}

Kewajiban Ittiba’ Berdasarkan pada Dalil-Dalil ash-Sunnah

Hasil gambar untuk padang pasir terindahAbdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: “Ini jalan Allah yang lurus.” Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: “Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat), tidak satupun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.” Selanjutnya beliau membaca firman Allah [yang artinya]: “Dan bahwa [yang Kami perintahkan ini] adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan [yang lain] karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (al-An’am: 153) (HR Ahmad, al-Hakim; shahih)

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (Muttafaq ‘alaih; hadits mutawatir)

Dalam hadist ini Rasulullah mengisyaratkan tentang kebaikan dan keutamaan mereka, yang merupakan sebaik-baik manusia. Sedangkan perkataan ‘sebaik-baik manusia’ yaitu tentang ‘aqidah, manhajnya, akhlaknya, dakwahnya dan lain-lainnya. Oleh karena itu mereka dikatakan sebaik-baik manusia.

Dalam riwaya lain disebutkan dengan kata ‘sebaik-baik kalian’ dan riwayat lain disebutkan ‘sebaik-baik ummatku’.

Dalam hadits lain pun disebutkan tentang kewajiban kita mengikuti manhaj Salafus shalih (para shahabat), yaitu hadits yang terkenal dengan hadits ‘Irbadh bin Sariyah, hadits ini terdapat pula dalam al-Arba’in an-Nawawiyah no. 28:

Berkata al-Irbadh bin Sariyah: Suatu hari Rasulullah saw. pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberi nasehat kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar, maka seseorang berkata: “Wahai Rasulallah, nasehat ini seakan-akan nasehat dari seorang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat.” Maka Rasulullah saw. bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh orang yang masih hidup di antara kalian setelahku akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru [dalam agama], karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah itu adalah sesat.” (HR Ahmad [iv/ 126/127] dll)

Nabi saw. mengabarkan tentang akan terjadinya perselisihan dan perpecahan pada ummatnya, kemudian beliau memberikan jalan keluar untuk selamat dunia dan akhirat, yaitu dengan mengikuti sunnahnya dan sunnah para shahabatnya. Hal ini menunjukkan tentang wajibnya mengikuti sunnahnya (sunnah Nabi saw.) dan sunnah para shahabatnya.

Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah saw. menyebutkan tentang hadits iftiraq [akan terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan], beliau bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari golongan ahlul kitab telah terpecah menjadi 72 golongan. Sesungguhnya [ummat] agama ini [Islam] akan berpecah-belah menjadi 73 golongan dan 72 golongan masuk di dalam neraka dan hanya satu golongan yang di dalam surga, yaitu al-Jama’ah.” (HR Abu Dawud [no.4597])

Dalam riwayat lain disebutkan: “Semua golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali satu [yaitu] yang aku dan para shahabatku berjalan di atasnya.” (HR at-Tirmidzi [no.2641])

Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa ummat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah saw. dan para shahabatnya. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih [para shahabat].

Hadits di atas menunjukkan bahwa setiap orang yang mengikuti Nabi saw. dan para shahabatnya adalah termasuk ke dalam al-Firqatun Naajiyah [golongan yang selamat]. Sedangkan yang menyelisihi [tidak mengikuti] para shahabat, maka mereka adalah golongan yang binasa dan akan mendapat ancaman dengan masuk ke dalam neraka.

Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah; Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Sumber: https://alquranmulia.wordpress.com/2014/02/24/kewajiban-ittiba-berdasarkan-pada-dalil-dalil-ash-sunnah/
Share:

Tidak ada komentar:

CLICK TV DAN RADIO DAKWAH

Murottal Al-Qur'an

Listen to Quran

Jadwal Sholat

jadwal-sholat

Translate

INSAN TV

POPULAR

Arsip Blog

Cari