}

JANGAN SEPERTI KATAK DI DASAR SUMUR

Hasil gambar untuk ilmu agamaKehidupan beragama di kampung itu tidak majemuk, turun-temurun, generasi ke  generasi, tidak ada perubahan dan perbedaan yang signifikan.
Kiyai di kampung mengajarkan hanya satu pemahaman. Kemungkinan untuk memudahkan orang beramal, tanpa pusing dengan banyaknya perbedaan.
Namun dampak buruknya kadang tidak bisa menerima perbedaan ketika orang lain  beramal berbeda dengannya.
Ketika penulis pergi merantau untuk menuntut ilmu, baru timbul pertentangan, antara ajaran yang didokrinasikan dan diamalkan dikampung dengan ajaran yang baru didapatkan diperantauan. Yang kadang mengundang tanya dan perdebatan-perdebatan yang panjang. Dan kadang kita mengecap orang yang berbeda cara amaliahnya dengan kita dianggap orang  muhammadiyah atau wahabi.
Disini penulis akan sedikit membahas tentang beberapa amalan orang-orang di kampung yang sifatnya khilafiyyah.
Pertama, Tentang Membaca Basmalah
Kebanyakan musholla dan masjid di kampung-kampung itu, kalau shalat jamaah magrib, isya, subuh atau shalat jahr lainnya  basmalahnya dijaharkan ketika membaca alfatihah.
Ternyata setelah penulis belajar di pondok dan mempelajari beberapa kitab fikh, ternyata orang yang tidak menjahrkan basmalahnya dalilnya kuat, diantaranya:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ )بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ). (رواه مسلم).
Dari Anas bin Malik  radhiyallahu ‘anhu, aku shalat bersama (dibelakang) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, aku tidak mendengar seorang pun diantara mereka membaca bismillahir-rahmanirrahim. (HR. Muslim).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا. (رواه مسلم).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa-sannya dia menceritakan, saya shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, maka mereka membuka dengan Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Mereka tidak menyebutkan Bismillahirrahma nirrahim di awal dan di akhir bacaan. (HR. Muslim).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلاَةَ بِ - {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}.  (رواه البخاري).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, radhiyallahu anhuma, mereka membuka shalat dengan Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (HR. Bukhari).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه ، قَالَ : وَكَانَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ ، وَعُمَرُ ، رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا ، لاَ يَجْهَرُونَ بِـ { بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } [الفاتحة].  (رواه أحمد و  ابن  حبان  والبيهقي قال شعيب  الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط مسلم).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar radhiyallahu anhuma, mereka tidak menjaharkan (menyaringkan) Bismillahirrahmannirahim (Alfatihah). (HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Baihaqi. Berkata Syekh Syuaeb Al Arnuth: Isnad Shahih atas syarat Imam Muslim).
Dan masih banyak dalil-dalil yang lain yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan yang lainnya ketika mereka membaca alfatihah, tidak terdengar membaca Bismillahir-rahmanirrahim, tapi langsung membaca Alhamdulilllahirab-
bil ‘alamin.
Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa membaca basmalah (Bismillahir-rahmanirrahim) sebelum membaca al fatihah ketika shalat adala perkara baru.
Dari Abdullah bin Mughafal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bapak saya mendengar ketika saya shalat, saya membaca Bismillahirrahmanirrahim, lalu dia berkata kepada saya:
أَىْ بُنَىَّ مُحْدَثٌ إِيَّاكَ وَالْحَدَثَ. قَالَ وَلَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ أَبْغَضَ إِلَيْهِ الْحَدَثُ فِى الإِسْلاَمِ يَعْنِى مِنْهُ. قَالَ وَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَمَعَ أَبِى بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقُولُهَا فَلاَ تَقُلْهَا إِذَا أَنْتَ صَلَّيْتَ فَقُلِ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) (رواه الترمذي و ابن ماجة. قال الشيخ الألباني : صحيح).
Ya Anakku itu perkara baru, berhati-hatilah dengan perkara baru. Dia berkata: Aku tidak melihat seorang pun dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia adalah sebagian dari perkara baru dalam agama. Dia berkata; Sunguh saya shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, saya tidak mendengar seorang pun dari mereka membacanya (membaca (bismillahirrahmanirrahim), maka janganlah kamu membacanya, apabila kamu shalat bacalah Alhamdulillahirobbil ‘alamin. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Kedua, Tentang Qunut Shubuh
Qunut shubuh, sudah menjadi sesuatu yang disyariatkan, bahkan sudah dianggap kewajiban. Sampai-sampai ada orang yang sujud sahwi kalau diimami oleh imam yang tidak qunut. Ternyata orang yang tidak qunut subuh dalilnya pun begitu kuat. Diantaranya :
عَنْ أَنَسِ بن مالك رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ. (رواه مسلم).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau qunut selama sebulan, dia berdoa untuk sebagian kampung arab, kemudian meninggalkannya. (HR.Muslim).
أَنَسِ بن مالك رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَنَتَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ قَالَ : بَعَثَ أَرْبَعِينَ ، أَوْ سَبْعِينَ - يَشُكُّ فِيهِ - مِنَ الْقُرَّاءِ إِلَى أُنَاسٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ فَعَرَضَ لَهُمْ هَؤُلاَءِ فَقَتَلُوهُمْ ، وَكَانَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَهْدٌ...  (رواه البخاري).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Beliau (rasulullah) qunut selama sebulan setelah bangkit dari ruku, dia berdoa untuk penduduk kampung dari Bani Sulaim. Beliau (rasulullah) mengutus para qori (penghapal al Qur’an) 40 atau 70 orang, dia ragu tentangnya kepada kaum musyrikin, lalu mereka (kaum musyrikin) merintangi dan membunuh mereka (para utusan Nabi), dimana antara mereka dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ikatan perjanjian. (HR. Bukhari).
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَنَتَ شَهْرًا يَلْعَنُ رِعْلاً وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ عَصَوُا اللَّهَ وَرَسُولَهُ.  (رواه مسلم).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam qunut selama sebulan, dia melaknat orang yang bodoh dan pandai tetapi durhaka, mereka mendurhakai Allah dan Rasulnya. (HR.Muslim).
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الأَشْجَعِيِّ سَعْدِ بْنِ طَارِقٍ بن مالك رضي الله عنه ، قَالَ : قُلْتُ لأَبِي : يَا أَبَتِ , إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ , وَأَبِي بَكْرٍ , وَعُمَرَ , وَعُثْمَانَ , وَعَلِيٍّ هَاهُنَا بِالْكُوفَةِ ، نَحْوًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ ، فَكَانُوا يَقْنُتُونَ فِي الْفَجْرِ ؟ فَقَالَ : أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ. (رواه ابن ماجة و البيهقي.  قال الشيخ الألباني : صحيح).
Dari Abu Malik Al Asyja’iyyi Sa’id bin Thariq radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Aku berkata kepada Bapakku, sesunggunya engkau shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali disini di Kuffah selama lima tahun, apakah mereka qunut di shalat fajar (subuh)? Maka dia menjawab : Wahai anakku, itu perkara baru. (HR. Ibnu Majah dan Al Baihaqi. . Berkata Syekh Al AlBani : Hadits Shahih).
Ketiga, Tentang Posisi Tangan Ketika Takbir
Posisi tangan ketika takbirotul ihram, mau rukuk atau bangkit dari ruku, orang-orang dikampung itu hampir semuanya sejajar dengan telinga, jadi kalau ada orang yang takbirnya sejajar dengan bahu, merasa aneh dan dianggap ajaran baru. Padahal yang posisi tangannya ketika takbir sejajar dengan bahu, ada juga dalilnya.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu anhuma ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا وَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ » . وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السُّجُو
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya sejajar pundaknya ketika memulai (membuka shalat), ketika bertakbir untuk ruku’, ketika mengangkat kepalanya bangkit dari ruku’ juga mengangkat tangan, dan saat itu beliau mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, robbanaa wa lakal hamdu’. Beliau tidak mengangkat tangannya ketika turun sujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiyallahu anhu, dia berkata :
ثُمَّ نَهَضَ ثُمَّ صَنَعَ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى إِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ كَمَا صَنَعَ حِينَ افْتَتَحَ الصَّلاَة
َ
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit, kemudian ia melakukan raka’at kedua seperti raka’at pertama. Sampai beliau selesai melakukan dua raka’at, beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya sebagaimana yang beliau lakukan saat takbiratul ihram (ketika memulai shalat).” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Keempat, Adzan Dua Kali Ketika Shalat Jumat
Mayoritas di kampung, kalau shalat jumat adzannya dua kali. Hal tersebut tidak salah, karena mengikuti sunnahnya khulafaur rasyidin. Namun adzan satu kali, itu mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalilnya:
Dari As-Saib bin Yazid radhiyallahu anhu berkata:
كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ  وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ  فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاء
ِ
"Dahulu panggilan adzan hari Jumat awalnya pada saat imam duduk di atas mimbar, di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar radhiyallahuanhuma. Ketika masuk masa Utsman dan manusia bertambah banyak, ditambahkan adzan yang ketiga di atas Zaura'. Tidak ada di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam muazzdin selain satu orang. (HR. Bukhari)
Kelima, Tentang Shalat Tarawih
Shalat tarawih di musholla atau masjid di kampung kebanyakan 23 rakaat, jarang kita menemukan yang 11 rakaat, nanti di perantauan baru menemukan yang 11 rakaat. Ternyata yang 11 rakaat adalah sunnah Rasulullah dan yang 23 rakaat sunnah khulafaur rasyidin.
Dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, dia mengabarkan bahwa dia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan?”. ‘Aisyah mengatakan,
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhu beliau berkata:
كَانَ صَلاَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً . يَعْنِى بِاللَّيْل
ِ
“Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari adalah 13 raka’at.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah:
Sebagian ulama mengatakan bahwa shalat malam yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 11 raka’at. Adapun dua raka’at lainnya adalah dua raka’at ringan yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pembuka melaksanakan shalat malam. ( Fathul Bari (4/123).
Mungkin dicukupkan sampai disini saja  pembahasannya, karena begitu banyaknya masalah-masalah khilafiyyah yang semestinya kita berlapang dada dengan perbedaan tersebut. Selama ada dalil kuat sebagai landasannya, boleh-boleh saja kita beramal dengannya.
Intinya, pergilah atau merantaulah untuk menuntut ilmu, jangan seperti katak di dasar sumur, memandang dunia ini hanya sekedar selebar lingkaran sumur, dunia ini luas dan ilmu agama itu bagaikan samudera tidak bertepi.
Berkata Imam asy-Syafi’I rahimahullah :
تغرب عن الأوطان تكتسب العلا   وسافر ففي الأسفار خمس فوائد. تفريج هـمٍّ واكتسـاب معيشـة   وعلـم وآداب وصحبـة مـاجد
”Tinggalkan negaramu, niscaya engkau akan menjadi mulia, dan pergilah, karena bepergian itu mempunyai lima faedah. 1. Menghibur dari kesedihan, 2. Mendapatkan pekerjaan, 3,4. Ilmu dan adab, 5.  Bertemu dengan orang-orang baik. (Diwan Imam Syafii)
..........................
 Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Share:

Tidak ada komentar:

CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Translate

INSAN TV

POPULAR

Arsip Blog

Cari