✍ Mutiara nasehat para Ulama.
Hanya Allah yang mampu meninggikan dan merendahkan derajat manusia secara mutlak.
قُلِ
ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِی ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَاۤءُ وَتَنزِعُ
ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَاۤءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاۤءُۖ
بِیَدِكَ ٱلۡخَیۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ.
"Katakanlah:
"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
[Surat Ali 'Imran 26]
Secara
tegas Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa Milik Dia sendirilah
kerajaan dan kekuasaan yang mutlak itu, dan Dia saja yang akan
memberikan kerajaan, harta dan kekuasaan di bumi bagi orang-orang yang
Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan hanya Dia sendiri pulalah yang
mampu mengambil kerajaan dari orang-orang yang dikehendakinya, demikian
pula memberikan kemuliaan di dunia dan di akhirat bagi siapa saja yang
dikehendaki, dan juga menjadikan kehinaan kepada orang yang dikehendaki,
di tangannyalah segala kebaikan, Sesungguhnya Allah-lah satu-satunya
Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di رحمه الله,
Di
dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan
mencabut kekuasaan para kisra dan kaisar serta kekuasaan orang-orang
yang mengikuti jejak mereka, dan akan memberikan kekuasaan itu kepada
umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hal itu telah terjadi
falillahil hamd. Oleh karena itu, memperoleh kekuasaan atau tercabutnya
kekuasaan mengikuti kehendak Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Namun yang
demikian, tidaklah menafikan sunnatullah, berupa sebab-sebab kauniyyah
(di alam semesta) dan diniyyah (agama) yang menjadi sebab tetapnya
kerajaan, memperolehnya kerajaan atau sebab hilangnya kerajaan. Semua
itu terjadi dengan kehendak Allah, sebab tidaklah mewujudkan apa-apa
secara sendiri, bahkan semua sebab mengikuti qadha' dan qadar Allah. Di
antara sebab yang dijadikan Allah sebagai sebab memperoleh kekuasaan
adalah iman dan amal shalih, bersatunya kaum muslimin, mereka memiliki
persiapan yang mereka sanggupi, sabar dan tidak bertengkar (lihat surat
An Nur: 55, Al Anfal: 45-46 dan 62-63). Oleh karena itu, sebab utama
runtuhnya negara Islam adalah meninggalkan agamanya dan berpecah belah.
(Taisir Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di-tafsirweb)
Allah
memerintahkan hambanya yang beriman untuk bergantung dan meminta tolong
hanya kepada-Nya sebagaimana yang dia baca setiap kali sholat dalam
Al-fatihah,
إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ.
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."
[Surat Al-Fatihah 5]
Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengingatkan bahayanya menggantungkan sesuatu kepada selsin Allah. Beliau bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barang
siapa yang bergantung kepada sesuatu maka dia serahkan
kepadanya” (HR. Tirmidzi, 2072 dihasankan Asy Syaikh Al-Albany)
Dan
perbuatan menggantungkan sesuatu kepada makhluk atau selain Allah,
selain hal itu menunjukkan kelemahan dan dan kehinaan juga menunjukkan
tidak adanya martabat dia dihadapan manusia. Sungguh wajar jika mereka
yang melakukan hal itu termasuk dikatakan sebagai manusia yang paling
hina.
قال ابن القيم ، رحمه الله :
أعظـم الناس خُذلَاناً :
من تعـلّق بغير اللّه.
مدارج السالكين ( 458 / 1 ).
Berkata Imam Ibnul Qayyim رحمه الله,
Manusia yang paling hina adalah orang yang bergantung dengan selain Allah.
Madarijus Salikin (1/458)
Wallahu a'lam
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar