Imam Asy Syafi’i berkata,
“Jika
terdapat hadits yang shahih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika
engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah
pendapatku.(Majmu’ Al Fatawa, 20: 211.)
Ar
Rabie’ (murid Imam Syafi’i) bercerita, Ada seseorang yang bertanya
kepada Imam Syafi’i tentang sebuah hadits, kemudian (setelah dijawab)
orang itu bertanya, “Lalu bagaimana pendapatmu?”, maka gemetar dan
beranglah Imam Syafi’i. Beliau berkata kepadanya,
أَيُّ سَمَاءٍ تُظِلُّنِي وَأَيُّ أَرْضٍ تُقِلُّنِي إِذَا رَوَيْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ وَقُلْتُ بِغَيْرِهِ
“Langit
mana yang akan menaungiku, dan bumi mana yang akan kupijak kalau sampai
kuriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
aku berpendapat lain…!?”(Hilyatul Auliya’, 9: 107.)
Imam Syafi’i juga berkata,
إِذَا
وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ فَقُولُوا
بِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ وَدَعُوا مَا قُلْتُ -وفي رواية- فَاتَّبِعُوهَا
وَلاَ تَلْتَفِتُوا إِلىَ قَوْلِ أَحَدٍ
“Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang.”
(Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1: 63.)
كُلُّ حَدِيثٍ عَنِ النَّبِيِّ فَهُوَ قَوْلِي وَإِنْ لَمْ تَسْمَعُوهُ مِنيِّ
“Setiap
hadits yang diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka
itulah pendapatku meski kalian tak mendengarnya dariku.”( Siyar A’laamin
Nubala’, 10: 35.)
إِذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَهُوَ مَذْهَبِي وَإِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ
“Kalau
ada hadits shahih, maka itulah mazhabku, dan kalau ada hadits shahih
maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok.”(Siyar A’laamin Nubala’,
10: 35.)
“Kaum
muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sebuah
sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tak halal
baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat siapa
pun.(I’lamul Muwaqi’in, 2: 282).
Al-Imam Malik Rahimahulloh (Madzhab Maliki) mengatakan:
إنما أنا بشر أخطئ وأصيب، فانظروا في رأيي؛ فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه
“Saya
hanyalah manusia biasa, mungkin salah dan mungkin benar. Maka
perhatikanlah pendapat saya, jika sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
maka ambillah. Apabila tidak sesuai dengan keduanya maka tinggalkanlah.”
Al-Imam Abu Hanifah Rahimahulloh (Madzhab Hanafi) mengatakan:
لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه
وفى رواية: «حرام على مَن لم يعرف دليلي أن يفتى بكلامي «فإننا بشر، نقول القول اليوم ونرجع عنه غدًا
“Tidak
halal bagi siapa pun mengambil pendapat kami tanpa mengetahui dari mana
kami mengambilnya.” Dalam riwayat lain, beliau mengatakan, “Haram bagi
siapa pun yang tidak mengetahui dalil yang saya pakai untuk berfatwa
dengan pendapat saya. Karena sesungguhnya kami adalah manusia, perkataan
yang sekarang kami ucapkan, mungkin besok kami rujuk (kami
tinggalkan).”
Al-Imam Ahmad Bin Hambal Rahimahulloh (Madzab Hambali mengatakan) :
لا تقلدني، ولا تقليد مالكًا ولا الشافعي ولا الأوزاعي ولا الثوري، وخذ من حيث أخذوا
“Janganlah
kalian taklid kepada saya dan jangan taklid kepada Malik, asy-Syafi’i,
al-Auza’i, ataupun (Sufyan) ats-Tsauri. Tapi ambillah (dalil) dari mana
mereka mengambilnya.”
Disusun oleh Humaira medina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar