Umar bin Al Khaththab _radhiyallahu anhu_ berkata :
مَوْتُ اَلْفِ عَابِدٍ اَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ بَصِيْرٍ بِحَلَالِ اللَّهِ وَحَرَامِهِ
*_"Matinya seribu ahli ibadah lebih ringan daripada
kematian satu orang ‘alim yang faham halal dan haram terhadap hukum
Allah”_* (Miftah Daaris Sa’aadah, Ibnul Qoyyim 1/398)
Abu Hurairah dan Abu Dzar _radhiyallahu anhuma_ berkata :
«بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ تَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ
أَلْفِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ، وَبَابٌ مِنَ الْعِلْمِ تُعَلِّمُهُ عُمِلَ
بِهِ أَوْ لَمْ يَعْمَلْ بِهِ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ مِائَةِ رَكْعَةِ
تَطَوُّعٍ»
*_"Mempelajari satu bab dari ilmu lebih kami cintai dari
pada shalat sunnah seribu roka’at dan mengajarkan satu bab ilmu baik di
amalakan ataupun tidak dengannya, lebih kami sukai daripada shalat
sunnah seratus roka’at”_* (Jaami’u Bayanil ‘Ilmi, Ibnu ‘Abdil Barr
1/25)
Abdullah bin Mas’ud _radhiyallahu anhu_ berkata ;
عَلَيْكُمْ بِالْعِلْمِ قَبْلَ اَنْ يُرْفَعَ وَرَفْعُهُ
هَلَاكُ الْعُلَمَاءِ فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَيَوَدَّنَّ رِجَالٌ
قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ شُهَدَاءَ اَنْ يَبْعَثَهُمُ اللَّهُ
عُلَمَاءَ لِمَا يَرَوْنَ مِنْ كَرَامَتِهِمْ وَإِنَّ اَحَدًا لَمْ
يُوْلَدْ عَالِمًا وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ
*“Hendaklah engkau belajar ilmu sebelum ilmu itu diangkat
dan diangkatnya ilmu itu dengan wafatnya para ulama , maka demi yang
jiwaku berada di tangan Nya, sungguh orang orang yang mati di jalan
Allah sebagai syahid berkeinginan untuk di bangkitkan sebagai ulama
karena mereka melihat dari kemuliaan para Ulama, dan sesungguhnya
seseorang itu tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu, sesungguhnya ilmu
itu di pelajari”* (Miftah Daaris Sa’aadah, Ibnu Qoyyim 1/397)
Salman al Farisi _radhiyallahu anhu_ berkata :
اَلْعِلْمُ كَثِيْرٌ وَالْعُمْرُ قَصِيْرٌ فَخُذْ مِنَ الْعِلْمِ مَا تَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِيْ أَمْرِ دِيْنِكَ.
*“Ilmu itu banyak sedangkan umur itu pendek (terbatas),
maka ambillah ilmu (yang terpenting) yang engkau butuhkan dalam urusan
agamamu.”* (Shifatush Shafwah, 1/546).
Dari Kumail bin Ziyad An Nakha’I berkata : Ali Bin Abi Thalib menarik
tanganku, dia membawaku keluar kearah padang pasir, sesampainya di
tempat yang luas dia menghela nafas, kemudian berkata :
يَا كُمَيْلُ بْنَ زِيَادٍ الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا
أَوْعَاهَا، وَاحْفَظْ مَا أَقُولُ لَكَ: النَّاسُ ثَلَاثَةٌ: فَعَالِمٌ
رَبَّانِيٌّ، وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ، وَهَمَجٌ رَعَاعٌ
أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ، يَمِيلُونَ مَعَ كُلِّ رِيحٍ، لَمْ يَسْتَضِيئُوا
بِنُورِ الْعِلْمِ، وَلَمْ يَلْجَئُوا إِلَى رُكْنٍ وَثِيقٍ. الْعِلْمُ
خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ،
الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ،
وَمَحَبَّةُ الْعَالِمِ دَيْنٌ يُدَانُ بِهَا
*_“Wahai Kumail bin Ziyad, hati itu adalah bejana, dan
sebaik baiknya adalah yang paling banyak menampung (ilmu). Ingatlah apa
yang akan aku katakana kepadamu, manusia itu ada tiga golongan, orang
berilmu yang shalih (Robbani), orang yang terus belajar pada jalan
keselamatan, dan orang jahat dan awam, dia mengikuti setiap yang
bersuara, selalu berayun kemanpun angin bertiup (tidak punya pendrian),
hidupnya tidak disdinari cahaya ilmu, tidak pula berlindung pada pondasi
yang kuat. Ilmu itu lebih baik dari harta, ilmu yang menjagamu,
sedangkan harta, engkau yang menjaganya. Ilmu itu bertambah ketika
diamalkan sedangkan harta berkurang bila diinfakkan. Ilmulah yang
menghukumi, sedangkan harta yang dihukumi. Mencintai ahli ilmu adalah
bagian dari agama, yang berpahala..”_* (Al Hilyah, Abu Nu’aim 1/79)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar