}
Sunnahpos
Kajian Islam
Koleksi Ceramah Islam MP3
  • Beranda
  • Tauhid
  • Manhaj
  • KIsah Islami
  • Tafsir
  • Download
  • One Hadits

DZIKIR SETELAH SHOLAT WAJIB SESUAI SUNNAH

sunnahposJuni 22, 2021 Tidak ada komentar

 MAKNA SUNNAH DAN PENGIKUT SUNNAH - MECI ANGI

Berikut ini adalah bacaan-bacaan dzikir yang shahih setelah shalat fardhu, yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam.
(dibaca setelah salam).

1. Membaca :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ.
أَسْتَغْفِرُ الله.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
Astaghfirullaåh.
Astaghfirullaåh.
Astaghfirullaåh.
Allahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabarakta ya dzaljalaali wal ikraam.

“Saya memohon ampun kepada Allah.(3x)
Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai Rabb pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”

Keterangan: HR. Muslim no.591 (135), Ahmad (V/275,279), Abu Dawud no.1513, an-Nasa-i III/68, Ibnu Khuzaimah no.737, ad-Darimi I/311 dan Ibnu Majah no.928 dari Sahabat Tsauban radhiyallaahu ‘anhu.

Perhatian:
Hendaklah dicukupkan dengan bacaan ini dan jangan ditambah-tambah dengan macam-macam bacaan lainnya yang tidak ada asalnya dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
(Lihat Misykaatul Mashaabiih 1/303)

2. Membaca :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ,
اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah,
lahul mulku, walahul hamdu,
wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.

Allahumma laa maani’a limaa a’thayta, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yamfa’u dzaljaddi min kaljaddu.

"Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau beri, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya dari (siksa)-Mu.”

Keterangan: HR. Al-Bukhari no.844 dan Muslim no.593, Abu Dawud no.1505, Ahmad IV/245, 247, 250, 254, 255, Ibnu Khuzaimah no.742, ad-Darimi I/311, dan An-Nasa-i III/70,71, dari  Al-Mughirah bin Syu’bah.

3. Membaca :
لاَإِلَهَإِلاَّاللهُوَحْدَهُلاَشَرِيْكَلَهُ،
لَهُالْمُلْكُوَلَهُالْحَمْدُوَهُوَعَلَىكُلِّشَيْءٍقَدِيْرٌ،
لاَحَوْلَوَلاَقُوَّةَإِلاَّبِاللهِ،
لاَإِلَهَإِلاَّاللهُوَلاَنَعْبُدُإِلاَّإِيَّاهُ
،لَهُالنِّعْمَةُوَلَهُالْفَضْلُوَلَهُالثَّنَاءُالْحَسَنُ،
لاَإِلَهَإِلاَّاللهُمُخْلِصِيْنَلَهُالدِّيْنَوَلَوْكَرِهَالْكَافِرُوْنَ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah,
lahul mulku, walahul hamdu,
wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.
Laa hawla wa laa kuwwata illa billaah,
laa ilaaha illallaah,
walaa na’budu illaa iyyaahu,
lahunni’matu walahul fadhlu
walahuts tsanaaul hasanu,
laa ilaaha illallaåh mukhlishiyna lahuddiyn walaw karihal kaafiruun.

"Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa,
Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah.
Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya.
Baginya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik.
Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”

Keterangan: HR. Muslim no.594, Ahmad IV/ 4, 5, Abu  Dawud no. 1506, 1507, an- Nasa-i III/70, Ibnu Khuzaimah no.740, 741, Dari ’Abdullah bin az-Zubair Rahimahullah.

4. Membaca :
سُبْحَانَ اللهُ
Subhaanallaah (33x)
“Maha suci Allah” (33x)
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
Alhamdulillah (33x)
“Segala puji bagi Allah” (33x)
اَللهُ أَكْبَرُ
Allahu Akbar (33x)
“Allah Maha Besar” (33x)

Kemudian untuk melengkapinya menjadi seratus, ditambah dengan membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.

"Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Keterangan:
“Barangsiapa membaca kalimat tersebut setiap selesai shalat, akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti buih di lautan.”
HR. Muslim no.597, Ahmad II/371,483, Ibnu Khuzaimah no.750 dan al-Baihaqi II/187).

5. Membaca :
اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allahumma a-’inniy ’ala dzikrika wa syukrika wa husni ’ibaadatika.

“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.”

Keterangan: HR. Abu Dawud no.1522, an-Nasa-i III/53, Ahmad V/245 dan al-Hakim (I/273 dan III/273) dan dishahihkannya,
juga disepakati oleh adz-Dzahabi, yang mana kedudukan hadits itu seperti yang dikatakan oleh keduanya,
bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan wasiat kepada Mu’adz agar dia mengucapkannya di setiap akhir shalat.

6. Kemudian membaca (Surat al-Ikhlash) : 
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ>>للَّهُ الصَّمَدُ>> لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ>> وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَد

Qul huwallaahu ahad. Allaahusshamad. Lam yalid walam yuulad. .Walam yakullahu kufuwan ahad.

Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

7. Kemudian membaca (Surat al-Falaq) : 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ>> مِن شَرِّ مَا خَلَقَ>> وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ>> وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ>>  وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Qul a'uudzu birabbil falaq.
Min syarri maa khalaq.
Wamin syarri ghaasiqin idzaa waqaba.
Wamin syarrin naffaatsaati fii al'uqadi. Wamin syarri haasidin idzaa hasada.

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Robb Yang Menguasai waktu subuh, dari kejahatan apa-apa (mahluk) yang diciptakan-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki"

8. Kemudian membaca (Surat an-Naas) :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ>> مَلِكِ النَّاسِ>> إِلَهِ النَّاسِ>> مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ>> الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ>> مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ>>

Qul a'uudzu birabbin naas.
Malikin naas. Ilaahin naas.
Min syarril waswaasil khannaas.
Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas. Minal jinnati wannaas.

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

Keterangan: HR Abu Dawud no.1523, an-Nasa-i III/68, Ibnu Khuzaimah no.755 dan Hakim I/253.
Lihat pula Shahiih at-Tirmidzi III/8 no.2324. Ketiga surat tersebut dinamakan al-Mu’awwidzaat.

9. Selanjutnya, membaca Ayat Kursi:

اللَّهُلاَإِلَهَإِلاَّهُوَالْحَيُّالْقَيُّومُ،
لاَتَأْخُذُهُسِنَةٌوَلاَنَوْمٌ،
لَهُمَافِيالسَّمَاوَاتِوَمَافِيالْأَرْضِ،
مَنْذَاالَّذِييَشْفَعُعِنْدَهُإِلاَّبِإِذْنِهِ،
يَعْلَمُمَابَيْنَأَيْدِيهِمْوَمَاخَلْفَهُمْ،
وَلَايُحِيطُونَبِشَيْءٍمِنْعِلْمِهِإِلاَّبِمَاشَاءَ،
وَسِعَكُرْسِيُّهُالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضَ،
وَلَايَئُودُهُحِفْظُهُمَا،
وَهُوَالْعَلِيُّالْعَظِيمُ

Allaahu laa ilaaha illaa huu, al hayyul qoyyum,
la ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh.
Man djalladjii yasyfa’u ’indahuu illa bi idjnih.
Ya’lamu maa bayna aydiihim wa maa kholfahum.
Wa laa yuhiithuuna bi syay-im min ’ilmihii illa bi maa syaa-a.
Wasi’a kursiiyyuhussamaawaati wal ardh. Walaa ya-uuduhuu hifzhuhumaa.
Wa huwal’aliiyul ’azhiim.

”Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia.
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Dan Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(Al-Baqarah: 255)

Keterangan:
“Barangsiapa yang membacanya setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk Surga selain kematian.”
HR. An-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah’ no.100 dan Ibnus Sunni no.124 dari Abu Umamah rahimahullah, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani.

10. Membaca : (ini dibaca 10x setiap selesai shalat maghrib dan shubuh).

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, yuhyiy wa yumiytu wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.
"Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian.
Dialah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi ruh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keterangan:
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa setelah shalat Maghrib dan Shubuh membaca
‘Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah,
lahul mulku, walahul hamdu, yuhyiy wa yumiytu wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir,’  sebanyak 10x Allah akan tulis setiap satu kali 10 kebaikan,
dihapus 10 kejelekan, diangkat 10 derajat, Allah lindungi dari setiap kejelekan, dan Allah lindungi dari godaan syetan yang terkutuk.”
(HR. Ahmad IV/227, at-Tirmidzi no.3474). At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan gharih shahih.”

11. Khusus setelah selesai shalat Shubuh, disunnahkan membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma inniy as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon toyyiban, wa’amalan mutaqobbalan.
"Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima."

Demikian bacaan dzikir yang shahih setelah shalat fardhu sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam.
Mudah-mudahan dapat memberi kebaikan dan manfaat bagi kita semua.

Barakallahu fiikum.


 

 Wallahu A'lam 

Semoga bermanfaat






Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    PENGIKUT SUNNAH SELALU SEDIKIT

    sunnahposJuni 22, 2021 Tidak ada komentar

    Mengikuti Pemahaman Sahabat Nabi Dalam Beragama

    (1). Imam Hasan al-Bashri رحمه الله berkata :
    “Sesungguhnya "AHLUSSUNNAH" adalah yg paling sedikit dari manusia pada zamannya yang telah lewat, dan mereka paling sedikit dari manusia pada zamannya yang tersisa. Mereka adalah orang2 yang tidak ikut2-an dengan orang2 yang bermewah-mewahan, dan tidak juga ikut dengan ahli bid’ah dalam kebid’ahan mereka. Dan mereka sabar di dalam menjalankan "SUNNAH" (ajaran Nabi ﷺ yang murni) hingga mereka bertemu Rabb mereka” (Sunan ad-Darimi 1/83)

    (2). Imam Sufyan ats-Tsauri رحمه الله brkata :

    إِذَا بَلَغَكَ عَنْ رَجُلٍ بِالْمَشْرِقِ صَاحِبِ سُنَّةٍ وَآخَرَ بِالْمَغْرِبِ، فَابْعَثْ إِلَيْهِمَا بِالسَّلَامِ وَادْعُ لَهُمَا، مَا أَقَلَّ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

    "Apabila sampai kepadamu (kabar) tentang seorang pengikut sunnah, yang satu berada di daerah timur dan yang lain di barat, maka kirimkanlah salam kepada mereka berdua, & doakan kebaikan untuk mereka. "SUNGGUH BETAPA SEDIKITNYA AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH" (lihat Syarhu Ushuli I’tiqadi Ahlis Sunnah Wal Jama’ah oleh Al-Lalika'i I/64 no.50, dan juga Hilyatul Auliyaa' VII/347)

    (3). Imam al-Bukhari رحمه الله berkata :

    أفضلُ المُسلِمِينَ رجلٌ أحْيَا سُنَّةً مِن سُنَنِ الرَّسُولِ ﷺ  قَد أُمِيتَت، فاصْبِرُوا يَا أصحابَ السُّنَنِ رَحِمَكُمُ اللهُ فإِنَّكُم أقلُّ النَّاسِ

    "Kaum muslimin yang paling utama adalah seseorang yang menghidupkan "SUNNAH" Nabi ﷺ yang telah mati. Oleh sebab itu, bersabarlah wahai "Para Pengikut Sunnah" Nabi ﷺ, semoga Allah merahmati kalian. Sebab sesungguhnya kalian adalah golongan minoritas" (Al-Jaami' Li Akhlaq Ar-Raawi Wa Aadab As-Saami' 1/112)

    (4). Imam al-Auza’i berkata tentang sabda Rasulullah صلى الله عليه و سلم : "Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali juga dalam keadaan asing". Adapun Islam tidak akan pergi, akan tetapi Ahlus Sunnah itu yang akan pergi sehingga tidak tersisa pada sebuah negeri melainkan satu orang. Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yang memuji "SUNNAH", dan mensifatinya dengan asing, serta mensifati pengikutnya dengan kata "SEDIKIT" (Ahlul Hadiits Hum at-Thaa-ifah al-Manshuurah hal 103-104)

    ✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar

    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    MANUSIA PALING HINA

    sunnahposJuni 22, 2021 Tidak ada komentar

     
    Aquascape Ideas: Aquascaping Stones For Sale

    ✍ Mutiara nasehat para Ulama.

    Hanya Allah yang mampu meninggikan dan merendahkan derajat manusia secara mutlak.

    قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِی ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَاۤءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَاۤءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاۤءُۖ بِیَدِكَ ٱلۡخَیۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ.
    "Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
    [Surat Ali 'Imran 26]

    Secara tegas Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa Milik Dia sendirilah kerajaan dan kekuasaan yang mutlak itu, dan Dia saja yang akan memberikan kerajaan, harta dan kekuasaan di bumi bagi orang-orang yang Dia  kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan hanya Dia sendiri pulalah yang mampu mengambil kerajaan dari orang-orang yang dikehendakinya, demikian pula memberikan kemuliaan di dunia dan di akhirat bagi siapa saja yang dikehendaki, dan juga menjadikan kehinaan kepada orang yang dikehendaki, di tangannyalah segala kebaikan, Sesungguhnya Allah-lah satu-satunya Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu.

    Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di رحمه الله,
    Di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mencabut kekuasaan para kisra dan kaisar serta kekuasaan orang-orang yang mengikuti jejak mereka, dan akan memberikan kekuasaan itu kepada umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hal itu telah terjadi falillahil hamd. Oleh karena itu, memperoleh kekuasaan atau tercabutnya kekuasaan mengikuti kehendak Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Namun yang demikian, tidaklah menafikan sunnatullah, berupa sebab-sebab kauniyyah (di alam semesta) dan diniyyah (agama) yang menjadi sebab tetapnya kerajaan, memperolehnya kerajaan atau sebab hilangnya kerajaan. Semua itu terjadi dengan kehendak Allah, sebab tidaklah mewujudkan apa-apa secara sendiri, bahkan semua sebab mengikuti qadha' dan qadar Allah. Di antara sebab yang dijadikan Allah sebagai sebab memperoleh kekuasaan adalah iman dan amal shalih, bersatunya kaum muslimin, mereka memiliki persiapan yang mereka sanggupi, sabar dan tidak bertengkar (lihat surat An Nur: 55, Al Anfal: 45-46 dan 62-63). Oleh karena itu, sebab utama runtuhnya negara Islam adalah meninggalkan agamanya dan berpecah belah.
    (Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di-tafsirweb)

    Allah memerintahkan hambanya yang beriman untuk bergantung dan meminta tolong hanya kepada-Nya sebagaimana yang dia baca setiap kali sholat dalam Al-fatihah,

    إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ.
    "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."
    [Surat Al-Fatihah 5]

    Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengingatkan bahayanya menggantungkan sesuatu kepada selsin Allah. Beliau bersabda,

    مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
    “Barang siapa yang bergantung kepada sesuatu maka dia serahkan           kepadanya” (HR. Tirmidzi, 2072 dihasankan Asy Syaikh Al-Albany)

    Dan perbuatan menggantungkan sesuatu kepada makhluk atau selain Allah, selain hal itu menunjukkan kelemahan dan dan kehinaan juga menunjukkan tidak adanya martabat dia dihadapan manusia. Sungguh wajar jika mereka yang melakukan hal itu termasuk dikatakan sebagai manusia yang paling hina.

    قال ابن القيم ، رحمه الله :
    أعظـم الناس خُذلَاناً :
    من تعـلّق بغير اللّه.

    📚مدارج السالكين ( 458 / 1 ).

    Berkata Imam Ibnul Qayyim رحمه الله,
    Manusia yang paling hina adalah orang yang bergantung dengan selain Allah.

    📚Madarijus Salikin (1/458)

    Wallahu a'lam

    🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

                  ✏📚✒.💦..

    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    LELAH DI DUNIA SENGSARA DI NERAKA

    sunnahposJuni 22, 2021 Tidak ada komentar

     Ketika Ia Lelah Mengejar Dunia - Hidayatullah.com

    Betapa banyak manusia saat hidup di dunia telah berlelah-lelah dalam beribadah, namun pada akhirnya di hari Kiamat mereka tidak mendapatkan pahala dari ibadah itu akibat kekafiran dan kesesatan mereka, lalu mereka dimasukkan ke dalam siksa Neraka.

    Allah 'Azza wa Jalla berfirman : "Bekerja keras lagi kepayahan. (Namun) mereka memasuki api yang sangat panas (Neraka)" (QS. 88 : 3-4)

    Dan termasuk di antara mereka adalah :

    *(1). ORANG YANG TELAH KAFIR*

    "Katakanlah (Muhammad) : "Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya ?" (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sialah amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat" (QS. Al-Kahfi [18]: 103-105)

    *(2). ORANG YANG IBADAHNYA RIYA'*

    Rasulullah ﷺ menjelaskan tentang orang yg mati syahid, yang mempelajari ilmu dan yang mengajarkan ilmu, pembaca al-Qur’an serta orang yang berinfaq yang ternyata niatnya adalah riya,' maka Malaikat diperintah untuk menyeret wajah mereka lalu dilemparkan ke dalam Neraka (HR. Muslim no. 1905, hadits dari Abu Hurairah)

    *(3). ORANG YANG BERBUAT ZHALIM*

    Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

    "Sesungguhnya orang yang telah bangkrut dari umatku adalah orang yg nantinya akan datang pada hari Kiamat dengan membawa pahala ibadah shalat, puasa serta zakat. Dan nanti dia juga datang dengan dosa mencela, menuduh serta memakan harta orang lain, menumpahkan darah serta memukul orang. Maka kebaikan-kebaikan dari amalan shalih tersebut diberikannya kepada orang yang dulu pernah dizhaliminya. Jika kebaikannya telah habis maka dosa orang yang pernah dizhalimi ditimpakan kepadanya hingga ia pun dilemparkan ke Neraka" (HR. Muslim no. 2581, hadits dari Abu Hurairah)

    *(4). ORANG YANG BERBUAT BID'AH*

    Bid’ah adalah setiap keyakinan, perkataan serta perbuatan dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’ala yang tidak ada contoh dan dalil yang mendukung pensyari’atannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum.

    Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

    (A). "Barangsiapa yang mengada-adakan (perkara baru) dalam urusan (agama) kami yang tidak ada darinya (keterangan), maka (amalan) itu tertolak" (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718, hadits dari 'Aisyah)

    (B). "Setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan itu tempatnya di Neraka" (HR. An-Nasaa’i no. 1578, hadits dari Jabir bin Abdillah, lihat Ahkaamul Janaa-iz hal 294)

    Ini adalah hadits ancaman, artinya seseorang itu diancam oleh syariat, bahwa bisa jadi ia masuk Neraka disebabkan oleh bid’ah yang telah dilakukannya.


    ✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar

    https://telegram.me/najmiumar

    Instagram : @najmiumar_official

    Youtube : najmi umar official

    ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

    GABUNG 👇👇

    Grub SAHABAT SUNNAH 01

    https://www.facebook.com/groups/692951754227795/?ref=share


    Grub SAHABAT SUNNAH 02

    https://www.facebook.com/groups/464589137229927/?ref=share


    Grub BELAJAR ILMU SYAR'I BERDASARKAN AL QUR'AN & AS-SUNNAH

    https://www.facebook.com/groups/2327720320834282/?ref=share

    📡

    ○❁◼️❁○•••🍁🪶🍁•••○❁◼️❁○ 


    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    IKUTI SUNNAH

    sunnahposJuni 17, 2021 Tidak ada komentar

     Terima kasih....sudi singgah: Padang pasir

    Bismillah..

    Para imam mazhab tidaklah menganjurkan murid-muridnya dan segenap kaum muslimin untuk taqlid buta kepada mereka. Bahkan mereka berpesan agar umat ini kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang shahih.

    ucapan-ucapan para Imam Mazhab yang empat  berkata dengan satu suara, “Jangan fanatik kepada kami, ikutilah sunnah, tinggalkan ucapan kami bila bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam …”

    Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
    Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

    1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

    2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

    3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

    Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
    Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

    1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

    2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

    3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

    Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
    Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

    1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

    2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
    (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

    3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

    4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

    5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

    6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

    7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

    8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

    9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

    Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)
    Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

    1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

    2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

    3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

    Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah Anda taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?

    Waallahu A'lam 




    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    JIKA SEMUA DIAM, KAPAN ORANG JAHIL BISA MENGETAHUI YANG HAQ DAN YANG BATIL

    sunnahposJuni 17, 2021 Tidak ada komentar

    Ini 10 Padang Pasir dengan Pemandangan Paling Epik di Dunia Padang Pasir  Terbaik di Dunia
    ✍ Mutiara nasehat para Ulama Salaf.

    Allah mengaitkan antara kejayaan umat Islam, bahkan menjadi karakteristik utama Umat ini sebagai Umat terbaik,  dengan tugas amar ma’ruf dan nahi mungkar ini. Allah menyebutkan dalam firman-nya:

    كُنتُمۡ خَیۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَـٰبِ لَكَانَ خَیۡرࣰا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ.
    "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
    [Surat Ali 'Imran 110]

    Berkata yang benar walau itu pahit merupakan prinsip amar Ma'ruf dan nahi Munkar yang harus dipikul dipundak setiap muslim  Kebenaran tetap diterapkan walau ada celaan dan ada yang tidak suka. Inilah prinsip yang diajarkan dalam Islam oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Saat ini tidak sedikit mereka yang membisu untuk menyatakan kebenaran, sehingga fungsi Al Qur’an sebagai Al Furqon (pembeda) mana yang haq dan mana yang bathil (Al Baqarah,2:185) kini sudah sangat kabur karena bisunya orang-orang yang berilmu untuk menyatakan kebenaran.
    Allah berfirman,

    وَلَا تَلۡبِسُوا۟ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ وَتَكۡتُمُوا۟ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ.
    "Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui."
    [Surat Al-Baqarah 42]

    Dan kebenaran itu mutlak milik Allah.
    Allah berfirman,
    "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."[Al-Anam: 116].
    Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata:
    "Kebenaran itu berdasarkan dalil dan bukanlah kebenaran itu berdasarkan apa yang dilakukan manusia." (Majmu al-Fatawa 7/367)

    Jangan berharap akan hilangnya kebatilan jika para pembela kebenaran itu terdiam dan tidak bergerak untuk menyampaikan. Jika kebenaran disampaikan, maka kebatilan pasti akan binasa.

    وَقُلۡ جَاۤءَ ٱلۡحَقُّ وَزَهَقَ ٱلۡبَـٰطِلُۚ إِنَّ ٱلۡبَـٰطِلَ كَانَ زَهُوقࣰا..
    "Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
    [Surat Al-Isra' 81]

    Kebenaran itu akan menang walaupun sedikit pengikutnya. Dan kebatilan itu akan kalah (terhinakan) walaupun banyak pengikutnya." (Syarah al-Kafiyah asy- Syafiyah 1/178, Syaikh Ibnu Utsaimin).

    Kebenaran harus disampaikan, dan harus ada yang berani menyampaikan. Kebatilan juga haruslah dijelaskan, dan harus ada yang berani menhelaskan, karena jika semua diam, maka orang jahil tidak akan pernah tahu antara yang hak dan yang batil.
    Orang yang berdiam diri dari menyampaikan kebenaran (padahal ia mampu menyampaikannya) adalah seperti Syaithon Akhros (Setan yang Bisu).”
    (Majmu’ Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).

    Ada ungkapan yang sangat bagus untuk menjadi renungan, jika semua terdiam dari kebatilan yang merajalela sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ahmad رحمه الله.

    قال أحمد بن حنبل رحمه الله:
    إذا سكتَّ أنتَ، وسكتُّ أنا، فمتى يعرف الجاهلُ الصّحيحَ من السقيم.

    📚العلل لأحمد بن حنبل : ج.١، ص. ٢٢
    (mqaall.com)

    Berkata Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله,
    Bila kamu diam, aku juga diam, maka kapan orang yang jahil akan bisa mengetahui antara yang benar dari yang batil.

    📚Al-'ilal okeh Imam Ahmad bin Hambal: j. 1, h. 22.
    (mqaall.com)

    🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

           ✏📚✒.✨..

    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    ORANG MUKMIN YANG SEBENARNYA

    sunnahposJuni 16, 2021 Tidak ada komentar

    31 Kata-kata Bijak tentang Keberuntungan, Pengingat agar Tetap Berusaha dan  Berjuang - Ragam Bola.com

    ✍ Mutiara nasehat para Ulama Salaf.


    Allah berfirman,

    إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِیَتۡ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِیمَـٰنࣰا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ یَتَوَكَّلُونَ ۝  ٱلَّذِینَ یُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُونَ ۝  أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقࣰّاۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةࣱ وَرِزۡقࣱ كَرِیمࣱ.

    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

    (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

    Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.'

    [Surat Al-Anfal 2 - 4]


    Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,

    Faedah ayat,

    1 ). Tadabbur 'amaly :

    { إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ }

    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka" , As-Suddy mengatakan : "Seperti halnya seorang laki-laki yang dihadapkan oleh maksiat namun ia berdzikir mengingat Allah; lalu ia pun terhindar dari maksiat itu" 2 ). Bukanlah banyaknya jumlah bacaan qur'an yang menjadi tujuan utama, melainkan bagaimana perubahan yang kamu dapati dalam dirimu setelah membaca ayat-ayat suci itu ?. Benrhentilah sejenak kamu untuk kamu renungkan kebaikan apa saja yang telah dihasilkan oleh dirimu, kemudian kamu mengamati ayat ini :

    { إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ }. 3 ).

    Jika seorang hamba mencoba merasakan manisnya iman dan ia menemukan rasa dan manisnya, sesungguhnya akan nampak berbagai kebaikan dari manisnya iman itu pada lisannya dan anggota badannya; lisannya akan merasakan manisnya berdzikir kepada Allah, dan badannya akan semakin cepat dan giat dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Dan hal itu telah dibuktikan dalam firman Allah :

    { إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ }

    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal".

    4 ). Keadaan orang beriman ketika dibacakan kepadanya al-qur'an :

    { وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا }

    "dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka" ; karena mereka menyiapkan pendengaran untuk ayat-ayat yang agung itu, dan mereka juga menghadirkan hati untuk menghayati maknanya, maka tatkala itulah keimanan mereka akan bertambah.

    5 ). Firman-nya,

    { وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا }

    Apakah kita termasuk diantara orang-orang yang ketika mendengarkan ayat suci al-Qur'an kemudian keimanan kita bertambah, atau justru kita termasuk orang yang mendegarkan al-qur'an hanya karena kesenangan dan takjub, maka tatkala ayat-ayat itu dibacakan tidaklah ia sampai ke hati dan terhenti di telinga saja ?.

    (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

    Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya tanpa keraguan. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya di surga dan ampunan serta rezeki nikmat yang mulia di surga

    (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar-tafsirweb)


    Pokok aqidah Ahlussunah dalam masalah iman sebagaimana yang disampaikan oleh para Imam Mazhab yang empat diantaranya yang disampaikan Imam Abu Hanifah sebagai berikut ...


    قال أبو حنيفة رحمه الله: أن أهل السنة على خصلة بأن؛ الإيمان وهو إقرار باللسان وتصديق بالجنان والإقرار وحده لا يكون إيمانا لأنه لو كان إيمانا لكان المنافقون كلهم مؤمنون  والمعرفة وحدها لاتكون إيمانا لأنها لو كانت إيمانا لكان أهل الكتاب كلهم مؤمنين ..

    والمؤمن مؤمن حقا والكافر كافر حقا وليس في الإيمان شك كما أنه ليس في الكفر شك  قال الله تعالى (أولئك هم المؤمنون حقا ) وقال الله تعالى (أولئك هم الكافرون حقا) والعاصون من أمة محمد صلى الله عليه وسلم كلهم مؤمنون حقا وليسوا بكافرين , وتقدير الخير والشر من الله تعالى لأنه لو زعم احد أن تقدير الخير والشر من غيره لصار كافرا بالله تعالى وبطل توحيده ..


    📚شرح العقيدة الطحاوية، لأبي جعفر الطحاوي


    Berkata Imam Abu Hanifah رحمه الله, Bahwa Ahlussunah memiliki pemahaman bahwa,

    Iman itu adalah pengakuan dengan lisan, pembenaran dengan hati.¹

    Pengakuan saja tidak cukup menjadikan seseorang telah beriman karena seandainya iman itu hanya (dengan pengakuan) niscaya orang-orang munafik semuanya juga beriman

    Dan memahami saja (makna iman) tidak juga menjadikan seseorang telah beriman karena seandainya iman itu cukup dengan memahami saja niscaya ahli kitab (Yahudi atau Nasrani) semuanya telah beriman.

    Dan yang benar, mukmin ialah yang beriman dengan sebenarnya demikian juga orang yang kafir dengan kekafiran yang sebenarnya. Tidak ada dalam keimanan keraguan, tidak ada pula dalam kekafiran keraguan.

    Sebagaimana Allah berfirman (أولئك هم المؤمنون حقا ), Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Dan firmannya (أولئك هم الكافرون حقا), Itulah orang-orang yang kafir dengan sebenar-benarnya.

    Dan ketetapan kebaikan dan kejelekan itu dari Allah. Karena seandainya ada yang menganggap bahwa ketetapan kebaikan dan kejelekan itu dari selain Allah niscaya dia telah kafir kepada Allah dan telah batal-lah ketauhidan nya...


    📚 Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyah, Imam Abu Ja'far Ath-Thohawy


    1. Ta'liq Syaikh Ibnu Baz رحمه الله (Menurut aqidah Ahlus Sunnah yang benar, ada tambahan dan dibuktikan dengan amalan badannya, catatan tambahan, binbaz.org.sa)


    Wallahu a'lam.


    🍃 Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc


           ✏📚✒.🌹.. 


    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    ANTARA LEBAH DAN LALAT

    sunnahposJuni 16, 2021 Tidak ada komentar

     Antara Lebah dan Lalat

    Lebah dan lalat sama-sama spesies serangga. Namun ternyata lebah memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki lalat. Apakah berbagai keistimewaan itu? Bagaimana lebah bisa memilikinya? Sebaliknya mengapa lalat tidak memilikinya?

    Karakter Lebah dan Lalat..

    Lebah mempunyai karakter pribadi yang baik. Selain itu kehidupan sosialnya juga baik.
    Sebaliknya, karakter pribadi lalat buruk. Kehidupan sosialnya juga buruk.
    Walaupun sama-sama serangga, namun mengapa pribadi dan sosial keduanya berbeda?
    Sebab lebah mendapat wahyu dari Allah dan mengamalkannya. Sedangkan lalat tidak demikian.

    Allah Ta’ala berfirman:

    وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ . ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

    _Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan. Lalu tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah dimudahkan (bagimu)”._

    _Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang berwarna-warni. Di dalamnya ada obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada hal itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir._

    (QS. An-Nahl : 68-69)

    *Dibalik Pribadi Lebah dan Lalat..*

    Secara pribadi, lebah memiliki karakter baik. Sebab dia hanya makan yang baik-baik dan menghasilkan yang baik-baik pula. Secara sosial pun, lebah hidup bermasyarakat dengan sangat baik. Memiliki pemimpin yang dipatuhi. Saling bekerjasama antara lebah pekerja dengan lebah penjaga. Semua bekerja dalam sistem yang sangat rapi.

    Bandingkan dengan kepribadian lalat. Dia gemar mengganggu dan mencuri makanan. Allah Ta’ala menceritakan:

    وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ

    _“Jika lalat merampas sesuatu dari mereka (manusia), mereka tidak akan dapat merebutnya kembali”._

    (QS. Al-Hajj : 73)

    Ditambah lagi yang dipindahkan oleh lalat pun adalah virus penyakit yang merugikan. Inilah karakter pribadi lalat.

    Secara sosial, lalat tidak hidup bermasyarakat. Justru hidup sendiri-sendiri dan tidak teratur.

    *Hikmah dari Karakter Lebah dan Lalat..*

    Nah, silakan memilih, akan mengikuti wahyu Allah atau mengabaikannya?
    Siapapun yang mengikuti wahyu-Nya, maka pribadi dan sosialnya akan baik. Contohnya lebah.
    Sebaliknya, siapapun yang meninggalkan wahyu Allah, maka pribadi dan sosialnya akan buruk. Seperti lalat.

    Jangan heran, bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    “وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ، إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ، أَكَلَتْ طَيِّبًا، وَوَضَعَتْ طَيِّبًا، وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

    _“Demi Allah, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu seperti lebah. Yang dia makan adalah yang baik-baik. Yang dia keluarkan juga yang baik-baik. Bila hinggap di sesuatu, maka ia tidak mematahkan atau merusaknya”._

    (HR. Ahmad dan dinilai sahih oleh al-Hakim)

    *****

    ✍ Penulis:
    Ustadz Abdullah Zaen, Lc,MA.

    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    JANGAN SAMPAI SUSAH PAYAH BERAMAL TETAPI SIA SIA

    sunnahposJuni 16, 2021 Tidak ada komentar

     Ikhlas adalah Niat hanya pada Allah dalam Beramal, Begini Cara Meraihnya |  merdeka.com

    Wahai saudaraku janganlah melelahkan dirimu dahulu dengan banyak melakukan amal perbuatan, karena banyak sekali orang yang melakukan perbuatan, sedangkan amal tersebut sama sekali tidak memberikan apa-apa kecuali kelelahan di dunia dan dan siksa di akhirat. Oleh karena itu sebelum melangkah untuk melakukan amal perbuatan, kita harus mengetahui syarat diterimanya amal tersebut, dengan harapan amal kita bisa diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Di dalam masalah ini ada tiga syarat penting lagi agung yang perlu diketahui oleh setiap hamba yang beramal, jika tidak demikian, maka amal terebut tidak akan diterima.

    Pertama, Iman Kepada Allah dengan Men-tauhid-Nya

    إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّـلِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّـتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً

    “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.”(QS. Al- Kahfi:107)

    Tempat masuknya orang-orang kafir adalah neraka jahannam, sedangkan surga firdaus bagi mereka orang-orang yang mukmin, namun ada 2 syarat seseorang bisa memasuki surga firdaus tersebut yaitu:

    1. Iman

    Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh kitabullah dan sunnah rasul-Nya

    Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman:

    “Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk.” (HR Muslim)

    2. Amal Shalih

    Yaitu mencakup ikhlas karena Allah dan sesuai dengan yang diperintahkan dalam syariat Allah.

    …إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

    “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamya yang bersih (dari syirik).” (Az-Zumar: 2-3)

    الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ

    “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (All-Mulk : 2)

    Al-Fudhail berkata: “Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar.” (Tafsir al-Baghawi, 8:176)

    Kedua, Ikhlas karena Allah

    Mungkin kita sudah bosan mendengar kata ini, seringkali kita dengar di ceramah-ceramah, namun kita tidak mengetahui makna dari ikhlas tersebut. Ikhlas adalah membersihkan segala kotoran dan sesembahan-sesembahan selain Allah dalam beribadah kepada-Nya. Yaitu beramal karena Allah tanpa berbuat riya’ dan juga tidak sum’ah.

    Orang-orang bertanya: “Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan paling benar itu?”.

    Dia menjawab, “Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut As-Sunnah.” Kemudian ia membaca ayat:

    فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

    “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Al-Kahfi :110)

    Allah juga berfirman:

    وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

    “Artinya : Dan sipakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?” (An-Nisa’ :125)

    Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah beliau.

    Allah juga berfirman.

    وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

    ” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (Al-Furqan : 23)

    Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau amal yang dimaksudkan untuk selain Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajat dan ketinggian karenanya.”

    Ketiga, Sesuai dengan Ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

    Dasar dari setiap amal adalah ikhlas dalam beramal dan jujur dalam batinnya sehingga tidak terbesit di dalam pikirannya hal-hal yang merusak amal tersebut, karena segala saesuatu hal yang kita kerjakan harus dilandasi perkara ikhlas ini. Namun, apakah hanya dengan ikhlas saja, amal kita sudah diterima oleh Allah?

    Adapun pilar yang ketiga ini yaitu harus sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salla. Mayoritas di kalangan masyarakat kita, sanak saudara kita, bahkan orang tua kita melakukan amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan parahnya lagi bisa terjerumus dalam keyirikan. Adapun hadits yang termahsyur yang menjelaskan hal ini:

    Dari Ummul Mu’minin, Ummu Abdillah, Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

    مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

    “Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan:

    مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

    “Siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.”

    Setiap perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil yang syar’i yaitu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunnah maka tertolaklah amalannya. Oleh karena itu amalan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam merupakan amalan yang sangat buruk dan merupakan salah satu dosa besar.

    Wahai saudariku, agama Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-ada suatu amal tanpa dalil) dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada. Dan Agama islam merupakan agama yang sempurna tidak ada kurangnya. Oleh karena itu, jangan ditambah-ditambahi ataupun dikurang-kurangi.

    Itulah sekelumit tentang 3 syarat diterimanya suatu amalan. Apabila salah satunya tidak dilaksanakan, maka amalannya tertolak. Walaupun hati kita sudah ikhlas dalam mengerjakan suatu amalan, namun tidak ada dalil yang menjelaskan amalan tersebut atau tidak dicontohkan oleh Rasulullah maka amalannya menjadi tertolak. Begitupula sebaliknya, apabila kita sudah bersesuaian dengan tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam, namun hati kita tidak ikhlas karena Allah ta’ala malah ditujukan kepada selain-Nya maka amalannya pun juga tertolak.

    Wallahu a’lam

    ***

    Share:
  • WhatsApp
  • Read More

    RENUNGAN SURAT AL KAHFI 82

    sunnahposJuni 14, 2021 Tidak ada komentar

     Kumpulan Bacaan Sujud saat Sholat yang Dapat Diamalkan | kumparan.com

     DEMI ANAKMU

    Ketika rasa malas untuk melakukan ibadah menghampiri atau terbetik keinginan utk bermaksiat, ingatlah anak-anakmu.
    Coba renungkan Firman Allah ta’ala :
    وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
    Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).

    Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud, ketika beliau sholat malam, sementara putra beliau yang masih kecil terlelap tidur, serambi memandangi putranya beliau berkata,
    من أجلك يا بني…
    “Demi dirimu wahai anak ku..”

    Lalu beliau sambil menangis membaca firman Allah ta’ala :
    وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
    Dahulu ibu bapaknya adalah orang-orang shalih… (QS. Al Kahfi : 82).

    Benar sekali, sesungguhnya ketakwaan orangtua sangat berpengaruh pada kesholihan anak-anaknya.
    Apabila orang tuanya sholih, hubungannya dengan Allah kuat, maka Allah akan menjaga anak-anaknya bahkan sampai cucu-cucunya. Seperti dalam kisah dalam surat al Kahfi, Allah menjaga simpanan harta kedua anak yatim itu dikarenakan kesalehan kakek mereka yang ketujuh….!

    ====
    Allah ‘Azza wajalla mengingatkan ,

    وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
    Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An Nisa : 9).

    Pengaruh Keshalihan Orang Tua Pada Anak-Cucu

    Selama ini kita percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat akan diturunkan kepada anak dan cucu. Karena ada pepatah

    Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya

    Sehingga manusia selektif memilih pasangannya agar menghasilkan keturunan anak-cucu yang berkualitas baik fisik dan sifatnya.
    Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa keshalihan juga bisa diturunkan.
    Artinya karena keshalihan bapak-ibu atau kakek-nenek, Allah menjaga anak keturunan mereka dan menjadikan anak dan cucu mereka kelak juga menjadi orang yang shalih.

    Bisa kita lihat gambaran contohnya dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,

    وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
    “Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya” (QS. Al Kahfi: 82)

    Al-Qurthubi rahimahullahu menafsirkan,
    ففيه ما يدل على أن الله تعالى يحفظ الصالح في نفسه وفي ولده وإن بعدوا عنه. وقد روي أن الله تعالى يحفظ الصالح في سبعة من ذريته

    “Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala menjaga keshalihan seseorang dan menjaga keshalihan anak keturunannya meskipun jauh darinya [beberapa generasi setelahnya –pent]. Diriwayatkan [dalam kisah pada ayat] bahwa Allah menjaga keshalihan pada generasi ketujuh dari keturunannya.”1

    Bahkan ada beberapa ulama yang menjelaskan bahwa tidak mesti keshalihan orang tua atau kakek-nenek. Akan tetapi keshalihan kakek buyutnya beberapa generasi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

    وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
    “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” [Ath Thuur: 21]

    Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy menafsirkan,
    ذريتهم الذين اتبعوهم بإيمان أي: الذين لحقوهم بالإيمان الصادر من آبائهم، فصارت الذرية تبعا لهم بالإيمان، ومن باب أولى إذا تبعتهم ذريتهم بإيمانهم الصادر منهم أنفسهم، فهؤلاء المذكورون، يلحقهم الله بمنازل آبائهم في الجنة وإن لم يبلغوها، جزاء لآبائهم، وزيادة في ثوابهم، ومع ذلك، لا ينقص الله الآباء من أعمالهم شيئا
    “keturunan yang mengikuti mereka dalam keimanan maksudnya adalah mereka mengikuti keimanan yang muncul dari orang tua/kakek-buyut mereka.
    maka keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan.
    Maka lebih utama lagi jika keimanan muncul dari diri anak-keturunan itu sendiri.
    Mereka yang disebut ini, maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya [kedudukan anak lebih rendah dari orang tua –pent], sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun.”2

    Karenanya perhatikan dan pilihlah pasangan yang shalih, ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

    Demikian semoga bermanfaat. 


    Share:
  • WhatsApp
  • Read More
    ← Postingan Lebih Baru Postingan Lama → Beranda

    Printfriendly

    Situs Islam

    • Live Streaming Rodja TV
    • Radio online
    • Tafsir Online
    • Tafsir Ibnu Katsir
    • almanhaj
    • Kajian Net
    • Muslim
    • Islam Download
    • Radiorodja
    • Radiosunnah
    • Rumaysho

    Recent Posts

    Arsip Blog

    • Juli 2025 (3)
    • Juni 2025 (4)
    • Mei 2025 (3)
    • Maret 2025 (5)
    • Februari 2025 (6)
    • Januari 2025 (2)
    • September 2024 (1)
    • Agustus 2024 (6)
    • Juli 2024 (1)
    • Mei 2024 (6)
    • Januari 2024 (2)
    • Desember 2023 (3)
    • November 2023 (5)
    • Oktober 2023 (2)
    • September 2023 (3)
    • Agustus 2023 (8)
    • Juli 2023 (10)
    • Februari 2023 (3)
    • Januari 2023 (1)
    • Desember 2022 (5)
    • Oktober 2022 (3)
    • Juni 2022 (8)
    • April 2022 (4)
    • Maret 2022 (13)
    • Februari 2022 (10)
    • Januari 2022 (3)
    • Oktober 2021 (12)
    • September 2021 (11)
    • Agustus 2021 (1)
    • Juli 2021 (3)
    • Juni 2021 (33)
    • Mei 2021 (3)
    • April 2021 (2)
    • Februari 2021 (29)
    • Januari 2021 (2)
    • Desember 2020 (4)
    • Agustus 2020 (14)
    • April 2020 (6)
    • Maret 2020 (40)
    • November 2019 (2)
    • Oktober 2019 (9)
    • Agustus 2019 (1)
    • Mei 2019 (1)
    • April 2019 (3)
    • Maret 2019 (2)
    • Februari 2019 (6)
    • Januari 2019 (15)
    • Desember 2018 (9)
    • November 2018 (4)
    • Oktober 2018 (16)
    • September 2018 (37)
    • Agustus 2018 (12)
    • Juli 2018 (65)
    • Juni 2018 (7)
    • Mei 2018 (55)
    • April 2018 (116)
    • Maret 2018 (112)
    • Februari 2018 (27)

    Printfriendly

    Social Profiles

    TwitterFacebookGoogle PlusInstagramRSS FeedEmail

    CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

    Murottal Al-Qur'an

    Listen to Quran

    Jadwal Sholat

    jadwal-sholat

    Translate

    • Popular
    • Tags
    • Blog Archives

    INSAN TV

    POPULAR

    • JIKA TAHU PAHALA SHALAT BERJAMAAH DI MASJID, PASTI MENDATANGINYA WALAUPUN MERANGKAK
      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat memperhatikan dan menjaga shalat secara berjamaah di masjid, walaupun beliau sakit tetap belia...
    • Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al Kautsar
      Telaga dan sungai Al-Kautsar begitu nikmatnya, itulah salah satu kenikmatan di akhirat. Bagaimana kita selaku seorang muslim bisa menikmat...
    • Buku Referensi Belajar Islam dari Dasar
      Di antara kiat mendalami agama adalah belajar ilmu secara bertahap. Dalam postingan kali ini, Rumaysho.Com akan menyebutkan beberapa buku ...

    Arsip Blog

    • ►  2025 (23)
      • ►  Juli (3)
      • ►  Juni (4)
      • ►  Mei (3)
      • ►  Maret (5)
      • ►  Februari (6)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2024 (16)
      • ►  September (1)
      • ►  Agustus (6)
      • ►  Juli (1)
      • ►  Mei (6)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2023 (35)
      • ►  Desember (3)
      • ►  November (5)
      • ►  Oktober (2)
      • ►  September (3)
      • ►  Agustus (8)
      • ►  Juli (10)
      • ►  Februari (3)
      • ►  Januari (1)
    • ►  2022 (46)
      • ►  Desember (5)
      • ►  Oktober (3)
      • ►  Juni (8)
      • ►  April (4)
      • ►  Maret (13)
      • ►  Februari (10)
      • ►  Januari (3)
    • ▼  2021 (96)
      • ►  Oktober (12)
      • ►  September (11)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Juli (3)
      • ▼  Juni (33)
        • DZIKIR SETELAH SHOLAT WAJIB SESUAI SUNNAH
        • PENGIKUT SUNNAH SELALU SEDIKIT
        • MANUSIA PALING HINA
        • LELAH DI DUNIA SENGSARA DI NERAKA
        • IKUTI SUNNAH
        • JIKA SEMUA DIAM, KAPAN ORANG JAHIL BISA MENGETAHUI...
        • ORANG MUKMIN YANG SEBENARNYA
        • ANTARA LEBAH DAN LALAT
        • JANGAN SAMPAI SUSAH PAYAH BERAMAL TETAPI SIA SIA
        • RENUNGAN SURAT AL KAHFI 82
        • TIDAK SEMUA KEJADIAN VIRAL HARUS DIKOMENTARI
        • MANUSIA PALING BAIK
        • DZIKIR PALING UTAMA YANG TIDAK DIPAHAMI KEBANYAKAN...
        • LELAH DI DUNIA SENGSARA DI NERAKA
        • MULIANYA PARA PEMBELA KEBENARAN DAN PENEGAK KEADILAN
        • JANGAN MEMBENCI AHLI ILMU
        • MANUSIA YANG PALING BAIK
        • Mengapa sahabat Nabi رضوان الله عليهم جميعا lebih ...
        • MANISNYA KEHIDUPAN DENGAN DZIKIR
        • BINASANYA ORANG YANG MENYELISIHI SUNNAH
        • PARA PENGIKUT SUNNAH
        • IBADAH ITU TIDAK SEMPIT
        • ALING MENASEHATI ADALAH NIKMAT ALLAH UNTUK PARA HA...
        • SELALU MINTA KETEGUHAN IMAN KEPADA ALLAH
        • SALAH FAHAM DALAM BATASAN IBADAH
        • ⚠️ MENITI AS-SHIRAT AL-MUSTAQIM*
        • MENGENAL KALIMAT JAZAAKALLAHU KHAIRAN
        • JIKA BERAGAMA MENGIKUTI KEBANYAKAN ORANG
        • 📌 HATI-HATI DALAM MENULIS STATUS !
        • KEUTAMAAN ILMU SYAR’I DAN MEMPELAJARINYA
        • 🌿⛅🍃 *TIGA JALAN MEMPERBAIKI DIRI*
        • 🌸PANDAILAH MENGATUR WAKTUMU🌸
        • KENAPA TERJADI PERBEDAAN❓ ​
      • ►  Mei (3)
      • ►  April (2)
      • ►  Februari (29)
      • ►  Januari (2)
    • ►  2020 (64)
      • ►  Desember (4)
      • ►  Agustus (14)
      • ►  April (6)
      • ►  Maret (40)
    • ►  2019 (39)
      • ►  November (2)
      • ►  Oktober (9)
      • ►  Agustus (1)
      • ►  Mei (1)
      • ►  April (3)
      • ►  Maret (2)
      • ►  Februari (6)
      • ►  Januari (15)
    • ►  2018 (460)
      • ►  Desember (9)
      • ►  November (4)
      • ►  Oktober (16)
      • ►  September (37)
      • ►  Agustus (12)
      • ►  Juli (65)
      • ►  Juni (7)
      • ►  Mei (55)
      • ►  April (116)
      • ►  Maret (112)
      • ►  Februari (27)

    Cari

    • Follower

    • Contact Us

      Nama

      Email *

      Pesan *

    • Berlangganan

      Sign Up for Email Updates

      • Facebook
      • Twitter
      • Google+
      • Pinterest
      • RSS
      Follow @[Twitter Username]
    • ORDER VIA WHATSAPP
    Copyright © Sunnahpos | Powered by Blogger
    Design by FlexiThemes | Blogger Theme by PBT | Distributed By Blogger Templates20 | Disposal Bins Brampton | Disposal Bins Mississauga