1. Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [ali Imran :
31].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H)
berkata,”Ayat ini sebagai pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku
mencintai Allah namun tidak mau menempuh jalan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka orang tersebut dusta dalam pengakuannya, sampai
dia mengikuti syari’at dan agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam semua ucapan dan perbuatannya. Sebagaimana
terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.[2]
Karena itu Allah berfirman “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan
mengampuni dosa-dosamu”. Kalian akan mendapatkan apa yang kalian minta,
dari kecintaan kalian kepadaNya, yaitu kecintaan Allah kepada kalian,
dan ini lebih besar daripada yang pertama, sebagaimana yang diucapkan
oleh para ulama. Yang penting adalah, bukan bagaimana kalian mencintai,
akan tetapi bagaimana kalian dicintai oleh Allah.
Yang pertama kita mencintai Allah dan yang kedua Allah
mencintai kita. Menurut al Hafizh Ibnu Katsir, bahwa Allah mencintai
kita itulah yang paling besar, bagaimana supaya kita bisa dicintai oleh
Allah. Setiap kita bisa mencintai, namun tidak setiap kita bisa
dicintai. Syarat untuk dapat dicintai oleh Allah adalah dengan ittiba
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Hasan Basri dan ulama salaf lainnya mengatakan,
sebagian manusia mengatakan mencintai
Allah, maka Allah menguji mereka
dengan ayat ini. Orang-orang munafik mengucapkan cinta kepada Allah dan
RasulNya, namun hatinya tidak demikian, karena mereka tidak mengikuti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Tafsir Ibnu Katsir, I/384,
Cet. Daarus Salaam, Th. 1413 H].
Ayat ini mengandung fadhilah (keutamaan) jika kita
mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu Allah akan
mencintai kita, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.
2. Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Katakanlah : “Taatilah Allah dan RasulNya. Jika kalian
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang
kafir’’. [Ali Imran : 32].
Ayat ini mengandung makna, jika seseorang menyalahi
perintah RasulNya atau tidak berittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka dia telah kufur; dan Allah tidak menyukai orang
yang memiliki sifat demikian, meskipun dia mengaku dan mendakwahkan
kecintaannya kepada Allah, sampai ia mengikuti Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Seluruh jin dan manusia wajib untuk ittiba kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga seandainya Nabi Musa
ditakdirkan hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka dia pun wajib ittiba’ kepada Nabi Muhammad. Demikian juga
dengan Nabi Isa ketika turun ke bumi pada akhir zaman nanti, maka Nabi
Isa wajib ittiba` kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian ini menunjukkan, bahwa seluruh manusia wajib
ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ibnu Katsir,”Dan Rasulullah n diutus untuk seluruh
makhlukNya, baik golongan jin dan manusia. Kalau seandainya seluruh nabi
dan rasul, bahkan seluruh Ulul ’Azmi dari para rasul, mereka hidup pada
zaman Rasulullah n, maka mereka wajib ittiba’ kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengikuti syariat beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam.” [Tafsir Ibnu Katsir, I/384].
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar