Ketika kita menanti kedatangan seseorang, seorang pejabat atau seorang tamu agung misalkan, kita menanti, menunggu dan mempersiapkan segala sesuatunya, padahal belum tentu pasti datang tamu tersebut.
Tamu yang belum pasti datang, kita menanti dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menyambut kedatangannya, namun kenapa sebagian kita, kematian yang pasti datangnya, tidak mengingat-ngigatnya dan mempersiapkan diri dengan baik.
Allah Ta'ala berfirman:
ِ
“ كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran: 185).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya. )QS. Qaaf:19).
Maka sungguh sangat bodoh dan kurang akal, sesuatu yang pasti datangnya tidak mempersiapkan diri dengan baik, tetapi yang belum pasti datang, kita bekerja keras untuk mempersiapkannya.
Orang yang cerdas dan cemerlang otaknya adalah orang yang senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Berkata Ibnu Umar radhiyallahu anhuma:
كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
“Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Dan untuk mengingat kematian yang paling efektif dan sangat dianjurkan sering-seringlah ziarah kubur. Dengan berziarah kubur hati akan lembut dan senantiasa mengingat kematian bahwa kita pun akan menyusul mereka yang sudah ada dalam kubur
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
فزوروا القبور فإنها تذكركم الموت . رواه مسلم
Maka berziarah kuburlah kalian sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian kepada kematian. (HR. Muslim).
Selain berziarah kubur untuk mengingat kematian, kita pun disunnahkan mengingat kematian dalam shalat. Anggaplah shalat yang kita lakukan, misalkan shalat shubuh, itulah shalat kita yang terakhir, karena belum tentu umur kita sampai ke waktu dzuhur, maka shalat kita akan terasa lebih khusyuk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).
Ketika kita menanti kedatangan seseorang, seorang pejabat atau seorang tamu agung, kita menanti, menunggu dan mempersiapkan segala sesuatunya, padahal belum tentu pasti datang tamu tersebut.
Lari dari kematian tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Ajal pasti datang, kemana pun kita berlari, kematian akan mendatangi kita. Dimana pun kita berada, kematian akan menghampiri, sekalipun berada di benteng yang kokoh.
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Seandainya kematian merupakan pemutus segala kesusahan hidup, pemutus segala beban penderitaan, pemutus berbagai ujian dan cobaan yang menerpa, maka kematian adalah kabar gembira, namun ternyata setelah kematian ada kehidupan, ada pertanggungjawaban, dan awal penderitaan bagi orang yang tidak beramal baik di dunia dan awal kebaikan bagi orang yang beramal baik di dunia.
Janganlah kita menjadi orang yang menyesal kelak di hari pembalasan nanti dan ingin kembali ke dunia untuk beramal baik.
Allah Ta’ala berfirman tentang penyesalan orang-orang kafir :
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100).
Beramal baiklah sekarang juga jangan menunda-nunda, jangan sampai kematian datang dan kita menjadi orang yang menyesal.
Allah Ta'ala berfirman:
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون
َ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun: 10-11).
Sekali lagi, perbanyaklah mengingat kematian, agar kesusahan, kesempitan dan segala penderitaan terasa ringan. Begitu pula kelezatan dunia, gemerlapnya kehidupan, kesenangan syahwat, tidak melupakan dan melalaikannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu. (HR. Ath Thabrani dan Al Hakim - Shahih Al Jami’ush Shaghir dan Shahih At Targhib).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Abu Fadhel Majalengka
Tamu yang belum pasti datang, kita menanti dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menyambut kedatangannya, namun kenapa sebagian kita, kematian yang pasti datangnya, tidak mengingat-ngigatnya dan mempersiapkan diri dengan baik.
Allah Ta'ala berfirman:
ِ
“ كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran: 185).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya. )QS. Qaaf:19).
Maka sungguh sangat bodoh dan kurang akal, sesuatu yang pasti datangnya tidak mempersiapkan diri dengan baik, tetapi yang belum pasti datang, kita bekerja keras untuk mempersiapkannya.
Orang yang cerdas dan cemerlang otaknya adalah orang yang senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Berkata Ibnu Umar radhiyallahu anhuma:
كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
“Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Dan untuk mengingat kematian yang paling efektif dan sangat dianjurkan sering-seringlah ziarah kubur. Dengan berziarah kubur hati akan lembut dan senantiasa mengingat kematian bahwa kita pun akan menyusul mereka yang sudah ada dalam kubur
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
فزوروا القبور فإنها تذكركم الموت . رواه مسلم
Maka berziarah kuburlah kalian sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian kepada kematian. (HR. Muslim).
Selain berziarah kubur untuk mengingat kematian, kita pun disunnahkan mengingat kematian dalam shalat. Anggaplah shalat yang kita lakukan, misalkan shalat shubuh, itulah shalat kita yang terakhir, karena belum tentu umur kita sampai ke waktu dzuhur, maka shalat kita akan terasa lebih khusyuk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
“Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).
Ketika kita menanti kedatangan seseorang, seorang pejabat atau seorang tamu agung, kita menanti, menunggu dan mempersiapkan segala sesuatunya, padahal belum tentu pasti datang tamu tersebut.
Lari dari kematian tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya. Ajal pasti datang, kemana pun kita berlari, kematian akan mendatangi kita. Dimana pun kita berada, kematian akan menghampiri, sekalipun berada di benteng yang kokoh.
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Seandainya kematian merupakan pemutus segala kesusahan hidup, pemutus segala beban penderitaan, pemutus berbagai ujian dan cobaan yang menerpa, maka kematian adalah kabar gembira, namun ternyata setelah kematian ada kehidupan, ada pertanggungjawaban, dan awal penderitaan bagi orang yang tidak beramal baik di dunia dan awal kebaikan bagi orang yang beramal baik di dunia.
Janganlah kita menjadi orang yang menyesal kelak di hari pembalasan nanti dan ingin kembali ke dunia untuk beramal baik.
Allah Ta’ala berfirman tentang penyesalan orang-orang kafir :
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100).
Beramal baiklah sekarang juga jangan menunda-nunda, jangan sampai kematian datang dan kita menjadi orang yang menyesal.
Allah Ta'ala berfirman:
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون
َ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun: 10-11).
Sekali lagi, perbanyaklah mengingat kematian, agar kesusahan, kesempitan dan segala penderitaan terasa ringan. Begitu pula kelezatan dunia, gemerlapnya kehidupan, kesenangan syahwat, tidak melupakan dan melalaikannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atas orang itu. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu luas (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atas orang itu. (HR. Ath Thabrani dan Al Hakim - Shahih Al Jami’ush Shaghir dan Shahih At Targhib).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Abu Fadhel Majalengka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar