Peristiwa Ketika Tiba Hari Kiamat
Ketika manusia sedang asyik makan, minum dan bercengkrama, bahkan wanita sedang asyik menyusui anaknya, maka muncullah goncangan dahsyat di jagat raya, bumi hancur luluh, gunung-gunung pecah berantakan, langit retak mengerikan, bintang-bintang berjatuhan, tatanan planet dan tata surya berubah tidak beraturan dan manusia bertanya-tanya, ada apa gerangan?
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),–Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,–Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”,–Pada hari itu bumi menceritakan beritanya,– Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya.–Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, (QS. Az Zalzalah: 1-6)
Goncangan itu karena kerasnya suara malaikat Israfil (yang meniup sangkakala) sehingga segala sesuatu luluh lantak dan tidak akan tenang kembali hingga bumi melempar seluruh apa saja yang berada di atasnya dari mulai gunung-gunung, pohon-pohon dan bangunan (Rintangan Setelah Kematian, hal. 91-92)
Kiamat terjadi dengan tiba-tiba ketika masing-masing manusia sibuk dengan urusannya. Allah berfirman:
“Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (QS. Az Zukhruf: 66)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ََููุชَُููู ََّู ุงูุณَّุงุนَุฉُ ََููุฏْ َูุดَุฑَ ุงูุฑَّุฌُูุงَِู ุซَْูุจَُูู َุง ุจََُْูููู َุง ، َููุงَ َูุชَุจَุงَูุนَุงِِูู َููุงَ َูุทَِْููุงِِูู ، ََููุชَُููู ََّู ุงูุณَّุงุนَุฉُ ََููุฏِ ุงْูุตَุฑََู ุงูุฑَّุฌُُู ุจَِูุจَِู ِْููุญَุชِِู َููุงَ َูุทْุนَู ُُู ، ََููุชَُููู ََّู ุงูุณَّุงุนَุฉُ ََْููู ُِูููุทُ ุญَْูุถَُู َููุงَ َูุณِْูู ِِููู ، ََููุชَُููู ََّู ุงูุณَّุงุนَุฉُ ََููุฏْ ุฑََูุนَ ุฃَُْููุชَُู ุฅَِูู ِِููู َููุงَ َูุทْุนَู َُูุง
“Kiamat akan terjadi sementara dua orang sedang bertransaksi jual beli baju, keduanya belum sepakat dan belum melipat bajunya. Kiamat akan terjadi sementara orang sedang pulang membawa susu hasil perahan hewannya, namun ia belum sempat meminumnya. Kiamat akan terjadi, sementara ia sedang memperbaiki kolamnya, namun belum sempat digunakan. Kiamat akan terjadi sementara seseorang sedang mengangkat suapannya, namun belum sempat dimakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat tiba hari kiamat, umat manusia panik, nampak seperti orang-orang yang mabuk padahal mereka tidak mabuk. Mereka berhamburan bagai anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung hancur bagai bulu yang dihambur-hamburkan, kemudian manusia mati semua.
Setelah itu, ditiup sangkakala kedua -jarak antara tiupan pertama dengan tiupan kedua empat puluh, wallahu a’lam apakah empat puluh hari, bulan atau tahun sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka semua makhluk hidup kembali dan apa saja yang ada dalam perut bumi muntah keluar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apabila bumi diratakan,–Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya serta menjadi kosong, (QS. Al Insyiqaq: 3-4)
Manusia dibangkitkan dengan berusia 33 tahun (sebagaimana dalam riwayat Muslim), dan hamba Allah yang pertama kali bangkit dan keluar dari kuburnya adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim).
Kemudian manusia digiring ke padang mahsyar, mereka dihimpun di bumi yang baru berwarna putih kemerah-merahan, bagaikan tepung roti yang dibakar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« ُูุญْุดَุฑُ ุงَّููุงุณُ َْููู َ ุงَِْูููุงู َุฉِ ุนََูู ุฃَุฑْุถٍ ุจَْูุถَุงุกَ ุนَْูุฑَุงุกَ
َُููุฑْุตَุฉِ ٍَِّููู » . َูุงَู ุณٌَْูู ุฃَْู ุบَْูุฑُُู : َْููุณَ َِูููุง ู َุนَْูู ٌ ูุฃَุญَุฏٍ .
“Manusia dikumpulkan pada hari kiamat di atas tanah putih kemerah-merahan seperti tepung roti yang bersih”, Sahl atau yang lainnya berkata, “Tidak ada tanda (bangunan atau gedung) milik siapa pun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka dihimpun dalam kondisi telanjang, belum dikhitan, dan tanpa mengenakan alas kaki. Mereka digiring menuju mahsyar berkelompok, ada yang berkendaraan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berjalan telungkup di atas wajahnya.
Anas bin Malik berkata: “Ada seorang yang berkata, “Wahai Nabi Allah! Bagaimana orang kafir dihimpun dalam kondisi telungkup di atas wajahnya? Beliau menjawab, “Bukankah Dzat yang mampu membuatnya berjalan dengan kedua kaki di dunia mampu membuatnya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?!” (HR. Bukhari)
Nasib Manusia ketika di Padang Mahsyar
Manusia dibangkitkan dari alam kubur dan digiring menuju mahsyar sesuai dengan kondisi amal perbuatan pada saat mereka mati, bila mereka mati di atas kebaikan, mereka mendapat husnul khatimah dan bila mereka mati di atas keburukan, maka mereka mati di atas su’ul khatimah. Contohnya:
Para koruptor dan penerima suap akan dikumpulkan dengan membawa barang yang dikorupsinya.
Pemakan riba dihimpun di padang mahsyar dalam keadaan sempoyongan seperti orang gila karena kesurupan setan.
Wanita yang meratapi kematian dibangkitkan dengan memakai pakaian dari qathiran (pelankin/ter) dan baju dari jarab (baju yang kumal dan gatal).
Suami yang tidak adil kepada isterinya akan dibangkitkan dalam keadaan badannya mati sebelah.
Orang-orang yang sombong dan congkak akan dihimpunkan seperti semut-semut kecil dalam bentuk manusia. Mereka diliputi kehinaan dari berbagai arah dan digiring ke penjara di neraka Jahannam yang disebut Bulas. Mereka dinaungi oleh api dan diberi minum dari perasan kotoran penghuni neraka yang bernama Thinatul Khabal.
Orang yang biasa hidup kenyang adalah orang yang paling lapar di waktu itu.
Para pengkhianat akan diberikan bendera pengkhianatan, dan akan dikatakan, “Inilah pengkhianatan fulan bin fulan.”
Para syuhada dihimpun dalam keadaan berlumuran darah, namun beraroma minyak kasturi.
Orang yang meninggal dalam keadaan ihram akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.
Lihat dalil-dalil apa yang kami sebutkan dalam buku “Rintangan Setelah Kematian” oleh Ust. Zainal ‘Abidin.
Suasana di Padang Mahsyar
Manusia semua berdiri di hadapan Allah selama setengah hari, yang kadarnya satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َْููู َ َُْูููู ُ ุงَّููุงุณُ ِูุฑَุจِّ ุงْูุนَุงَูู َِْูู (ุงูู ุทูููู 6) ู ِْูุฏَุงุฑَ ِูุตِْู َْููู ٍ ู ِْู ุฎَู ْุณَِْูู ุฃََْูู ุณََูุฉٍ ََُُِّููููู ุฐََِูู ุนََูู ุงْูู ُุคْู ِِู َูุชَุฏَِّูู ุงูุดَّู ْุณِ ِْููุบُุฑُْูุจِ ุฅَِูู ุฃَْู ุชَุบْุฑُุจَ
“Pada hari manusia bangkit menghadap Allah Rabbul ‘alamin (Al Muthaffifin: 6), selama setengah hari (dari satu hari yang kadarnya) lima puluh ribu tahun. Maka diringankan bagi orang mukmin (sehingga lamanya) seperti matahari menjelang terbenam sampai terbenam.” (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahut Targhib wat Tarhib no. 3589)
Di tempat itu, manusia merasakan kesengsaraan yang amat berat, bagaimana tidak? Pada saat itu, matahari didekatkan satu mil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« ุชُุฏَْูู ุงูุดَّู ْุณُ َْููู َ ุงَِْูููุงู َุฉِ ู َِู ุงْูุฎَِْูู ุญَุชَّู ุชََُููู ู ُِْููู ْ َูู ِْูุฏَุงุฑِ ู ٍِูู . ََُُููููู ุงَّููุงุณُ ุนََูู َูุฏْุฑِ ุฃَุนْู َุงِِููู ْ ِูู ุงْูุนَุฑَِู َูู ُِْููู ْ ู َْู َُُูููู ุฅَِูู َูุนْุจَِْูู َูู ُِْููู ْ ู َْู َُُูููู ุฅَِูู ุฑُْูุจَุชَِْูู َูู ُِْููู ْ ู َْู َُُูููู ุฅَِูู ุญََِْْูููู َูู ُِْููู ْ ู َْู ُْููุฌِู ُُู ุงْูุนَุฑَُู ุฅِْูุฌَุงู ًุง » .
“Matahari akan didekatkan dengan makhluk pada hari kiamat sehingga jaraknya satu mil. Ketika itu, manusia berkeringat sesuai dengan amalnya. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai ke mata kaki, ada pula yang sampai ke kedua lutut, ada yang sampai ke pinggangnya dan ada yang tenggelam oleh keringatnya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke mulutnya.
(HR. Muslim)
Di tengah suasana yang panas itu, ada sekelompok manusia yang beruntung dan berbahagia karena mendapat naungan Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang ‘adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang cinta karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya, seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan cantik lalu ia mengatakan “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada pula amalan lain yang dapat mendatangkan bantuan dan naungan Allah, yaitu: sedekah, membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran, serta memudahkan orang yang kesulitan (lihat dalil-dalilnya dalam buku “Rintangan Setelah Kematian”).
Di padang mahsyar, Allah menghardik dan mencela orang-orang kafir di hadapan seluruh makhluk, karena tindakan mereka menyekutukan Allah dengan berhala-berhala dan mengkultuskan orang shalih serta fanatik terhadap sesembahan nenek moyang mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kamu benar-benar datang sendiri-sendiri kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan apa yang telah Kami karuniakan kepadamu, kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia). Kami tidak melihat pemberi syafa’at besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (QS. Al An’am: 94)
Lihat juga surat An Nahl: 27, Al Mu’min: 73-74 dan surat Fushshilat: 47-48.
Setelah kaum kafir mengetahui nasibnya dan kaum munafiqin dalam keadaan hina-dina, maka terjadilah dialog antar mereka di depan ahli mahsyar, sementara satu sama lain saling melempar tanggung jawab dan saling menyalahkan (kisahnya dapat dilihat di surat Qaf: 27-29, Yunus: 28-30 dan Ash Shaffat: 27-34).
Oleh ustadz Marwan bin Musa
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql), Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar