkan hanya meminta beberapa detik untuk beramal agar menjadi orang yang sukses akan tetapi semua telah terlambat, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
﴿ حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚكَلَّا ۚإِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖوَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴾
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al- Mukminun: 99-100)
Begitulah kondisi orang mati, mereka telah melihat akhirat dengan mata kepala mereka. Mereka tahu pasti apa yang telah mereka perbuat dan apa yang mereka terima. Dahulu mereka demikian mudah menyia-nyiakan waktu yang amat berharga untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi akhirat mereka. Kini mereka sadar bahwa detik-detik dan menit-menit yang hilang tersebut sungguh tidak ternilai harganya.
Dahulu, kesempatan itu ada di depan mata, namun tidak mereka manfaatkan. Sekarang, mereka siap menebus kesempatan itu berapapun harganya! Sungguh tak terbayang alangkah ruginya dan alangkah besarnya penyesalan mereka..
Memang, saat manusia paling lalai terhadap nikmat Allah ialah ketika ia bergelimang di dalamnya. Ia tidak menyadari betapa besarnya kenikmatan tersebut, kecuali setelah kenikmatan itu tercabut darinya. Sebab itu, kita yang masih hidup sungguh berada dalam kenikmatan yang besar. Karenanya, jangan kita biarkan semenit pun berlalu tanpa ibadah walau sekedar mengucapkan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.
#Waktu itu lebih berharga daripada emas”.
Sebegitu pentingnya kita diperintahkan untuk menghargai waktu hingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakannya berkali-kali, termasuk dalam surat,
“Demi Massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasehati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr:1-3)
Ust. Abu Abdirrahman Al-Hajjamy, MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar