✍Allah menjadikan
jalan yang benar dan jalan yang lurus adalah jalan yang dibawa oleh
Rasul-Nya. Dan itulah jalan yang selamat, sedangkan jalan-jalan yang
lain adalah jalan kesesatan yang mengantarkan kepada kerusakan dan
kehancuran sehingga pelakunya akan binasa mendapatkan siksaan dari
Allah. Allah befirman,
وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَ ٰطِی مُسۡتَقِیمࣰا
فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن
سَبِیلِهِۦۚ ذَ ٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ.
“Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa.”(Al-An’am:153)
Berkata Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
Faedah dari ayat,
1
). Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu pernah ditanya, “Apa itu as-shirât
al-mustaqîm?” Beliau radhiyallahu anhu menjawab, “Yaitu jalan yang kami
ditinggalkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dipangkalnya dan
jalan tersebut berujung di surga, disamping kiri dan kanan jalan
tersebut terdapat banyak jalan-jalan kecil.
Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah menjelaskan jalan ini kepada para Shahabatnya dengan
menggambarkan garis satu garis lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambar dua buah garis dari arah sebelah kanan (garis yang pertama)
dan menggambara dua garis lainnya dari arah sebelah kiri (garis yang
pertama)
Kemudian setelah itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam meletakkan tangan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas
garis hitam yang pertama dan mengatakan, “Ini adalah jalan Allâh Azza wa
Jalla .” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat
berikut:
{ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ }
"Dan
bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah Dia! Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya". [ Al-An’am
: 153 ]
2 ). Sesunguhnya kita semua adalah pekerja keras untuk
menghadap kepada Allah, tiada pilihan lain bagi manusia selamanya!
adapun wasiat Allah yang menjelaskan tentang shirat al-mustaqim dalam
ayat ini adalah sebagai petunjuk bagi semesta alam, agar kerja keras
yang mereka lakukan berjalan dalam rangka menggapai ridho Allah, dan
bukan menuju aazab-Nya yang amat sangat pedih.
3 ). Sungguh
menakjubkan penjelasan al-qur'an dan mukjizat maknanya, al-qur'an
menyuruh kita untuk bertadabbur dengan menggunakan indra dan perasaan
yang zhahir maupun bathin sebelum menyuruh kita untuk berittiba', agar
perasaan kita menjadi tenang dan kita memahami bahwa apa yang
diperintahkan kepada kita adalah suatu hal yang baik dan penuh dengan
rahmat.
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar-tafsirweb)
Allah mengancam hambanya yang menyimpang dari Sunnah dengan ancaman yang keras,
فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.”(An-Nur: 63)
Berkata Al-Imam Ath-Thobari رحمه الله,
”Allah
akan menimpakan azab bagi mereka yang menyimpang dari perintah atau
sunnah Rasulullah dengan fitnah atau azab. Adapun fitnah bagi mereka
yang terjerumus kedalam penyimpangan sunnah Rasulullah itu berupa
kesyirikan atau kefasikan. Sedangakan Azab bagi mereka yang menyimpang
dari perintah atau sunnah Rasulullah disegerakan didunia dengan
tiba-tiba juga azab yang pedih di akherat.”(Jami' al-Bayan fi Ta'wil
al-Qur'an, Imam Ath-Thobary)
Dan diantara perintah Allah kepada
hambanya yang beriman, bahwa islam adalah jalan Allah yang lurus, maka
hendaklah mereka menempuh jalan itu, janganlah mereka menempuh
jalan-jalan kesesatan yang akan mencerai-beraikan mereka dan
menjauhkannya dari jalan Allah yang lurus. Berjalan mengarah ke jalan
yang lurus itulah yang diperintahkan Allah kepada hambanya yang beriman,
supaya mereka dapat melindungi diri dari siksaan-Nya dengan
melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله mengatakan, ”Intisari agama ini terdapat
pada dua prinsip yaitu, kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan
kita tidak beribadah kepada-Nya kecuali dengan apa yang Allah
syariatkan.”
Allah Ta’ala berfirman:
فمن كانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa
berharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Rabbnya.”(Al-Kahfi:110)
Ibnu Katsir رحمه الله berkata
dalam tafsirnya,”Inilah dua rukun amal yang diterima. Amal tersebut
harus dilaksanakan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syariat
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.”(Tafsir Al-Qur'an Al-Adhim,
Imam Ibnu Katsir)
Barangsiapa yang merenungkan keadaan alam
semesta dan berbagai keburukan yang terjadi padanya, niscaya dia akan
menyimpulkan bahwa segala keburukan di alam semesta ini sebabnya adalah
menyelisihi Rasul dan keluar dari ketaatan kepadanya. Demikian pula
segala kebaikan yang ada di dunia ini sebabnya adalah ketaatan kepada
rasul.” (Adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir,Imam Ibnul Qayyim).
Binasanya
para penentang Rasul itu sudah menjadi sunnatullah di alam ini,
semenjak adanya penyimpangan manusia dari syariat Allah sampai hari
kiamat. Demikian pula yang akan terjadi di ummat ini, manakala mereka
menyimpang dari Sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم mereka pasti hina dan
binasa. Kehinaan dan kebinasaan hanya akan berakhir tatkala mereka
kembali kepada Sunnah itu, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم،
إذا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ
بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ
لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ.
“Jika kamu
berjual-beli ‘inah (semacam riba), kamu memegangi ekor-ekor sapi, kamu
puas dengan tanaman, dan kamu meninggalkan jihad, (maka) Allah pasti
akan menimpakan kehinaan kepada kamu, Dia tidak akan menghilangkan
kehinaan itu, sehingga kamu kembali menuju agama kamu”. (HR Abu Dawud,
3462 dishahihkan Al-Albany)
Wallahu a’alam
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar