Al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat) nama lain dari Ath-Thaifah Al-Mashurah (kelompok yang mendapatkan pertolongan), nama lain dari Al-Ghuroba (yang terasing), nama lain dari Ashabul Hadits, nama lain dari Ahlu Sunnah (pengikut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan nama lain dari Salafi, orang yang menisbatkan kepada cara metode beragama (Manhaj) dan pemahaman para ulama pendahulu yang shalih (As-Salaf ash-Shalih) yaitu Para Sahabat radhiyallahu ‘anhu ajma’in.
.
Mereka memiliki tanda-tanda yang sangat mudah dikenali yaitu,
.
(1) Mereka MENINGGALKAN perkataan manusia demi mengikuti Sunnah, SEDANGKAN AHLI BID’AH meninggalkan Sunnah demi mengikuti perkataan manusia.
.
(2) Mereka membandingkan perkataan manusia dengan Sunnah. Apa yang sesuai dengannya, mereka terima dan apa yang tidak sesuai dengannya, mereka tolak SEMENTARA AHLI BID’AH membandingkan Sunnah dengan pendapat para tokoh mereka. Apa yang sesuai dengan pandangan dan pendapat para tokoh mereka, mereka terima, dan yang menyelisihi pandangan mereka, mereka buang jauh-jauh.
.
(3) Jika mendapatkan Sunnah yang Shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak pernah menunggu untuk mengamalkannya dan meyakini konsekuensinya. Mereka segera mengamalkannya tanpa menghiraukan orang yang menyepakati atau menyelisihinya. Inilah tanda yang terbesar, yaitu mereka tidak akan meninggalkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dinukil secara Shahih dan tidak mengikuti pendapat orang.
.
(4) Mereka tidak bernisbat dan taqlid tanpa ilmu kepada pendapat tertentu, perkataan tertentu, tokoh tertentu dan mazhab tertentu SELAIN Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka hanyalah bernisbat, mengacu dan berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
(5) Mereka hanya membela hadits shahih dan atsar-atsar Salaf, dan SEDANGKAN AHLI BID’AH membela pendapat dan mazhab mereka.
.
(6) Mereka mengisi dan menghiasi kehidupan hanya berlandaskan kepada Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Manhaj serta pemahaman Para Ulama Pendahulu yang Shalih (As-Salaf Ash-Shalih) yaitu Para Sahabat radhiyallahu ‘anhu ajma’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
.
(7) AHLI BID’AH itu mengambil Sunnah yang sesuai dengan hawa nafsunya, baik Shahih maupun Dhaif, dan mereka akan meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya WALAUPUN Hadits itu Shahih. Bila AHLI BID’AH tidak kuasa untuk menolak hadits tersebut, maka mereka menyimpangkannya dengan takwil-takwil aneh, syubhat dan qiyas batil yang menyimpangkannya dari tempat penempatan Sunnah yang semestinya, yang keluar dari jenisnya, waktunya, kadarnya, kaifiyahnya, waktunya dan tempatnya.
.
- Diringkas dari Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Kitab Mukhtashar ash-Shawa’iq Al-Mursalah, hlm. 575-576. Lihat juga Syaikh Muhammad Muhibuddin Abu Zaid, Kitab Khasaish Ahli Hadits wa As-Sunnah, hlm. 19-21
.
Sedikit tambahan,
.
(8) Tidak pernah basa-basi dan tidak pernah kompromi untuk bersikap tegas dan lantang dalam memisahkan antara Tauhid dan Syirik, Haq dan Batil, Sunnah dan Bid’ah.
.
Jika terdapat tanda-tanda tersebut di dalam diri kalian, maka tetaplah teguh dan tegar di atas jalan ini, dan jangan menyerah walaupun banyak hinaan, cacian, celaan, makian, pertentangan dan perlawanan. Teruslah berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar terus diberikan hidayah istiqamah di atas jalan ini.
.
Lebih baik dihina, dicaci, dicela, dimaki, ditentang dan dilawan karena menyelisihi orang banyak dibandingkan dihina, dicaci, dan dicela oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena menyelisihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
Atha Ibnu Yussuf
Jakarta, 19 Rabi’ul Awal 1439 H
“Saya Hanya Seorang Peneliti dan Penuntut Ilmu”
AIAS (Al Ikhwanul As-Sunnah)
.
Mereka memiliki tanda-tanda yang sangat mudah dikenali yaitu,
.
(1) Mereka MENINGGALKAN perkataan manusia demi mengikuti Sunnah, SEDANGKAN AHLI BID’AH meninggalkan Sunnah demi mengikuti perkataan manusia.
.
(2) Mereka membandingkan perkataan manusia dengan Sunnah. Apa yang sesuai dengannya, mereka terima dan apa yang tidak sesuai dengannya, mereka tolak SEMENTARA AHLI BID’AH membandingkan Sunnah dengan pendapat para tokoh mereka. Apa yang sesuai dengan pandangan dan pendapat para tokoh mereka, mereka terima, dan yang menyelisihi pandangan mereka, mereka buang jauh-jauh.
.
(3) Jika mendapatkan Sunnah yang Shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak pernah menunggu untuk mengamalkannya dan meyakini konsekuensinya. Mereka segera mengamalkannya tanpa menghiraukan orang yang menyepakati atau menyelisihinya. Inilah tanda yang terbesar, yaitu mereka tidak akan meninggalkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dinukil secara Shahih dan tidak mengikuti pendapat orang.
.
(4) Mereka tidak bernisbat dan taqlid tanpa ilmu kepada pendapat tertentu, perkataan tertentu, tokoh tertentu dan mazhab tertentu SELAIN Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka hanyalah bernisbat, mengacu dan berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
(5) Mereka hanya membela hadits shahih dan atsar-atsar Salaf, dan SEDANGKAN AHLI BID’AH membela pendapat dan mazhab mereka.
.
(6) Mereka mengisi dan menghiasi kehidupan hanya berlandaskan kepada Al-Qur’an, Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Manhaj serta pemahaman Para Ulama Pendahulu yang Shalih (As-Salaf Ash-Shalih) yaitu Para Sahabat radhiyallahu ‘anhu ajma’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
.
(7) AHLI BID’AH itu mengambil Sunnah yang sesuai dengan hawa nafsunya, baik Shahih maupun Dhaif, dan mereka akan meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya WALAUPUN Hadits itu Shahih. Bila AHLI BID’AH tidak kuasa untuk menolak hadits tersebut, maka mereka menyimpangkannya dengan takwil-takwil aneh, syubhat dan qiyas batil yang menyimpangkannya dari tempat penempatan Sunnah yang semestinya, yang keluar dari jenisnya, waktunya, kadarnya, kaifiyahnya, waktunya dan tempatnya.
.
- Diringkas dari Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Kitab Mukhtashar ash-Shawa’iq Al-Mursalah, hlm. 575-576. Lihat juga Syaikh Muhammad Muhibuddin Abu Zaid, Kitab Khasaish Ahli Hadits wa As-Sunnah, hlm. 19-21
.
Sedikit tambahan,
.
(8) Tidak pernah basa-basi dan tidak pernah kompromi untuk bersikap tegas dan lantang dalam memisahkan antara Tauhid dan Syirik, Haq dan Batil, Sunnah dan Bid’ah.
.
Jika terdapat tanda-tanda tersebut di dalam diri kalian, maka tetaplah teguh dan tegar di atas jalan ini, dan jangan menyerah walaupun banyak hinaan, cacian, celaan, makian, pertentangan dan perlawanan. Teruslah berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar terus diberikan hidayah istiqamah di atas jalan ini.
.
Lebih baik dihina, dicaci, dicela, dimaki, ditentang dan dilawan karena menyelisihi orang banyak dibandingkan dihina, dicaci, dan dicela oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena menyelisihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
Atha Ibnu Yussuf
Jakarta, 19 Rabi’ul Awal 1439 H
“Saya Hanya Seorang Peneliti dan Penuntut Ilmu”
AIAS (Al Ikhwanul As-Sunnah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar