✍ Allah berfirman:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَن یَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِینِهِۦ فَسَوۡفَ یَأۡتِی ٱللَّهُ بِقَوۡمࣲ یُحِبُّهُمۡ وَیُحِبُّونَهُۥۤ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِینَ یُجَـٰهِدُونَ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ وَلَا یَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَاۤىِٕمࣲۚ ذَ ٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰسِعٌ عَلِیمٌ.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” [Al-Maidah: 54].
Syarat pertama datangnya kecintaan Allah kepada hambanya adalah keimanan. Ini adalah syarat mutlak akan adanya kecintaan Allah.
Sebaik apapun seorang manusia jika tidak punya keimanan kepada Allah, maka jangan harap sedikitpun kecintaan itu.
Lalu Allah menyebutkan tentang adanya sebagian manusia yang lemah imannya, sehingga mudah untuk murtad keluar dari Islam. Mereka itu adalah manusia yang paling dibenci oleh Allah, namun mereka tidak akan memberikan mudharat sedikitpun kepada Allah dan agamanya. Bahkan Allah akan segera mengganti mereka dengan hambanya yang lain yang lebih baik dan sangat dicintai oleh Allah.
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan sifat-sifat kaum yang dicintai selain sifat diatas yaitu:
Sifat pertama adalah tawadhu’ (rendah hati) dan tidak sombong kepada orang Islam.
Yang kedua, mereka merasa jaya (lebih tinggi) kepada orang-orang kafir. Tidak merasa hina dan merendah kepada mereka.
Yang ketiga, Mereka berjihad di jalan Allah. Berjihad kepada syetan, orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang fasik, jihad pada diri sendiri.
Yang keempat, Nereka tidak takut terhadap celaan orang yang mencela. Ketika telah menunaikan perintah-perintah agamanya, maka tidak terpengaruh siapa yang menghina atau mencelanya.
(disarikan dari artikel islamqa.com)
Namun demikian, tidak berarti mereka tidak akan diuji oleh Allah.
Justru adanya ujian, musibah dan cobaan untuk seorang hamba itu merupakan tanda semakin kuatnya kecintaan Allah kepadanya. Yang mana ia seperti obat, meskipun pahit, dan akan menjadi penghapus dosa-dosanya dan mengangkat ketinggian derajatnya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم,
" إنَّ عِظم الجزاء من عظم البلاء ، وإنَّ الله عز وجل إذا أحب قوماً ابتلاهم ، فمن رضي فله الرضا ، ومن سخط فله السخط " رواه الترمذي ( 2396 ) وابن ماجه ( 4031 )
“Sesungguhnya agungnya balasan dari besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla ketika mencintai suatu kau." (HR At- Tirmidzi, 2396; Ibnu Majah, 4031 dishahihkan Al-Albany)
Wallahu a'lam
🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
✏📚✒.💫..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar