"Apakah mengira manusia bahwa mereka akan dibiarkan berkata, "Kami telah beriman", padahal mereka masih belum diuji lagi?" (al-'Ankabuut: 2).
Kadang-kadang adat istiadat jahiliyyah yang masih dipegang teguh.
Si Mukmin tahu benar bahwa adat istiadat itu bukan berasal dari Islam.
Ujian pun datang!
Kalau ditegur, orang pun marah.
Tidak ditegur, Allah yang marah!
(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 6 Hal. 652, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).
Golongan adat ini tidak semata-mata zaman sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi rasul, tetapi segala penyelewengan dari garis agama yang benar lalu dikatakan bahwa itu pun agama, termasuklah dalam jahiliyyah.
(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 56, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).
Berkata Ibnu Arthiyah,
"Jalan yang bersimpang-siur banyak itu termasuk Yahudi, Nasrani, Majusi, dan sekalian agama-agama buatan manusia dan tukang-tukang bid'ah dan penyesat dan ahli-ahli hawa nafsu yang suka membuat-buat perkara ganjil dalam furu' dan yang lain-lain yang suka memperdalam berdebat dan menggali-gali ilmu kalam. Semuanya bisa membawa tergelincir dan membawa iktikad yang sesat."
(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 3 Hal. 340-341, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).
"Padahal cukuplah Jahannam jadi pembakar." (ujung ayat 55).
Jalan yang benar hanya satu.
Jalan yang salah bersimpang siur.
Di ujung ayat yang lampau telah dikatakan Allah, barangsiapa yang membelok daripada jalan yang lurus, Jahannam atau neraka, itulah akan tempatnya.
Tidak lain.
(Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar, Jilid 2 Hal. 328, Penerbit Gema Insani, Cet.1, 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar