}

Beriman Kepada Ash Shirath (2)

Hasil gambar untuk shirath adalahSifat-Sifat (Bentuk atau Gambaran) “Ash-Shirath”

Hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan sifat (gambaran) ash-shirath dengan sifat yang cukup banyak. Sifat-sifat ash-shirath tersebut termasuk dalam perkara ghaib yang tidak mungkin diketahui oleh manusia kecuali melalui jalan wahyu. Di antara dalil yang menggambarkan tentang ash-shirath antara lain:

Dari Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah potongan hadits yang panjang, beliau menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

…ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ “، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الجَسْرُ؟ قَالَ: ” مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ، وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ، تَكُونُ بِنَجْدٍ، يُقَالُ لَهَا: السَّعْدَانُ …

“ … kemudian didatangkanlah jembatan, dan dibentangkan di antara dua punggung neraka jahannam. Kami (para sahabat) bertanya,’Wahai Rasulullah, bagaimanakah bentuk jembatan itu?’ Rasulullah menjawab,’(Jembatan itu) licin dan menggelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait (semacam jangkar, pen.) dan kawat berduri yang ujungnya bengkok. Ia bagaikan pohon berduri di daerah Najd, dikenal dengan pohon Sa’dan … “.

Abu Sa’id Al-Khudhri radhiyallahu ‘anhu kemudian berkata,

بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ

“Telah sampai (berita) kepadaku bahwa shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” [1]

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَفِي حَافَتَيِ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنِ اُمِرَتْ بِهِ، فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ، وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ

“Di kedua sisi shirath terdapat besi pengait yang digantungkan, dan diperintahkan untuk mengait siapa saja yang diperintahkan kepadanya. Maka ada yang terpeleset, namun dia selamat. Dan ada pula yang terjungkir masuk ke dalam neraka.” [2]

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits di atas,

معناه أنهم ثلاثة أقسام قسم يسلم فلا يناله شئ أصلا وقسم يخدش ثم يرسل فيخلص وقسم يكردس ويلقى فيسقط في جهنم

“Maknanya, terdapat tiga golongan manusia. Pertama, mereka yang selamat, tidak terkena (tidak disambar) besi pengait sama sekali. Ke dua, mereka yang terpeleset disambar besi pengait, kemudian dilepas lagi dan dibebaskan (selamat). Ke tiga, mereka yang terjungkir, dilemparkan, dan jatuh ke dalam neraka jahannam.” [3]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَبِهِ كَلالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ، أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ؟ ” قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: ” فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ، غَيْرَ أَنَّهَا لاَ يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ

“Pada jembatan itu terdapat besi-besi pengait seperti duri pohon Sa’dan. Pernahkah kalian melihatnya?” Para sahabat menjawab,”Pernah wahai Rasulullah”’ Rasulullah bersabda,”Maka ia seperti duri pohon Sa’dan. Hanya saja, tidak ada yang mengetahui ukuran (besarnya) kecuali Allah.” [4]

Dari dalil-dalil di atas, dapat dikatakan bahwa ashi-shirath memiliki gambaran berikut ini:

    Shirath dibentangkan di atas neraka jahannam.

    Licin, sehingga dapat menggelincirkan kaki manusia dan membuat jatuh (ke dalam neraka).

    Di kedua sisinya terdapat besi pengait (semacam jangkar) dan duri. Tidak ada yang mengetahui besarnya, kecuali Allah Ta’ala.

    Lebih lembut dari rambut, namun lebih tajam dari pedang. [5]

Kegelapan pada Saat Melintasi Ash-Shirath

Pada hari kiamat, setelah manusia dihisab dan ditimbang amal perbuatannya, Allah Ta’ala membentangkan ash-shirath di atas neraka jahannam dalam kondisi yang gelap gulita. Maka manusia melintas di atas shirath sesuai dengan cahaya yang diberikan kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13) يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.”

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada mereka), “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu diadakan di antara mereka (yaitu orang mukmin dan orang muafik) dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya (yang menghadap orang mukmin) ada rahmat dan di sebelah luarnya (yang menghadap orang munafik) dari situ ada siksa.

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah. Dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.” (QS. Al-Hadiid [57]: 12-14)

Orang-orang yang beriman diberi cahaya yang menerangi mereka pada saat melintasi shirath. Terangnya cahaya yang mereka miliki akan sesuai dengan amal mereka masing-masing. Adapun orang-orang munafik, mereka tidaklah diberi cahaya. Sehingga mereka pun jatuh ke dalam neraka jahannam. [6]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menjelaskan ayat di atas,

يَقُولُ تَعَالَى مُخْبَرًا عَنِ الْمُؤْمِنِينَ الْمُتَصَدِّقِينَ أَنَّهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ فِي عَرَصَاتِ الْقِيَامَةِ، بِحَسَبِ أَعْمَالِهِمْ كَمَا قَالَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: يَسْعى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ قَالَ: عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ يَمُرُّونَ عَلَى الصِّرَاطِ، مِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ الْجَبَلِ، وَمِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ النَّخْلَةِ وَمِنْهُمْ مَنْ نُورُهُ مِثْلُ الرَّجُلِ الْقَائِمِ، وَأَدْنَاهُمْ نُورًا مَنْ نُورُهُ فِي إِبْهَامِهِ يَتَّقِدُ مَرَّةً ويطفأ مرة، وَرَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَابْنُ جَرِيرٍ

“Allah Ta’ala mengabarkan tentang orang-orang yang beriman bahwasannya pada hari kiamat mereka memiliki cahaya yang bersinar di hadapan mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Tentang firman Allah Ta’ala (yang artinya),’sedang cahaya mereka bersinar di hadapan mereka’, Abdullah bin Mas’ud berkata, ’Mereka melintasi shirath sesuai dengan amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang memiliki cahaya sebesar gunung, ada yang memiliki cahaya seperti pohon kurma, dan ada pula yang memiliki cahaya seperti (setinggi) seorang laki-laki yang berdiri tegak. Orang yang paling rendah adalah yang memiliki cahaya pada ibu jari mereka, terkadang bersinar dan terkadang cahaya tersebut padam.’ Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir.” [7]

Adh-Dhahak berkata,

ليس أحد إِلَّا يُعْطَى نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا انْتَهَوْا إِلَى الصِّرَاطِ طُفِئَ نُورُ الْمُنَافِقِينَ، فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ الْمُؤْمِنُونَ أَشْفَقُوا أَنْ يُطْفَأَ نُورُهُمْ كَمَا طُفِئَ نُورُ الْمُنَافِقِينَ فَقَالُوا: رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نورنا

“Tidak ada seorang pun, melainkan (pasti) diberikan cahaya pada hari kiamat. Maka ketika mereka sampai ke shirath, padamlah cahaya yang dimiliki oleh orang-orang munafik. Maka ketika orang-orang mukmin melihat hal itu, mereka khawatir kalau cahaya mereka juga ikut padam sebagaimana cahaya orang-orang munafik. Orang-orang mukmin pun berdoa,’Wahai Rabb kami, sempurnakanlah cahaya kami.” [8].

[Bersambung]

***

Diselesaikan menjelang dzuhur, Sint-Jobskade Rotterdam NL, Ahad 5 Dzulhijah 1436

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

___
Catatan kaki:

[1] HR. Muslim no. 183.

[2] HR. Muslim no. 195.

[3] Syarh Shahih Muslim, 3/29.

[4] HR. Bukhari no. 6573.

[5] Bagian ini diterjemahkan dengan beberapa penambahan dari kitab Al-Imaan bimaa Ba’dal Maut: Masaail wa Dalaail, karya Ahmad bin Muhammad bin Shadiq An-Najar, Daar An-Nashihah, Madinah KSA, cetakan pertama, tahun 1434, hal. 241-242.

[6] Lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, 2/736 karya Syaikh Shalih Alu Syaikh.

[7] Tafsir Ibnu Katsir, 8/15.

[8] Tafsir Ibnu Katsir, 8/15.

Artikel Muslimah.or.id
Share:

Tidak ada komentar:

CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Translate

INSAN TV

POPULAR

Arsip Blog

Cari