✍Diantara bagian dari keadilan Allah, Allah membagi amal bagi para hamba-Nya, sesuai potensinya, sebagaimana Allah membagikan rezeki hamba-nya.
أَهُمۡ یَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَۚ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَیۡنَهُم مَّعِیشَتَهُمۡ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۚ وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضࣲ دَرَجَـٰتࣲ لِّیَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضࣰا سُخۡرِیࣰّاۗ وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ.
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."
[Surat Az-Zukhruf: 32]
Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
اعملوا فكل ميسر لما خلق له»د
"Beramal-lah, karena setiap jiwa itu dimudahkan sesuai tujuan penciptaannya." (HR. Bukhari, 4949; Muslim, 6903)
Semua manusia diarahkan untuk beramal sesuai dengan ujung hidupnya. Orang yang mendapat kebahagiaan di ujung hidupnya, akan dimudahkan untuk melakukan amal yang mengantarkannya kepada kebahagiaan. Dan sebaliknya.
Imam Malik رحمه الله pernah mendapatkan sepucuk surat dari kawannya, Abdullah al-Umari, orang yang sangat rajin beribadah. Dalam surat itu, kawannnya mengajak Imam Malik agar jangan berlebihan duduk mengajar hadis di Madinah, tapi hendaknya menyendiri dalam rangka banyak beribadah. Kemudian Imam Malik memberikan jawaban dengan pernyataan yang cukup menekan,
"Sesungguhnya Allah telah membagi amal untuk para hamba-Nya, sebagaimana Allah membagi rizki. Ada banyak orang yang dimudahkan untuk melakukan amal shalat, namun dia tidak dimudahkan untuk puasa. Ada juga yang dimudahkan dalam bersedekah, namun tidak dimudahkan untuk amal puasa. Ada yang dimudahkan untuk jihad, namun tidak dimudahkan untuk shalat. Dan menyebarkan ilmu serta mengajarkannya, termasuk amal kebaikan yang paling afdhal.
Dan saya telah ridha dengan kemudahan amal yang diberikan oleh Allah kepadaku. Dan aku tidak menganggap bahwa amal yang saat ini saya tekuni, lebih rendah tingkatannya dibandingkan amal yang sedang kamu jalani. Dan saya berharap, masing-masing kita berada dalam kebaikan. Dan wajib bagi kita untuk ridha dengan pembagian amal yang telah ditetapkan oleh Allah. was salam" (At-Tamhid, Syarh Muwatha, 7/185)
Berkata Imam Ibnul Qayyim رحمه الله :
"إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل ،فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء .
وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ، فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء.
وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ، فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء .
فرب نائم ومفطر وقاعد أقرب إلى الله منك.
ثم قال :
"وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً ،
فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل".
📚مدارج السالكين (١٧٧/١)
Jika Allah membukakan untukmu pintu sholat malam, janganlah kau memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa, jangan kau memandang orang yang tak berpuasa dengan pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, jangan kau memandang orang yang tak berjihad dengan pandangan merendahkan.
Bisa saja orang yang tidur, yang tak berpuasa dan yang tak berjihad lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu."
Kemudian beliau melanjutkan,
Engkau berpagi hari bangun dari tidur lalu menyesal lebih baik dari pada berpagi hari dalam keadaan terjaga lalu berbangga.
Karena orang yang sombong, amalannya tidak akan naik ke sisi Allah."
📚 Madarijus Salikin:1/177.(terjemah: salamdakwah.com)
🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
✏📚✒.💦..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar