Pendapat yang kuat adalah diperbolehkan mengucapkan
sayyidina untu rasulullah shallallahu alaihi wasallam kecuali dalam
lafadz lafadz yang ma’tsur dari rasulullah seperti dalam sholawat
ibrohimiyah, dalam adzan dan sebagainya.
Alasan bolehnya karena Rasulullah ﷺ menyebut dirinya sebagai sayyid waladi Adam.
Rasulullah juga bersabda tentang cucunya Alhasan: “ibni hadza sayyid.”
Rasulullah juga bersabda tentang cucunya Alhasan: “ibni hadza sayyid.”
Dalam mausu’ah fiqhiyah disebutkan bahwa kaum muslimin berijma akan bolehnya menyebut untuk Rasulullah ﷺ
Namun memanggil rasulullah dengan sayyidina bukanlah
kebiasaan para shahabat. Yang biasa para shahabat lakukan adalah hanya
dengan sebutan rasulullah, karena ucapan rosulullah lebih tinggi dari
sayyid. Setiap rosul pasti sayyid tapi tidak setiap sayyid itu rosul.
Karena lafadz sayyid pun boleh diucapkan untuk para shahabat sebagaimana
Umar menyebut AbuBakar dengan sayyiduna.
Adapun untuk lafadz lafadz yang ma’tsur pendapat yang kuat adalah tidak
diperbolehkan.
Karena para shahabat tabi’in tidak melakukannya.
Imam As Sakhowi dalam kitab alqoul albadie’ menukil jawaban
Alhafidz ibnu Hajar al asqolani ketika beliau ditanya bolehkah
menambakan sayyid dalam sholawat? Beliau menjawab:
نعم اتِّباعُ الألفاظ المأثورة أرجح ، ولا يقال : لعلَّه ترك
ذلك تواضعاً منه صلى الله عليه وسلم كما لم يكن يقول عند ذكره : صلى الله
عليه وسلم ، وأمّتهُ مندوبة إلى أن تقول ذلك كلما ذُكر ؛ لأنَّا نقول : لو
كان ذلك راجحاً لجاء عن الصحابة ، ثم عن التابعين ، ولم نقِفْ في شيءٍ من
الآثار عن أحدٍ من الصحابة ولا التابعين أنه قال ذلك ، مع كثرة ما ورد عنهم
من ذلك ، وهذا الإمامُ الشافعي أعلى الله درجته وهو من أكثر الناس تعظيماً
للنبي صلى الله عليه وسلم ، قال في خطبة كتابه الذي هو عمدة أهل مذهبه : "
اللهم صلِّ على محمد ، إلى آخر كلامه، وقد عقد القاضي عياض بابا في صفة
الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في كتاب "الشفاء" ، ونقل فيه آثارا
مرفوعة عن جماعة من الصحابة والتابعين ، ليس في شيء منها عن أحد من الصحابة
وغيرهم لفظ : " سيدنا " ، والغرض أن كل من ذكر المسألة من الفقهاء قاطبة ،
لم يقع في كلام أحد منهم : " سيدنا " ، ولو كانت هذه الزيادة مندوبة ما
خفيت عليهم كلهم حتى أغفلوها ، والخير كله في الاتباع ، والله أعلم " انتهى
.
“
Iya, mengikuti lafadz lafadz yang ma’tsur (tanpa
penyebitan sayyidina) itu lebih rojih. Dan tidak bisa dikatakan: Mungkin
dahulu nabi tidak melakukannya karena ketawadlu’an beliau. Sedangkan
umatnya dianjurkan mengucapkan itu.
Kita menjawab: “Kami merojihkan tidak karena bila itu baik
tentu para shahabat dan tabi’in melakukannya. Namun kami tidak pernah
mendapatkan satupun atsar dari mereka padahal amat banyak.
Ini dia imam Asy Syafi’i orang yang sangat mengagungkan nabi ﷺ berkata dalam khutbah kitabnya yang merupakan sandaran madzhab: Allahumma sholli ‘alaa muhammad.. sampai akhirnya.
Al Qadli iyadl membuat pembahasan khusus tentang sholawat
dalam kitabnya asy syifaa dan menyebutkan atsar yang banyak dari para
shahabat dan tidak ada satupun penyebutan sayyidina. Kalaulah itu
disunnahkan tentu tidak akan tersembunyi atas mereka semuanya. Dan
kebaikan itu adanya pada ittiba’.
Wallahu a’lam.
Fatwa ibnu hajar ini juga dinukil oleh Muhammad bin
muhammad al ghorobili yang wafat pada tahun 835H. Beliau adalah murid
ibnu hajar yang bermulazamah kepadanya.
____
Dari Channel Telegram Al-Fawaid
____
Dari Channel Telegram Al-Fawaid
Editor : Admin AsySyamil.com
♻ Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini , semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.
Jazakumullahu khoiron.
•═══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•
CHANNEL MULIA DENGAN SUNNAH
https://t.me/MuliaDenganSunnah
🔄 https://t.me/RisalahSunnah
Android app : https://goo.gl/ozGo2Q
Website : https://asysyamil.com
️ FB : https://goo.gl/tJdKZY
WA : 081381173870 Admin
CHANNEL MULIA DENGAN SUNNAH
https://t.me/MuliaDenganSunnah
🔄 https://t.me/RisalahSunnah
Android app : https://goo.gl/ozGo2Q
Website : https://asysyamil.com
️ FB : https://goo.gl/tJdKZY
WA : 081381173870 Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar