✍ Allah berfirman,
وَٱصۡبِرۡ
نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِینَ یَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِیِّ
یُرِیدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَیۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِیدُ زِینَةَ
ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن
ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطࣰا.
"Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia
ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas."
[Surat Al-Kahfi 28]
Dalam ayat
ini Allah menyuruh hambanya dan Rasul-Nya sebagai uswah bagi ummatnya
untuk selalu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di awal hari dan
di penghujungnya dengan doa ibadah dan doa mas`alah (permohonan) secara
ikhlas hanya mengharapkan keridaan-Nya. Agar jangan kedua matanya
berpaling dari mereka karena ingin duduk bersama orang-orang kaya dan
memiliki kedudukan, dan agar jangan pula dia mengikuti orang yang Allah
lalaikan hatinya dari mengingat-Nya, yaitu yang memerintahkan mereka
untuk mengusir orang-orang miskin dari majelisnya, dan hanya
mengedepankan hawa nafsunya daripada ketaatan terhadap Rabbnya, dan
sungguh amalannya hanyalah kesia-siaan.
Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Faedah dari ayat ini :
1
). Senantiasa bersahabat dengan orang-orang beriman, dan selalu terjaga
dalam kasih sayang mereka, serta berusaha agar tidak menjauh dari
mereka, adalah kebiasaan baik yang sangat membutuhkan kesabaran yang
tinggi
{ وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ }
"Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya
di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya".
2 ). Firman-nya,
{ وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم }
Sudahkah
kita mentadabburi kepada siapa ayat ini ditujukan? dan bagaimana jika
orang-orang yang diminta kepada kita untuk bersahabat dengan mereka
adalah mereka yang lebih rendah kedudukannya! bahkan kita selalu
dituntut agar menjauhi orang-orang tersebut agar menjaga citra dan
kelangsungan kekayaan kita! sungguh ini adalah pelajaran yang sangat
berharga bagaimana pentingnya bersahabat dengan orang-orang shalih, dan
terus bersabar bersama mereka, dan bahwasanya dakwah hanya bisa
ditegakkan oleh orang-orang yang dikuatkan pondasi mereka oleh tuhannya,
sekalipun derajat mereka dalam kehidupan dunia sangat rendah!
3 ).
Kelalaian adalah kebalikan dari ilmu, bahkan ilmu senantiasa
menutupinya, dan sesungguhnya Allah telah mencela orang-orang yang
senang kepada kelalaian, dan melarang menjadi bagian dari mereka, dan
taat kepada mereka, serta menerima pendapat dari mereka, Allah berfirman
:
{ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَٰفِلِينَ }
"dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" [ al-A'raf : 205 ], dan Allah berfirman :
{ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا }
"dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami".
4 ). Firman-nya,
{ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ }
"dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya" Allah bahkan tidak
mengatakan orang yang kami diamkan lisannya, tetapi Allah mengatakan : "
orang yang hatinya telah Kami lalaikan" hal ini tidak diragukan lagi
bahwa hati yang lalai dapat mengurangi kebaikan, dan dapat mengurangi
pengaruh-pengaruh dzikir itu sendiri, seperti : kebajikan hati, dan
kecenderungan hati kepada Allah, dan ketundukan hati kepada-Nya.
5 ).
Tidak ada gunanya berteman dengan orang fasik yang terus menetap di
atas kefasikannya, karena orang yang takut kepada Allah tidak akan
bertahan di atas dosa-dosa besar, dan orang yang tidak takut kepada
Allah tidak dapat dipercaya karena kerusakannya, tidak menjamin kebaikan
persabahabatan dengannya, Allah telah berfirman :
{ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ }.
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar)
Allah menyebut dzikir dalam Al-Qur'an beberapa kali dalam berbagai surah. Di antaranya, firman-nya,
فَإِذَا قَضَیۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِیَـٰمࣰا وَقُعُودࣰا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ
"Maka
apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk, di waktu berbaring..." (An-Nisa: 103)
Firman-nya,
ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَتَطۡمَىِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَىِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ.
"Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram."(Ar-Ra'ad: 28)
Ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan dzikir disisi Allah
Al-Imam
Ibnul Qoyyim رحمه الله menerangkan tentang eratnya kaitan keselamatan
kehidupan seseorang dengan dzikir, sehingga tidak mungkin mereka
terlepas darinya.
الذكر للقلب مثل الماء للسمك، فكيف حال السمك إذا فارق الماء (الوابل الصيب) 96
Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, maka bagaimanakah kondisi ikan jika ia tidak di dalam air?
(Al-Wabilus shyyib, 96)
Wallahu a'lam.
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar